Episode 4

"Siapa namamu?" tanya Valery pada Jeffry.

"Aku Jecko bu." jawab Jeffry.

"Jecko... Kau tahu kan aku membutuhkan supir pribadi?" tanya Valery lagi. "Tapi bukan supir pribadi biasa, aku membutuhkan supir yang siap selama 24 jam jika aku membutuhkannya. Kriteria bersih ada padamu, tapi kalau menilai dari penampilanmu. Kemeja sampai celana yang kau pakai itu rancangan desainer ternama. Jadi apa tujuanmu masuk ke perusahaanku?" selidik Valery.

Wanita ini memiliki mata yang tajam. pikir Jeffey. "Tentu aku ingin menjadi supir bu, aku melihat iklan di koran dan baju yang aku pakai pemberian tuanku di masa lalu." jawab Jeffry berbohong.

Valery mengangguk anggukan kepalanya.

Pria ini sangat tampan. Tubuhnya sangat bersih, seperti orang kaya. Tapi mungkin ia pintar merawat tubuhnya, pikir Valery.

"Berarti kau berpengalaman, apa kau tahu jalanan seluruh Jakarta? Apa kau juga paham beberapa jalan di kota kota lain?" tanya Valery.

Jeffry mengangguk. "Aku tahu dan hafal jalanan di seluruh Jakarta." jawab Jeffry.

"Lalu mengapa kau berhenti dari pekerjaanmu sebelumnya?" tanya Valery lagi.

"Upah...upah yang anda janjikan sangat besar bu." jawab Jeffry.

"Aku bahkan bisa menambah uang upahmu jika kau bersedia kapanpun mengantarkan aku. 24 jam adalah cara kerjanya." ujar Valery.

Jeffry berpikir lama. Apa mungkin ia bisa terus terusan meninggalkan perusahaannya. Tapi ia memiliki Ramon yang bisa mengurusnya. "Aku bersedia." jawab Jeffry.

"Mana kartu identitasmu?" pinta Valery.

Jeffry menyerahkan kartu identitas palsu yang dibuat oleh Ramon. Valery melihatnya dengan seksama. "Dari semua pelamar, hanya kau yang bersedia bekerja selama 24 jam. Kartu identitasmu aku tahan, ada satu hal yang paling aku tak suka yaitu terlambat. Jadi aku akan langsung memecat karyawan yang datang terlambat termasuk supirku. Melihat dari umurmu, kau lebih tua 3 tahun dariku. Jadi panggil aku Vale saja pak Jeck. Mulai besok pagi anda bisa bekerja denganku. Selamat." ujar Valery sambil mengulurkan tangannya.

Jeffry lega ia bisa di terima, ia menyambut tangan Valery. Tangannya sangat lembut dan jantung Jeffry semakin berdetak dengan keras. Sialan...pikirnya...

Valery melihat perubahan wajah Jecko. "Apa anda sakit pak?" tanyanya.

Jeffry menggeleng dengan cepat. "Tidak, aku baik baik saja. Aku pamit sekarang." ujarnya.

"Tunggu, nomormu pak." tanya Valery.

Jeffry segera mengambil ponselnya dan memberikan nomornya pada Valery. Valery misscall. "Itu nomorku." ujar Valery. Jeffry mengangguk dan pamit keluar.

Bergaya mewah bahkan memiliki ponsel iphone 11. Apakah ia benar benar orang biasa yang ingin menjadi seorang supir. Bahkan pria itu sangat tampan, sangat cocok menjadi seorang aktor. pikir Valery.

Valery mengangkat bahunya dan mengintip lewat jendela kantornya ke arah parkiran. Ia memperhatikan pria tadi ternyata ia hanya menggunakan motor biasa, Valery mengenyahkan keraguan hatinya.

"Menurutmu bagaimana dengan pria tadi Tara." tanya Valery. Tara dari tadi memang berada disamping Valery. "Apa pilihanku tepat?"

Tara mengangguk. "Bu saya mau jadi pacar supir ibu yang baru tadi. Sumpah pria itu tampan sekali."

Valery terkekeh. "Apa pacarmu kurang tampan?"

Tara dengan lugu mengangguk. "Pria tadi sangat tampan, pacarku lewat."

"Kau ini, tolong katakan pada security bahwa lamaran ditutup." perintah Valery.

Tara mengangguk lalu segera menuju lobi.

*****

Sialan panas sekali. gumam Jeffry.

Ia kembali ke kantornya menggunakan sepeda motor. Ia langsung menuju ruangan Ramon. "Ide mu benar benar membuatku repot." ujar Jeffry.

"Datang malah ngomel, gimana?" tanya Ramon.

"Apanya yang gimana. Jangan kepo..." jawab Jeffry.

Ramon memberikan minuman dingin pada Jeffry. "Sudah berapa tahun tak menggunakan motor? Wajahmu merah sekali seperti udang rebus." ejek Ramon.

Jeffry menegak minumannya. "Kau benar benar tahu segalanya tentang aku Mon, ini semua karena ide bodohmu."

