NovelToon NovelToon

Terik Cinta Hanna

Balas budi

...Selamat membaca✨...

"Kue kue... "

Seorang gadis penjual kue keliling tengah mempromosikan dagangannya, sepanjang perjalanan, hilir pejalan kaki lainnya maupun pedagang yang ada di pasar tersebut telah dilewatinya, sesekali menjajal kan dagangannya kepada orang yang lewat.

Hanna Aprilia, gadis berusia 18 tahun itu adalah penjual kue keliling tersebut, badannya yang mungil dan rambutnya yang panjang sepunggung itu berjalan menjual kuenya.

Hanna berjualan kue semenjak ia masih kelas 5 Sekolah Dasar, dari dagangannya itulah yang sekarang membuatnya lulus sekolah, walaupun hanya sebatas kelas 3 SMP saja.

"Bu, kuenya. " tawar Hanna.

Saat menawarkan dagangannya, orang yang ditawarkan dagangannya tertarik, kemudian Hanna menurunkan keranjang kuenya ke trotoar, dan membuka kain penutup keranjang tersebut untuk menampakkan kue yang dijualnya.

"Berapaan ini? " tanya ibu tersebut.

"Seribuan bu. " jawab Hanna.

Ibu tersebut mengambil beberapa kue yang ada di keranjang tersebut, dan merogoh dompetnya untuk mengambil uang, sementara Hanna membungkus kue dan memberikannya kepada ibu tersebut setelah diberikan uang.

"Terimakasih banyak, bu. " ucap Hanna.

Dari perantara ibu tersebut, merupakan pelaris pertama dagangan Hanna, Hanna menjadi bersemangat untuk berkeliling menjual dagangannya.

Suasana kota begitu ramai, setelah berjualan di pasar, Hanna juga lanjut berkeliling di trotoar jalan, sepanjang trotoar banyak sekali pedagang yang juga sama dengan dirinya, menjual dagangannya dan beberapa pembeli membeli dagangan tersebut.

Hanna merasa lelah, ia memutuskan untuk beristirahat, keranjang dagangannya itu ia taruh di sampingnya, meluruskan kakinya, dan duduk berteduh dari terik matahari.

"Panas sekali kota sekarang, berbeda dari dulu. " gumam Hanna.

Hanna mengipasi dirinya dengan penutup kue, tak lama beberapa anak SMA melintasinya, wajah bahagia dan riuh tawa tersebut terdengar sangat menyenangkan tengah memegang jajanan yang dibeli kemudian memakannya.

Hanna menatapi beberapa anak remaja tersebut, tatapan yang seolah-olah membayangkan bagaimana menjadi seperti anak anak tersebut, menyenangkan, memiliki banyak teman, dan pastinya tidak sibuk mencari uang di masa muda, hanya seorang remaja yang menikmati masa muda seperti anak muda pada biasanya.

"Coba saja ya aku bisa seperti itu, pasti rasanya menyenangkan. " gumam Hanna.

Hanna merenungi nasibnya, hanya lulusan SMP, dahulu dirinya ingin bersekolah sampai SMA, namun hasilnya dalam berdagang saja sangat kekurangan untuk membeli peralatan hingga atribut sekolah, bajunya dahulu saat SMP saja dari pemberian tetangganya yang ada di desa, ia merasa iri dengan orang-orang yang bisa bersekolah menengah atas dengan biaya orangtua.

Tak terasa air mata Hanna mengalir, ia mencoba menghapus air matanya menggunakan sapu tangan miliknya.

"Sudah ah, nanti ibu bisa sedih kalau aku ngeluh terus. " ucap Hanna.

Tak lama setelahnya, suara riuh hingga beberapa pedagang lainnya berlari kocar-kacir dengan dagangannya, Hanna melihat situasi tersebut, ia yakin bahwa petugas keamanan yang membubarkan pedagang yang tengah berjualan di pinggir jalan, dengan terburu-buru Hanna berdiri dan mengambil keranjang dagangannya, ia ikut berlari untuk menyelamatkan dirinya dari petugas keamanan yang akan menggertak dan menangkap para pedagang.

Jauhnya dari trotoar jalan, Hanna lagi lagi berlari ke pasar, dari kejauhan tidak lagi terlihat bahwa pedagang yang menyelamatkan diri tadi berlari di belakangnya, sekarang ia kembali lagi ke pasar.

"Begini ya nasib pedagang jalanan, kalau dagang di dekat orang-orang yang lalu lalang, bakal digertak sama petugas keamanan. " ucap Hanna.

