AKU MENCINTAI SUPIR TAMPANKU
Tiiinn... Tiiiinn...
Valery Arnold menekan klakson mobilnya. Ia akan terlambat ke perusahaannya. Walaupun itu perusahaan miliknya sendiri, namun Vale sangatlah disiplin. Ia selalu memberi contoh pada karyawannya agar disiplin di perusahaannya.
PT. Berlian Indah adalah perusahaan terbesar kedua di Indonesia setelah PT. Sean Permata. Perusahaan itu ia bangun selama hampir 10 tahun setelah ia menjadi sebatang kara di umurnya yang saat itu masih 20 tahun. Valery memang sangat menyukai berlian dan permata sejak ia duduk di bangku sekolah SD persis seperti ibunya yang sudah tiada.
Tiiinn... Tiiiinn... Tiiinnn...
Kembali Vale menekan klaksonnya. "Hei, jangan parkir sembarangan." teriak Valery setelah melewati mobil yang membuat jalanan macet. Ia sangat marah pada pengemudi mobil tersebut, namun pengemudinya tidak bergeming di dalam sana.
Valery tak memperdulikannya lagi, ia segera menekan pedal gasnya agar segera sampai di perusahaannya. Perjalanannya cukup panjang, hingga akhirnya ia sampai dan disambut oleh security perusahaannya. Valery masuk disambut oleh karyawan karyawan disana.
"Pagi bu Vale." sapa Tara sekertaris Valery.
"Pagi juga." jawab Valery.
"Kopi atau teh hari ini?" tanya Tara.
"Teh hijau. Aku ingin menenangkan pikiranku selama perjalanan yang menjengkelkan hari ini." jawab Valery.
Tara tersenyum dan langsung menuju pantry kantor. Beberapa menit kemudian Tara kembali dan menyodorkan teh hijaunya.
"Silahkan dinikmati bu Vale." ujar Tara.
"Terima kasih Tara." jawab Valery. "Oh ya, bagaimana proyek tender berlian hijau kemarin?" tanya Valery.
Tara menunduk menyesal.
"Tak perlu kau jawab, aku sudah tahu jika kita akan kalah dari PT. Sean Permata." ujar Valery sebelum Tara menjelaskan. "Baiklah silahkan lanjutkan pekerjaanmu, kita akan mendapatkan tender yang lain." perintah Valery.
"Baik bu..." jawab Tara seraya pamit keluar dari ruangan Valery.
Valery menyenderkan tubuhnya, ia memejamkan matanya sejenak setelah menyesap teh hijaunya. Perasaannya mulai kembali tenang. Lalu ia membuka laptopnya dan melanjutkan pekerjaannya.
*****
"Sialan kau Paul Sean. Aku sudah mengatakan padamu jika memakai mobilku, segera isi bahan bakarnya." bentak Jeffry Sean pada adiknya.
Jeffry sangat kesal mobilnya mogok disaat jalanan sangat ramai. Apalagi ada satu mobil yang tak henti hentinya menekan klaksonnya. Sialan. batin Jefrry. Dan yang lebih parah lagi ia dimaki dan diteriaki oleh pengemudi mobil tersebut.
"Maaf bang, Paul lupa." jawab Paul Sean.
"Cepatlah kemari bawa bahan bakar, aku akan menghukummu setelah ini. Aku berada di jalan Pangeran Antasari." bentak Jeffry lagi.
"Iya iya, aku kesana sekarang bang." jawab Paul seraya mematikan ponselnya.
Jeffry Sean menunggu adiknya sangat lama, ia hampir kehilangan kesabaran kalau saja ia tak melihat motor besar di depan matanya. Jeffry berkacak pinggang, lalu memukul kepala adiknya yang masih menggunakan helm dengan tangannya.
"Selalu saja bodoh, kau pikir aku pria pengangguran." bentak Jeffry.
"Maaf bang." jawab Paul lalu segera memasukan bahan bakar yang ia beli menggunakan derigen. "Aku lama karena memohon di pom bensin. Agak sulit membeli bahan bakar dengan derigen bang." ujar Paul.
"Masa bodoh, itu deritamu. Berani berbuat harus berani bertanggung jawab. Itu yang selalu aku ajarkan padamu Paul." jawab Jeffry.
Paul mengangguk anggukkan kepalnya. "Belikan aku mobil bang, biar aku tidak meminjam mobilmu lagi." pinta Paul.
"Kau menggunakan motor ini saja masih bandel, apalagi memiliki mobil sendiri. Nanti setelah lulus kuliah." jawab Jeffry lalu ia masuk ke mobilnya dan meninggalkan adiknya dijalan.
Paul hanya bisa menggaruk kepalanya. Mereka bukan tak bisa membeli mobil namun karena kesalahan Paul saat SMA dulu, ia diberi hukuman oleh Jeffry dengan menjual mobilnya dan menggantinya dengan motor besar yang ia kendarai sekarang. Paul hanya melihat abangnya pergi sampai mobil tersebut menghilang.
*****
"Pagi pak Jeff." sapa karyawan karyawan PT. Sean Permata.
Jeffry hanya mengangguk menyapa mereka.
"Pak Jeff, anda terlambat?" tanya Ramon asisten sekaligus sahabat Jeffry.
"Paul sialan, lagi lagi membuat ulah." jawab Jeffry lalu masuk pintu lift diikuti Ramon.