"Kau yang bodoh bertindak sendiri. Kau bisa meminta bantuanku Jeff. Aku bisa mengantarmu sampai pintu masuk, lalu kau bisa beralasan naik kendaraan umum." ujar Ramon.

"Ya Tuhan, mengapa aku tak berpikir sejauh itu." desah Jeffry.

Ramon terkekeh. "Kau sangat pintar di bidang pertambangan dan negosiasi. Tapi kau sangat bodoh menyangkut soal wanita." ejek Ramon.

"Sialan, lagi lagi kau mengejekku. Lalu bagaimana dengan perusahaan Mon, wanita itu membutuhkan supir yang siap 24 jam." tanya Jeffry.

Ramon malah tertawa. "Apa mungkin wanita itu akan berpergian selama 24 jam Jeff. Itu hanya cara ia mencari supir yang serius."

"Kau yakin?" tanya Jeffry.

Ramon mengangguk. "Kau pemilik perusahaan jadi kau bebas keluar masuk disini. Aku akan membantumu Jeff. Percayalah padaku." ujar Ramon.

Jeffry menghela nafasnya. "Baiklah, terima kasih Mon. Kau memang sahabat terbaikku." Jeffry berdiri. "Aku akan tidur di kantorku. Kepalaku masih sakit. Tolong bantu aku tangani perusahaan hari ini." ujarnya.

Ramon mengangguk dan membiarkan Jeffry pergi.

*****

"Siang jelang sore pak." sapa Ana.

Jeffry hanya mengangguk. "Jangan ganggu aku hari ini, jika ada yang mencariku katakan saja aku keluar kota." ujarnya.

"Baik pak." jawab Ana.

Jeffry masuk ke ruangannya dan menekan tombol ruang rahasia. Disanalah ia beristirahat dan menyimpan berlian berlian mewah miliknya. Hanya Ramon yang mengetahui ruangan itu. Ana pun tak pernah tahu. Ana tak akan berani masuk ke ruangannya jika Jeffry sudah bilang JANGAN GANGGU AKU.

Jeffry merebahkan tubuhnya diranjang besar itu. Ia menatap langit langit kamar. Kembali ia teringat wajah cantik Valery Arnold. Wanita itu sangat sempurna dimatanya. Matanya besar dan jernih. Bibir sensualnya, ya Tuhan ingin sekali Jeffry mencium wanita itu.

Ia teringat kembali saat SMA dulu jatuh cinta pada teman sekelasnya. Sassy, entah dimana wanita itu sekarang. Sassy adalah cinta pertama Jeffry saat masih sekolah. Sayang sekali Jeffry tak pernah mengatakannya. Ia memendam perasaannya sampai akhirnya mereka lulus sekolah. Sejak saat itu ia tak pernah bertemu dengan Sassy lagi.

Dan ini untuk pertama kalinya, Jeffry menyukai wanita kembali. Valery Arnold, akan ia taklukan wanita itu. pikir Jeffry lalu ia memejamkan matanya.

*****

Valery mengetuk ketukkan identitas Jecko di meja, entah kenapa ia terganggu dengan pria itu. Ia masih tidak mempercayai supir pilihannya. Pria itu benar benar seperti pria yang terlahir dari keluarga kaya. Sangat tinggi dan tampan. Pria seumur itu masih lajang, sungguh aneh. Valery kembali mengenyahkan pikirannya. Ia memeriksa proposal pengajuan kontrak dengan perusahaan pertambangan berlian merah. Kali ini ia harus memenangkan tender dari perusahaan grup Sean. Ia tak ingin membuat khawatir ratusan karyawannya.

"Tara masuklah." pinta Valery saat menekan tombol telpon.

Tara masuk. "Ada apa bu Vale?" tanya Tara.

"Tara, kau tahu dimana tempat tinggal pak Junae pemilik perusahaan berlian merah?" tanya Valery.

Tara mengangguk dan menuliskan alamat di kertas note yang ada di meja Valery. "Ini alamatnya bu."

"Aku akan membawa proposal ini padanya. Aku mungkin tak kembali lagi ke kantor. Kalau sudah waktunya pulang, kau pulanglah jangan lembur." perintah Valery.

"Ibu yakin tidak ingin aku temani?" tanya Tara.

Valery menggeleng. "Kali ini aku akan menanganinya. Jangan panggil aku Valery Arnold jika kalah lagi kali ini."

"Semangat bu Vale." ujar Tara. Valery hanya tersenyum pada Tara dan meninggalkannya menuju kediaman pak Junae.

*****

Happy Reading All...😘😘😘

Terpopuler

Comments

🍭ͪ ͩ𝕸y💞 |ㄚ卂卄 ʰⁱᵃᵗᵘˢ

🍭ͪ ͩ𝕸y💞 |ㄚ卂卄 ʰⁱᵃᵗᵘˢ

sama sama saling memikirkan. semoga jodoh ya miss

2022-05-22

2

caca

caca

lannnjuttt

2021-04-18

1

ciby😘

ciby😘

seru

2021-03-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!