Hanna masih merasa lelah, namun sekarang bukan waktunya ia bertele-tele, dagangannya belum habis, jika keburu terik matahari sudah sangat panas, maka bisa jadi orang-orang jarang membeli kue lagi dan yang ada kuenya akan berubah bentuk.

"Nggak boleh ngeluh, harus semangat. "

Hanna melanjutkan untuk menjajal kan dagangannya lagi, beberapa orang membeli kue yang dijual oleh Hanna, alhasil sudah setengah jualannya laris dibeli orang, menyisakan beberapa potong lagi kue yang dijualnya.

"Akhirnya, tinggal beberapa potong lagi, kalau memang sampai jam 10 belum laku, bakal aku bagiin sama petugas kebersihan atau anak jalanan. "

Saat tengah menghitung kue yang ada di keranjang, dari kejauhan terdengar suara teriakan meminta tolong, Hanna menoleh ke sumber suara tersebut, benar saja, dari kejauhan beberapa orang tengah mengejar pencopet yang sangat meresahkan di pasar tersebut.

"Copet! Tolong, ada copet ngambil tas saya! "

Saat terlihat mendekat, Hanna berdiri sambil memegang keranjang kuenya.

"Semoga kena! "

Hanna melayangkan keranjangnya dengan ancang-ancang, setelah pencopet itu berlari mendekat ke arahnya, layangan keranjang tersebut akhirnya mengenai pencopet tersebut tepat pada bawah perut.

Pencopet berhasil dilumpuhkan, beberapa warga yang berlari tadi kemudian menangkap pencopet tersebut, ditambah lagi ibu ibu yang berteriak kecopetan kini mengambil tasnya dengan seorang gadis yang berada di sampingnya sekarang.

"Bagaimana isinya, nyonya? Tidak ada yang hilang kan? " tanya seorang gadis kepada ibu ibu tersebut.

"Syukurlah, semuanya aman. " jawab ibu ibu tersebut.

"Bu, bagaimana? Tidak ada yang hilang kan? " tanya Hanna meyakinkan.

Ibu ibu tersebut kemudian tersenyum, sambil membawa tasnya ia menggenggam kedua tangan Hanna dan mengucapkan banyak terimakasih.

"Sebelumnya, terimakasih banyak ya dek, karena kamu, tas saya beserta isinya sekarang kembali lagi kepada saya. "

"Iya bu, sama sama. " ucap Hanna.

"Oh ya, perkenalkan, nama ibu adalah Yunita. Salam kenal, terimakasih sudah membantu saya tadi. "

Wanita paruh baya itu bernama Yunita, dengan menyodorkan tangannya ke arah Hanna, dirinya juga tersenyum ketika berhadapan dengan Hanna.

"Oh iya, salam kenal bu. "

Yunita kemudian sadar, dirinya melihat berbagai macam kue yang sudah berceceran di tanah.

"Dagangannya jatuh dek. " ucap Yunita.

Hanna baru menyadari, bahwa kue kue dagangannya sudah berceceran dimana-mana, karena membantu Yunita yang kecopetan, membuatnya tidak berpikir panjang langsung memukulkan pada pencopet yang sudah tertangkap oleh warga tadi.

"Waduh. "

"Berapa harga semua kuenya, biar saya bayar? " tanya Yunita.

"Ah, tidak usah, bu, lagipula ini ulah saya sendiri kok, asal lempar dagangan saja. " tolak Hanna.

Yunita tanpa berpikir panjang memberikan beberapa lembar uang yang ada di tasnya tadi, menyodorkan kepada Hanna, namun Hanna terus saja menolaknya.

"Nggak usah bu, murni kesalahan saya kok tadi. " ucap Hanna.

"Tidak, kamu sudah membantu saya, anggap saja balas budi saya sama kamu. Tolong, diambil ya. "

Yunita menarik tangan Hanna, menaruh uangnya di tangan Hanna, dan menyuruh Hanna untuk langsung menyimpannya.

"Terimakasih ya bu, saya banyak banyak berterimakasih sama ibunya. "

Tidak lupa Hanna langsung bersalaman dengan Yunita, dan berkali-kali ia mengucapkan terimakasih kepada wanita paruh baya itu, hari itu merupakan rezeki yang tak terhingga untuknya.

"Harusnya saya yang berterimakasih sama kamu, kalau nggak ada kamu, mungkin tas saya nggak akan kembali dokumen penting di dalamnya. " ucap Yunita.

Hanna sebelumnya izin dengan Yunita, kedua orang itu berpisah, sementara Hanna memilih untuk langsung pulang saja, karena dirinya juga percuma untuk menjual dagangannya lagi, toh semua kuenya jatuh ke bawah.

...----------------...

