Gambar Ilustrasi Author : Valery Arnold 👇
Perjalanan cukup jauh menuju alamat pak Junae. Rumah itu ternyata sedang ramai. Tapi tak mengurungkan niat Valery untuk bertemu dengannya. Valery memarkirkan mobilnya dan merapihkan pakaiannya. Ia membawa tas kerjanya menuju pintu rumah itu.
Pelayan menyambutnya dan mempersilahkan masuk Valery.
"Hai semua selamat sore, aku Valery Arnold." ujar Valery saat melihat beberapa orang di ruang tamu.
Semuanya menatapnya penuh dengan nafsu. "Kalau tidak salah, anda pemilik PT. Berlian Indah." ujar Junae.
"Benar pak, akulah orangnya. Salam kenal." jawab Valery sambil mengulurkan tangannya.
Junae menyambut tangan Valery. "Silahkan duduk. Kami memang sedang membicarakan kontrak berlian merah. Ini pak Ramon asisten dari PT. Sean Permata, ini pak Pasha asisten PT. Jaya Emas, dan ini pak Karta asisten PT. Anugerah Makmur." ujar Junae memperkenalkan mereka. "Dan suatu kehormatan besar, aku justru dikunjungi langsung oleh pemilik PT. Berlian Indah." sambungnya.
"Kebetulan aku tak punya asisten, biasanya aku bekerja dengan sekertarisku." jawab Valery.
"Bravo, sangat cantik dan elegan." ujar Ramon tak bisa menahan lidahnya.
Valery hanya tersenyum dan duduk diantara mereka. Ia tak menyangka 3 perusahaan itu lebih cepat darinya. Saat Valery mengambil berkas proposalnya. Ramon justru pamit keluar sebentar.
"Pak Junae, aku permisi sebentar." pamit Ramon.
"Silahkan pak Ramon." jawab Junae.
Ramon keluar dan langsung menghubungi Jeffry.
*****
Gambar Ilustrasi Jeffry Sean, sesuai permintaan kalian karena yang lama terlalu muda 👇
"Jeff, ada sesuatu yang harus aku katakan." ujar Ramon saat ponselnya diangkat.
"Ada apa Mon, kau mengganggu tidurku." jawab Jeffry.
"Aku sedang berada di rumah pak Junae. Aku bertemu dua perusahaan PT. Jaya Emas dan PT. Anugerah Makmur. Saat kami mulai berbincang, ada seseorang yang datang kemari, ia dari PT. Berlian Indah. Dan kau pasti tidak percaya Jeff, Valery lah yang datang langsung kemari." ujar Ramon.
"Apa???" ujar Jeffry terkejut. "Kau harus mundur Mon, biarkan mereka memenangi tender kali ini. Mereka sudah kalah dari kita kemarin." perintah Jeffry.
"Kau sudah gila Jeff, bedakan antara perasaanmu dengan perusahaan Jeff. Jangan kau terlalu terbawa perasaan. Aku menghubungimu karena tak tahan ingin bercerita, demi Tuhan Jeff wanita itu sangat cantik saat terlihat dari dekat." kata Ramon.
"Sialan, jangan coba coba menggodanya. Tapi kali ini aku serius. Biarkan mereka yang mendapatkan, kita mundur." perintah Jeffry lagi.
"Kau yakin?" tanya Ramon lagi.
"Apa aku pernah bercanda soal pekerjaan." ujar Jeffry.
"Baiklah, aku akan pamit kalau itu yang kau inginkan." jawab Ramon seraya mematikan ponselnya. Lalu ia kembali lagi kedalam.
"Maaf karena terlalu lama, pak Junae. Aku pamit kembali ke kantor ada urusan mendesak. Dan soal proposal yang perusahaan kami ajukan tadi, kami menariknya kembali. Karena ada kekurangan di dalamnya. Sekali lagi aku minta maaf pak Junae." ujar Ramon.
Semuanya terkejut melihat tingkah Ramon. Sialan kau Jeff, aku terlihat sangat bodoh sekarang, pikir Ramon.
Ia berpamitan pada semuanya dan menarik proposalnya kembali.
*****
Valery tidak mengerti dengan apa yang terjadi di rumah pak Junae tadi. Secara mengejutkan PT. Sean Permata menarik proposalnya kembali. Valery mengendarai mobilnya untuk pulang ke rumahnya. Setelah sampai di rumahnya ia menghempaskan tubuhnya di sofa.
"Sudah pulang non Vale." tanya mbok Karmi pembantu rumahnya.
"Baru saja sampai mbok." jawab Valery.
Mbok Karmi langsung memijit pundak Valery, memang sudah menjadi kebiasaan mbok Karmi seperti itu. Jika ia menolak pasti si mbok marah. Valery menikmati setiap pijatannya. Ia merasa lebih santai sekarang.
"Non Vale mau makan apa nanti malam, biar mbok masak." ujar mbok Karmi.
Valery menggeleng. "Aku tak ingin makan malam ini. Biar Vale makan buah saja." jawabnya.
"Jangan non, nanti non Vale sakit." ujar si mbok. Ia memang seperti ibu Valery sendiri.
"Kalau begitu terserah mbok saja mau masak apa, nanti Vale makan. Vale mau istirahat dulu." ujar Valery.