"Sabar, ia itu adik satu satunya dirimu Jeff." ujar Ramon.
"Aku tahu, tapi dari dulu ia adalah tanggung jawabku. Ia selalu membuat ulah, membuat kepalaku pusing saja." jawab Jeffry.
Ramon hanya terkekeh. "Apa ia membuat bahan bakar mobilmu habis lagi?" tanya Ramon.
"Apalagi yang ia lakukan." jawab Jeffry.
Ramon tertawa lepas, suaranya memenuhi ruang lift. Jeffry menendang kakinya agar diam.
"Itu salahmu sendiri Jeff, belikanlah ia mobil lagi. Menggunakan motor itu panas dan terkena angin. Pacarnya mana mungkin mau jalan dengannya." ujar Ramon.
"Itu deritanya dan siapa suruh memiliki pacar sebelum ia memiliki penghasilan sendiri." kata Jeffry kesal.
Ramon mengernyitkan dahinya. "Dan pria yang memiliki usaha dan kekayaan yang melimpah masih single sampai sekarang." ejek Ramon.
"Sialan kau." bentak Jeffry.
Pintu lift terbuka. "Pagi pak Jeff." sapa Ana sekertarisnya.
"Pagi Ana, kopi seperti biasa. Lalu berikan berkas tender yang kita menangkan kemarin." perintah Jeffry.
"Baik pak, pak Ramon mau kopi juga?" tanya Ana.
Ramon menggeleng. "Aku sudah ada kopi di ruanganku." jawabnya.
Ana pamit menuju pantry kantor untuk membuatkan kopi atasannya. Beberapa menit kemudian, ia kembali dan memberikan kopi serta berkas yang Jeffry minta.
"Aku sangat kesal hari ini, kendaraan di belakangku tak ada yang sabaran. Mereka tak bertanya alasanku membuat jalanan macet tapi malah memakiku." ujar Jeffry kesal saat ia duduk di kursinya.
"Aku juga akan melakukan hal yang sama Jeff, jika aku tak ingin terlambat maka aku akan memaki orang yang menghalangi jalanku, tak mungkin aku bertanya dulu dan membuatku semakin terlambat bekerja." jawab Ramon sambil terkekeh.
"Brengsek...kau tak pernah membelaku Ramon. Sebenarnya kau itu sahabatku atau musuhku?" kata Jeffry.
Ramon terkekeh lagi. "Carilah pasangan agar kau tak terus terusan marah dan emosi. Pacar itu bisa meredakan nafsu. Nafsu marahmu dan nafsu malammu." goda Ramon.
Jeffry memukul kepalanya dengan map. "Kapan kau bisa berhenti menggodaku, aku sama sekali tak kepikiran untuk memiliki pacar apalagi menikah. Itu akan merepotkanku saja." jawabnya.
"Kau akan berbicara sebaliknya Jeff, jika kau sudah menemukan cintamu. Aku akan memastikan itu." ujar Ramon.
Jeffry hanya mengangkat bahunya. Ia membuka berkas tender Berlian hijau yang dimenangkannya dari perusahaan sekelas PT. Berlian Indah.
"Aku dengar pemilik perusahaan itu sangat cantik." ujar Ramon saat melihat Jeffry serius dengan berkasnya.
"Perusahaan yang mana?" tanya Jeffry.
"Yang kau kalahkan." jawab Ramon.
"Maksudmu pemilik perusahaan PT. Berlian Indah seorang wanita?" tanya Jeffry lagi.
"Kau bodoh sekali Jeff, memang seorang pria itu cantik? Tentu saja ia seorang wanita." ujar Ramon.
"Wanita cantik pemilik perusahaan, lalu apa hubungannya denganku?" tanya Jeffry lagi.
"Masa bodoh, aku malas bicara denganmu. Aku kembali saja ke ruanganku." ujar Ramon seraya berdiri dan meninggalkan ruangan Jeffry. Jeffry tertawa lepas, ia tahu Ramon sangat kesal padanya sekarang.
Jeffry kembali mempelajari Berlian hijau itu, tapi kata kata Ramon sedikit mengganggu benaknya. Jika PT. Berlian Indah milik seorang wanita, maka kemungkinan ia bekerjasama dengan suaminya. Sungguh keluarga yang harmonis. pikir Jeffry.
Tapi ia kembali tak memperdulikannya. Ia hanya fokus pada isi kontrak pertambangan Berlian hijau tersebut.
*****
Hay para readerku tersayang...😘😘😘
Kali ini aku buat cerita yang tak kalah seru loh...
Buat kalian yang selalu setia dengan novel novel karyaku. Dukung terus dan jangan lupa like dan komen ya guys...
Terima kasih...🙏🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
⏤͟͟͞R. ALICE off
mampir baca krn lihat ada kata tamat dan episodenya gak banyak. ehhh ternyata ceritanya bagus😍
next mau lanjut baca deh
2022-12-09
2
Yani Cuhayanih
Thor aku hadiiiiir ikutan grup halu aaah
2022-12-08
1
🍭ͪ ͩ𝕸y💞 |ㄚ卂卄 ʰⁱᵃᵗᵘˢ
sambil menunggu zio up , aku baca yang lain dulu Miss.
sudah berasa seru nya nih cerita nya 👍
2022-05-22
1