Perjalanan Hanna menuju ke kontrakannya lumayan memakan waktu, walaupun dirinya menaiki angkutan kota, namun masih juga dirinya akan berjalan masuk ke gang sempit menuju ke kontrakannya.

Sebuah kontrakan bedengan berwarna merah muda terlihat dari jauh, riuh tawa para anak anak yang tengah bermain di sekitar kontrakan, hingga beberapa tetangga lainnya sedang melakukan aktivitas mereka masing-masing sebagai seorang ibu rumah tangga.

"Hanna. "

Hanna dipanggil dari belakang, gadis itu berbalik dan melihat seorang wanita yang tidak asing lagi di matanya, merupakan pemilik kontrakan yang tengah ia tempati sekarang.

"Bu Sania, ibu memanggil saya? " tanya Hanna.

"Iya, siapa lagi coba? "

Hanna teringat sesuatu, maksud dari kedatangan pemilik kontrakan tersebut karena menagih uang sewa, Hanna baru ingat bahwa hari ini dirinya mendapatkan uang untuk bisa membayarnya.

"Ini bu, bayaran kontrakannya. "

Hanna memberikan uang yang dikumpulkan dari dagangannya untuk membayar uang kontrakannya, pemilik kontrakan tersebut mengambil beberapa uang yang diberikan oleh Hanna, kemudian mengembalikan sisa yang ada.

"Ini buat kamu, Hanna. " ucap bu Sania.

Hanna terkejut, dirinya diberikan sedikit uang dari bayaran kontrakannya kepada bu Sania.

"Bu, saya bayar kontrakannya sama ibu, kenapa ibu ngasih sisanya sama saya? " tanya Hanna.

"Hanna, selama ini kan kamu selalu bantu ibu buat bebersih halaman kontrakan, kadang juga beresin rumah ibu, jadi nggak papa kok kamu ibu kasih uangnya, lumayan buat kamu jajan. " jelas bu Sania.

Hanna yang awalnya menolak kembali seperti dirinya menerima uang dari Yunita, tangannya ditarik untuk menerima uang tersebut.

"Ambil ya, ibu kasih untuk kamu. "

"Bu, sebelumnya terimakasih banyak ya, Hanna jadi nggak enak sama ibu, ibu orangnya baik banget sama Hanna. " ucap Hanna.

"Iya, sama sama, Hanna. Kalau begitu, saya permisi ya. "

Bu Sania kemudian meninggalkan bedengan milik Hanna dan beralih pada penghuni lainnya, sedangkan Hanna menyimpan kembali sisa uang tersebut, ia benar-benar sangat bersyukur hari ini, karena dirinya yang menemukan keberuntungan untuk hari ini.

...****************...

Menjumpai

...Selamat membaca✨...

Sebuah bangunan mewah terlihat megah dari kejauhan, dan setelahnya sebuah mobil mahal memasuki perkarangan bangunan tersebut, seorang pria dewasa keluar dari mobilnya dan berlari ke dalam bangunan mewah tersebut.

"Dimana mama saya? "

"Sekarang nyonya Yunita berada di ruang santai, tuan Hamzah. " ucap salah satu asisten.

Pria dewasa itu bernama Hamzah Aditya Saputra, pria berumur 28 tahun, dengan penampilan gagah, bermata tajam dengan alisnya yang tebal, hidung mancung, rambut belah samping dan tubuh bidangnya serta tingginya 182 cm, membuatnya menjadi pria dewasa yang ideal serta tampan.

"Apa sih, Hamzah? "

Yunita yang tengah bersantai sambil meminum tehnya kemudian menyahuti Hamzah, anaknya itu memanggilnya dari mencari keberadaannya.

"Mama, are you okay? "

Hamzah mendekat ke arah Yunita, memegang bahu dan bertanya keadaan ibunya itu, sementara Yunita menghempaskan tangan anaknya.

"Saya baik baik saja, kamu seperti dikejar penjahat saja. " ucap Yunita.

Hamzah menghela nafas lega.

"Saya dengar, mama kecopetan, bagaimana? Sudah telepon polisi? " tanya Hamzah.

"Tidak perlu, lagipula barang barangnya aman aman saja, kamu tidak usah khawatir, kalau hilang pun, tasnya bisa mama beli. " jawab Yunita.

Hamzah akhirnya duduk di samping sofa Yunita, ia duduk dengan menyilangkan kedua kakinya, dan meletakkan tangannya di dagunya.

"Bagaimana dengan tesnya? Kamu tidak lupa untuk periksa minggu kemarin, bukan? " tanya Yunita.

Hamzah berdecak, nafasnya seketika ia hela dengan kasar, dirinya benar-benar kesal dengan pertanyaan dari Yunita.