Mbok Karmi mengangguk dan membiarkan Valery masuk ke kamarnya. "Nanti mbok siapkan air hangat buat mandi." ujarnya.
"Iya mbok terima kasih." jawab Valery.
Ia masuk ke kamarnya, lalu merebahkan dirinya di ranjang besarnya. Lagi lagi ia masih memikirkan kejadian sore tadi. Kesempatannya menang tentu saja sudah ditangannya. Pak Junae pasti akan memilih perusahaannya yang lebih besar dari 2 perusahaan tadi.
Ini keajaiban buat perusahaan, pikir Valery.
Ia memejamkan matanya dan tertidur pulas tanpa mengganti baju kerjanya.
*****
"Kau gila Jeff, kau melepaskan satu kontrak besar." ujar Ramon saat masuk ke kantor Jeffry. "Aku tahu sebagai pemilik perusahaan kau yang berhak berkata ya atau tidak. Tapi sebagai sahabatmu aku kesal dengan keputusan ini."
"Kau datang malah memarahiku. Kau harus ingat kita masih memiliki proyek besar dengan berlian hijau. Kita tak terlalu rugi melepaskan proyek yang satu ini. Dan kau kan yang menyuruhku mendekati wanita itu Mon. Jika suatu saat ia tahu identitasku, setidaknya ia tidak terlalu marah karena aku pernah melakukan ini." ujar Jeffry.
"Aku pikir wanita itu takkan menyukai tindakanmu ini Jeff. Kau harus tahu, wanita sekelas Valery sangat senang bersaing bukan menerima pemberian begitu saja." ujar Ramon.
"Oh ayolah Mon, biarkan kali ini aku melakukan sesuatu yang menurutku benar." kata Jeffry lagi.
Ramon menghela nafasnya. "Baiklah, terserah kau saja. Aku sampai sakit kepala membuat proposal ini. Kau seenaknya saja membatalkannya. Kalau saja kau bukan sahabatku, aku sudah memukulmu habis habisan." ujar Ramon kesal.
Jeffry terkekeh. "Lakukanlah keinginanmu Mon, kau sudah lama tak memukulku kan. Kita terakhir berkelahi waktu SMP."
"Sialan, kau malah mengingatkan kejadian memalukan itu." jawab Ramon.
*****
Flash Back On.
Jam olahraga sekolah, ketika itu masih SMP. Jeffry dan Ramon bermain sepak bola bersama. Jeffry menendang bola ke arah gawang yang salah. Menjadikan gol bunuh diri, dan membuat skor mereka tertinggal.
"Kau sangat bodoh Jeff." teriak Ramon.
"Aku tak sengaja. Aku terpeleset." jawab Jeffry.
"Tidak... Kau sengaja kan agar team kita kalah." teriak Ramon.
"Kalau aku sengaja, apa maumu?" tanya Jeffry.
"Kau kurang ajar." bentak Ramon.
"Ini bukan pertandingan sungguhan, kau berlebihan." ujar Jeffry.
Rasa kesal Ramon memuncak, ia menghampiri Jeffry dan memukulnya. Baku hantam pun terjadi di lapangan. Mereka berhenti saat guru olahraga melerai mereka dan menghukum keduanya mencuci kamar mandi selama seminggu. Sejak saat itulah keduanya malah menjadi sahabat hingga saat ini.
Flash Back Off.
*****
Keduanya tertawa saat mengingat masa itu.
"Tapi aku masih penasaran Mon, mengapa kau sangat marah atas kekalahan kita waktu itu. Itu hanya olahraga biasa bukan pertandingan, kau menanggapi candaanku dengan serius." ujar Jeffry.
"Ya Tuhan Jeff, kau mengingatkanku lagi, mungkin harga diriku tinggi saat itu." jawab Ramon.
"Kau berbohong. Aku tahu kau malu karena kau kalah didepan gadis yang kau sukai, ia sedang memperhatikan kita kan." goda Jeffry.
"Sialan... Kau tahu segalanya Jeff. Aku pergi." ujar Ramon, wajahnya merah padam.
Jeffry tertawa melihatnya. Kali ini ia bisa menggoda Ramon. Jeffry kembali menyenderkan tubuhnya ke kursinya.
Kali ini aku percaya padamu Vale, jika kau bisa menangani proyek tersebut. gumam Jeffry.
Ia memakai jaketnya dan mengambil kunci mobilnya.
"Ana...sudah waktunya pulang." ujar Jeffry saat melewati meja Ana.
"Baik pak, selamat jalan. Hati hati." ujar Ana.
"Terima kasih Ana, kau juga hati hati." jawab Jeffry lalu meninggalkan kantornya.
Besok adalah hari pertamanya ia menjadi supir Valery Arnold.
*****
Happy Reading All...😘😘😘
Gambar Ilustrasi Author diatas, untuk mengobati rasa penasaran kalian. Mohon maaf jika tidak berkenan. Itu hanya ilustrasi saja. 🙏🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Harlina Mami
asyik cerita x cukup bisa u di lnjutkn
2023-07-31
2
YuliaMile
aku malah ber halu yg jd jeffry tuh aktor thailand juga tp si Mile Phakpum ... pemeran Kinn
2023-04-13
1
🍭ͪ ͩ𝕸y💞 |ㄚ卂卄 ʰⁱᵃᵗᵘˢ
demi calon pujaan hati rela melepas proyek yang besar .
2022-05-22
1