"Berhentilah mah! Saya sudah lelah setiap bulan harus bolak-balik periksa ke rumah sakit hanya untuk tes perjaka saja! Saya merasa seperti seorang wanita saja, yang memastikan bahwa saya tidak pernah melakukannya! " tegas Hamzah.

"Lebih bagus, setidaknya anak laki-laki saya tidak pernah gonta-ganti wanita di luar sana. Mama memang membebaskan kamu untuk mengurusi bisnis kamu yang ada di beberapa daerah bahkan urusan ke luar negeri, namun jangan harap mama menyuruh kamu melepaskan keperjakaan kamu dengan wanita yang belum sah menjadi istri mu. " jawab Yunita.

Walau bagaimanapun Hamzah memberontak atas tindakan tersebut, namun Yunita tahu bagaimana cara membuat anaknya itu tidak bertindak seenaknya.

Dari semenjak Hamzah mulai khitan, Yunita selalu membawa Hamzah untuk periksa keperjakaan nya ke rumah sakit, sengaja dirinya membawa anaknya kesana agar Hamzah tidak pernah sama sekali terjerumus pergaulan bebas di luar.

"Mama kira lucu, jika terus terusan milik saya harus diperiksa orang lain? Saya malu, saya seperti dilecehkan oleh orang lain, yang hanya ingin memeriksakan keperjakaan saya! " tegas Hamzah sekali lagi.

"Memberontak lah sesukamu, tetapi selagi kamu belum menikah sama sekali, maka kamu akan tetap berada dalam pengawasan mama! " balas Yunita.

Hamzah menggeram kesal, ia langsung bangkit dari sofa, menghentakkan langkah kakinya dengan perasaannya yang terlanjur emosi menuju ke arah tangga. Saat tengah menaiki tangga, Hamzah berpapasan dengan seorang perempuan, namanya Amelia Putri Aditya, wanita berumur 31 tahun, merupakan anak pertama dan juga kakak perempuan Hamzah.

Secara penampilan, dirinya memang mirip dengan Hamzah, mereka juga hanya dua bersaudara, kesibukan mereka juga hampir serupa, sering keluar negeri, namun bedanya Hamzah ke luar negeri untuk berbisnis, sementara Amelia untuk melanjutkan perkuliahan mengejar gelar pascasarjana setelah hampir dua tahun yang lalu ia sempat berhenti karena bercerai dengan suaminya.

"Mama lagi? " tanya Amelia.

"Terus, siapa lagi? " tanya Hamzah balik.

Amelia tersenyum sambil menggelengkan kepalanya, ia memegang bahu Hamzah seraya menepuk-nepuk nya.

"Mama punya tujuannya tersendiri kalik, nggak usah ngedumel gitu deh, lagipula lu cocok buat pemeriksaan terus, barangkali selain tes keperjakaan, bisa sekalian lu di tes kesehatan. " ucap Amelia.

"Pemikiran kolot! Saya ini laki-laki, mau bagaimana pun saya berhubungan, saya tidak meninggalkan bekas sedikitpun! " tegas Hamzah.

"Yaelah dek, mama nggak sebodoh itu kalik, lu mau berhubungan itu pasti ninggalin bekas, pemikiran lu yang salah sebenernya. " ucap Amelia dengan santai.

"Apa itu? " tanya Hamzah.

"Penyakit! "

Amelia menjawab dengan spontan di depan Hamzah, wanita itu tertawa terbahak-bahak dengan jawabannya, sementara Hamzah menatap tidak senang ke arah kakaknya dengan nafasnya yang dihela dengan kasar, ia menghempaskan tangan Amelia sambil menggerutu kesal.

"It's not funny! " jawab Hamzah.

Hamzah melangkahkan kakinya dengan dihentak kembali, Amelia terdiam, kemudian ia tersenyum dan tertawa ketika melihat ekspresi adiknya itu.

"What's wrong? Aku beneran bukan? " tanya Amelia pada dirinya sendiri.

Amelia berjalan ke bawah, senyumnya masih tidak pudar, ia berhasil membuat adiknya kesal dengan jawabannya.

Di dalam ruangan yang penuh akan buku di lemari, serta meja kerja utama, Hamzah menutup pintu ruangannya itu dengan keras, melemparkan jasnya ke arah sofa, dan menghempaskan tubuhnya ke sofa.

"Saya lelah sekali hari ini... " keluh Hamzah.

Hamzah memejamkan matanya, matanya terpejam dengan helaan nafas yang kembali dikeluarkan dengan kasar, tak lama setelahnya ponsel miliknya berdering.

Hamzah mengambil ponselnya, nama yang tertera di layarnya adalah seorang yang ia cintai, Hamzah mengangkat teleponnya.

'Hello honey, i miss u, bagaimana kabar kamu disana, sayang? ' tanya seorang wanita.

"Saya baik baik saja, saya harap kamu juga begitu, my sweetheart. " jawab Hamzah.

'You so sweet, aku baik baik aja disini, sekaligus kangen juga. '

Hamzah mengingat ucapan Yunita, rasa tekanan itu perlu ia diskusikan kepada wanita yang bernama Tiara itu.

"Tiara, kapan kamu akan menyelesaikan pascasarjana kamu di luar negeri? " tanya Hamzah.

'Kenapa? Aku baru jalan setahun disini buat lanjutin S2 aku, sabar dong. ' jawab Tiara.

"Iya, masalahnya mama saya selalu bertanya soal keseriusan saya dengan kamu. Mama selalu saja menuntut saya untuk terus terusan tes keperjakaan saya, dan dia akan melepaskan tuntutan itu ketika kita sudah menikah. Kamu tahu, saya sudah lelah dengan semua itu, saya ini pria dewasa yang normal. " jelas Hamzah.

'Kamu kok masih aja ngelakuin tes yang mama kamu saranin itu? Kamu udah dewasa, sayang, kamu harus punya keputusan kamu tersendiri, Zah. ' ucap Tiara.

"Kalau kamu mau hidup sengsara, saya akan lakukan untuk kamu. "

Hamzah mematikan ponselnya, ia menaruh lagi ponselnya di sofa dan menyenderkan tubuhnya, ditatapnya langit-langit ruangannya dengan nafasnya yang berat.

...----------------...

Beberapa hari berlalu, Hanna kembali pada aktivitas nya lagi, walaupun kejadian beberapa hari yang lalu merupakan keberuntungan untuknya, namun ia harus mencari uang lagi untuk kebutuhannya sehari-hari disertai dengan menabung.

"Terimakasih banyak, bu. "

Hanna mengangkut lagi keranjang kuenya, ia menjajakan kembali dagangannya kepada orang lain.

Saat tengah menjajahkan dagangannya, Hanna berpapasan dengan seseorang yang ia jumpai beberapa hari yang lalu.

"Hanna. "

"Eh? "

Hanna akhirnya bertemu lagi dengan Yunita, wanita paruh baya itu tengah berpapasan dengannya, bedanya dari hari sebelumnya, sekarang wanita itu bersama dengan gadis lainnya, terlihat bahwa gadis tersebut adalah asisten Yunita.

"Lagi lagi kita bertemu, apa kabar? " tanya Yunita.

Hanna langsung meletakkan keranjang kue dagangannya ke bawah, mengibaskan tangannya ke celananya, dan bersalaman dengan Yunita.

"Bu, apa kabar? Sedang belanja sekarang? " tanya Hanna.

"Baik baik saja. Ya benar, saya sedang berbelanja kebutuhan makanan di rumah, sekalian mau ketemu kamu lagi, barangkali kita bisa bertemu lagi, hal yang bagus bukan? " tanya Yunita.

"Ibu bisa saja. Mau beli kuenya, bu? " tanya Hanna.

"Boleh, saya mau lihat dulu. " jawab Yunita.

Saat tengah melayani Yunita, perut Hanna tiba-tiba keroncongan, gadis itu tidak sempat sarapan terlebih dahulu karena dirinya sempat bangun kesiangan dan hanya sempat menyusun kue jualannya saja.

"Lapar kamu? " tanya Yunita.

Hanna tersenyum malu, ia menganggukkan kepalanya dengan pelan.

"Ya sudah, mau pergi sarapan sama saya tidak? Saya traktir. " tawar Yunita.

"Ah, tidak usah bu, saya jadi merepotkan ibu saja. " ucap Hanna.

Yunita menarik tangan Hanna, ia tetap meminta Hanna untuk menerima tawarannya, dan dagangannya diangkat oleh asisten Yunita, akhirnya Hanna mengikuti Yunita ke tempat makan yang berada tak jauh dari sekitaran pasar.

Di warung nasi uduk, Hanna dan Yunita duduk bersama, mereka tengah menikmati makanan yang sudah dipesan, kemudian memakannya dengan lahap.

"Hanna sekarang umurnya berapa? " tanya Yunita.

Hanna yang tengah memakan makanannya kemudian menatap ke samping.

"Umur Hanna baru 18 tahun bu. " jawab Hanna.

"Hanna masih sekolah? " tanya Yunita.

Mendengar pertanyaan tentang sekolah, Hanna memelankan kunyahan makanannya, dirinya seketika sendu ketika ditanyai tentang pendidikan.

"Hanna sekolah hanya sebatas tamatan SMP bu, sebelumnya Hanna mau lanjut untuk sekolah sampai SMA, tapi secara biaya Hanna masih kekurangan, dulu saja saat SMP, Hanna hanya dapat lengseran baju dari tetangga Hanna saja. " jelas Hanna.

Yunita mengangguk paham, ia merasa sedih atas apa yang dialami oleh gadis tersebut, ingin meraih cita-cita nya namun tidak bisa karena terhalang biaya.

Pikiran singkat yang mendadak, secara tiba-tiba Yunita teringat dengan anak bungsunya, yaitu Hamzah, anak laki-laki nya itu yang kini berumur 28 tahun belum sama sekali menikah, alhasil ia memiliki ide.

"Oh iya, sebelumnya maaf jika pertanyaan kali ini akan membuat Hanna mungkin tidak nyaman. " ucap Yunita.

"Ya, ada apa, bu? " tanya Hanna.

"Apakah Hanna sebelumnya punya pacar? " tanya Yunita.

Hanna mengerutkan keningnya, ia menggelengkan kepalanya, sambil tersenyum kearah Yunita.

"Hanna sama sekali nggak pacaran, bu. Lagipula mana mungkin ada cowok yang suka sama Hanna bu, Hanna kurang menarik soalnya. " jawab Hanna dengan nada guyonan.

Yunita merasa bahwa itu adalah kesempatan yang bagus, ia menggeserkan kursinya lebih dekat ke arah Hanna, dan kemudian memegang kedua tangan Hanna.

"Hanna, bagaimana kalau kamu ibu jodohkan dengan anak ibu? " tanya Yunita.

Hanna terkejut dengan ucapan Yunita, secara tiba-tiba Yunita menjodohkannya dengan anak dari Yunita itu sendiri.

"Hanna masih ragu ragu, bu, Hanna belum pernah bertemu anak ibu. " ucap Hanna.

"Iya, tidak apa, kalau kamu bisa menerima perjodohan yang ibu tawarkan sama kamu, nanti kamu akan bertemu sama anak ibu. Tenang saja, anak ibu itu sangat baik, dia juga penurut, ibu yakin dia juga pasti mau menerima perjodohan yang ibu tawarkan kepada dia juga. " jelas Yunita.

Hanna masih bimbang, dirinya saja orangnya tidak enakan, apalagi jika menolak orang baik seperti Yunita, ditambah lagi dirinya juga sudah mulai nyaman bisa mengenal wanita tersebut.

"Kalau kamu menerima perjodohan dari ibu, ibu bakal jamin, ibu bakal sekolahin kamu, masalah biaya biar ibu yang tanggung. " ucap Yunita.

Hanna masih berpikir keras, namun Yunita masih tidak menyerah juga.

"Ibu juga bersedia untuk mengangkat kamu sebagai anak sekaligus menantu ibu. "

Hanna yang mendengar kata seorang 'ibu', dirinya langsung menatap penuh harap, itulah yang kini diinginkan olehnya, seseorang yang rela memberikan kasih sayang kepadanya dan dirinya akan merasakan kasih sayang seorang ibu.

"Bagaimana? " tanya Yunita.

Tanpa berpikir panjang, Hanna langsung menganggukkan kepalanya.

"Ya, Hanna mau diangkat jadi anaknya ibu. " jawab Hanna.

...****************...

Menjodohkan

...Selamat membaca✨...

"Boleh keluar sekarang, tuan Hamzah. "

Hamzah merapikan pakaiannya, hari ini ia pergi untuk tes lagi, itupun karena perintah dari Yunita, jika ia tidak melaksanakan perintah dari Yunita, maka ia akan terus terusan mendengar tuntutan dari Yunita terus menerus.

"Bagaimana? Tidak berubah kan? " tanya Hamzah.

"Hasil tes masih sama, tuan Hamzah masih perjaka. " jelas dokter.

Hamzah merasa dipermalukan, dirinya seperti dipertaruhkan harga dirinya, sudah dewasa saja namun dirinya masih harus menuruti tuntutan dari Yunita.

"Dikiranya saat diperiksa, saya tidak malu apa? " gerutu Hamzah.

"Ah, kita hanya mengikuti perintah dari nyonya Yunita saja, tuan. " ucap asisten Hamzah.

"Kamu sama saja seperti menghianati saya, mungkin kamu lebih mendukung mama saya ketimbang saya sendiri, Gio. " ucap Hamzah.

"Tidak tuan, hanya meyakinkan saja. " ucap Gio.

Sesampainya di parkiran, Gio membukakan pintu mobil untuk tuannya, dan Hamzah memasuki mobil, kemudian asistennya masuk dan mobil mulai berjalan.

"Tuan, sebelumnya nona Tiara sudah memberitahukan saya, untuk menyampaikan langsung kepada tuan untuk mengajak makan malam direstoran yang sudah dipesan sebelumnya oleh nona Tiara. " ucap Gio.

"Ya, terimakasih informasinya. Sekarang, kembali pada pekerjaan. " ucap Hamzah.

Di sebuah minimarket yang tak jauh dari sekitar pasar, Hanna dan Yunita bersama di dalam minimarket tersebut, kali ini Hanna diminta untuk memilih beberapa barang yang diinginkan oleh Hanna dengan troli belanjaan yang sudah di dorong.

"Ambil barang barang yang kamu mau, biar nanti mama yang akan bayar semuanya. " ucap Yunita.

Asisten Yunita membantu mengambil beberapa barang yang pastinya diperlukan oleh Hanna, sedangkan Hanna masih berpikir terlebih dahulu dengan barang barang yang akan dipilihnya.

"Bu, seharusnya ibu tidak usah repot repot traktir Hanna untuk beli semua ini, Hanna bisa beli sendiri kok. " ucap Hanna.

"Tidak apa, demi calon anak dan menantu saya, saya tidak sungkan akan membelikan peralatan rumah untuk kamu. Lagipula kalau kamu beli sendiri, pasti hanya akan ambil 1 atau 2 produk saja. " ucap Yunita.

Selesai memilih barang barang yang sudah ada di troli belanjaan, kali ini asisten Yunita mendorongnya ke arah meja kasir, memberikan kartu kredit milik Yunita kepada kasir, hampir tiga kantong besar Hanna dapatkan dari traktiran dari calon mertuanya.

"Angkat ke dalam mobil, kita anterin Hanna sampai ke rumahnya. " ucap Yunita.

Yunita dan Hanna masuk ke dalam mobil mewah tersebut, kemudian diikuti oleh asisten Yunita untuk masuk ke mobil, tujuan mereka kali menuju ke tempat tinggal Hanna.

Mobil mewah tersebut akhirnya berhenti di depan sebuah gang yang cukup sempit, sebatas hanya motor saja yang bisa lewat ke dalam, Hanna meminta untuk berhenti di depan gangnya saja.

"Barang barangnya akan dibawa sama ajudan saya, kamu tunjukkan saja rumahmu ya. " ucap Hanna.

"Bu, sekali lagi Hanna mengucapkan terimakasih banyak, ibu sudah membelikan Hanna peralatan, dan juga sempat mengantarkan Hanna ke kontrakan. " ucap Hanna.

"Tidak apa, memang seperti itu seorang calon mertua untuk calon menantunya, sudah, sekarang pergilah. " ucap Yunita.

Hanna dengan beberapa ajudan dari Yunita berjalan menuju ke kontrakan milik Hanna, jaraknya tidak terlalu jauh, sehingga dengan cepat para ajudan itu juga pergi dari jalur gang tersebut menuju ke mobil, kemudian pergi.

"Amal apa ya yang udah aku buat, selalu saja dapat keberkahan seperti ini? " tanya Hanna pada dirinya.

Hanna perlahan memasukkan ketiga kantong besar itu ke dalam kontrakannya, hatinya sangat senang, untuk hampir seminggu itu merupakan hari keberuntungan nya.

"Kemarikan hasilnya, Gio. "

Hamzah dan asistennya berjalan ke arah dalam rumahnya, Gio mengeluarkan kertas yang diminta oleh Hamzah, memberikannya kepada Hamzah dan tetap mengikuti tuannya itu dari belakang.

"Sudah, kamu kesana, saya ingin berbicara dengan mama saya dahulu. " ucap Hamzah. "Baik tuan. "

Hamzah dan Gio berlawanan arah, Hamzah menyusul ke arah Yunita yang tengah duduk bersantai, dirinya berdeham dan membuat Yunita menoleh ke arahnya.

"Hamzah, sudah pulang ternyata. " ucap Yunita.

Tanpa basa basi, Hamzah menyodorkan kertas tersebut kepada Yunita.

"Lihatlah. "

Hamzah memberikan hasil tes dari rumah sakit kepada Yunita, Yunita kemudian mengambil surat tes tersebut, ia tersenyum dan menganggukkan kepalanya.

"Good boy, mama sangat senang hasilnya tetap sama. " ucap Yunita.

Raut wajah Hamzah masih tidak senang, ia disuguhi minum oleh pelayan di rumah, duduk di sofa yang lain namun masih menghadap ke arah Yunita.

"Hamzah, mama akan menjodohkan kamu dengan wanita pilihan mama. " ucap Yunita.

Hamzah yang tengah menikmati secangkir kopi kemudian tersedak, dirinya terkejut ketika mamanya itu secara tiba-tiba menjodohkan dirinya dengan pilihan mamanya sendiri.

"Mah, ini tidak lucu ya mah, Hamzah tidak pernah melanggar apa yang sudah mama atur, tapi mengapa masalah jodoh mama lagi yang mengaturnya? Mama lupa bahwa saya sudah punya pacar, yaitu Tiara? " tanya Hamzah.

"Wanita murahan itu? Saya tidak yakin dia masih perawan. " tanya Yunita.

"Mah, apa masalahnya? Tiara itu masih perawan, selama kami berpacaran, kami tidak pernah berbuat seperti itu, karena saya sendiri saja harus terbelenggu dengan tes yang selalu mama tuntut kepada saya! " jawab Hamzah.

"Saya masih tidak yakin, kamu pikirkan saja, mana ada wanita perawan selalu memakai baju yang hampir telanjang seperti yang sering dia kenakan? Dari penampilan luarnya saja, dia sudah tidak termasuk kriteria menjadi menantu saya, Hamzah. Enak saja, anak saya masih perjaka, harus dapat wanita yang tidak jelas pergaulannya seperti dia. " ucap Yunita.

Darah Hamzah mendidih, dirinya benar-benar marah, karena wanita yang sangat ia cintai itu dihina oleh pemikiran kolot dari mamanya.

"Mau bagaimanapun, saya tidak akan mau menikahi wanita yang tidak jelas asal usulnya darimana! Saya tidak ingin berpaling dari Tiara, dirinya adalah cinta saya satu satunya! " tegas Hamzah.

Yunita meminum secangkir teh miliknya, kemudian menaruh cangkir tersebut di atas piring kecil.

"Saya akan membuat dua pilihan kepada kamu, Hamzah. " ucap Yunita.

Hamzah tampak tidak menggubris tawaran tersebut, sedangkan Yunita masih tetap pada pendiriannya itu.

"Jika kamu menerima perjodohan yang mama berikan kepada kamu, mama akan membebaskan kamu dari tes keperjakaan dan kamu boleh mengambil alih perusahaan utama maupun cabang usaha lainnya. Namun, jika kamu menolak perjodohan yang mama berikan kepada kamu, mama tetap akan mengontrol kamu, dan juga jaminan kesejahteraan hidup kamu akan mama ambil hingga kamu hanya bisa hidup dari usaha kedua yang tengah kamu dirikan. "

Pilihan yang berat untuk Hamzah, namun dirinya sendiri enggan harus hidup kekurangan dari usaha kedua yang tengah dirinya dirikan, gengsinya terlalu besar untuk berjuang sendiri, karena selama ini dirinya hidup dalam kemewahan dan selalu memanjakan wanita yang ia cintai dengan biaya yang terbilang tidak murah untuk gaya hidupnya.

...----------------...

"Ini stok untuk beberapa hari kedepan, yang ini dibagiin buat tetangga yang datang. "

Hanna tampak sibuk menyisihkan barang barang yang ia beli, tak lama setelahnya, bu Sania akhirnya mampir ke kontrakannya.

"Halo Hanna, saya mampir. " sapa bu Sania.

"Eh, bu Sania, ayo bu masuk. " ucap Hanna.

Bu Sania menatap ke arah ketiga kantong plastik yang tengah dirogoh oleh Hanna.

"Wah, belanjaannya banyak sekali, borong ya, Han? " tanya bu Sania.

Hanna tersenyum, ia menyisihkan beberapa bahan belanjaannya tadi kepada bu Sania.

"Loh, kenapa Hanna? " tanya bu Sania.

"Ibu juga ambil ya, saya nggak bakal habis kalau cuma sendirian yang pakai. " jawab Hanna.

"Terimakasih banyak ya, Hanna, saya yakin belinya banyak begini pasti dari tabungan kamu, kan? Jadi nggak enak saya. " ucap bu Sania.

"Sebenarnya bukan saya yang membelinya, bu. " ucap Hanna.

Bu Sania menoleh langsung ke arah Hanna.

"Loh, kalau bukan kamu, terus siapa? " tanya bu Sania.

Hanna tersenyum, ia menunjukkan gigi gingsul nya karena masih malu malu mengungkapkan yang sebenarnya.

"Hanna dibelikan sama ibunya Hanna dan calon mertuanya Hanna, bu. " jawab Hanna.

Bu Sania mengangguk paham, setelah beberapa detik kemudian, ia kembali mencerna ucapan yang keluar dari mulut gadis berumur 18 tahun itu.

"Hah, mertua?! "

...****************...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!