Cahaya mentari pagi yang baru terbit dari ujung langit timur menerobos batang- batang pohon dan dedaunan lebat yang tumbuh berjajar didepan sebuah warung makan besar itu. meskipun masih awal hari tapi suasana rumah makan yang juga menyediakan tempat penginapan bernama 'Lawang Wangi' itu sudah mulai di datangi para pengunjungnya.
Bahkan kesibukan para pelayan juga tukang masak yang bekerja di sana sudah dimulai saat hari masih gelap. jika kaum pedagang atau para pengembara rimba persilatan yang hendak melewati Kadipaten Jepara dari arah utara, hampir semuanya akan singgah di rumah makan dan penginapan yang dimiliki oleh seorang perempuan bernama 'Nyi Rondo Kuning' itu.
Walaupun rumah makan sekaligus tempat penginapan Lawang Wangi ini baru dua tahun lalu berdiri namun jumlah pelanggan juga ketenaran namanya sudah mampu menyaingi beberapa rumah makan mewah kelas atas yang sudah lebih lama berdiri di Jepara atau bahkan diwilayah kota raja Demak sekalipun.
Setidaknya ada dua alasan utama tempat itu menjadi pilihan. pertama disebabkan harga makanan dan sewa kamarnya cukup murah namun rasanya memuaskan. yang kedua tentu saja karena semua pelayan rumah makan Lawang Wangi termasuk juga sang pemilik adalah kaum wanita cantik dan selalu ramah dalam melayani para pelanggannya.
Tetapi jangan pernah mencoba membuat onar atau berlaku tidak senonoh pada mereka, salah- salah tulang tubuh bisa patah remuk atau malah terkapar mampus. ini dikarenakan selain Nyi Rondo Kuning dan anak buahnya memiliki bekal ilmu silat lumayan tangguh, dia juga punya hubungan yang sangat baik dengan berbagai golongan termasuk juga dari kalangan pembesar kerajaan.
Namun jika diamati lebih jauh, orang yang terbiasa menjadi pelanggan Lawang Wangi akan dapat melihat sebuah kesibukan yang lebih besar dari hari biasanya. ini dikarenakan pagi ini Nyi Rondo Kuning hendak melepas salah satu anak buahnya yang baru saja menikah dengan seorang lelaki pujaan hatinya.
Perlu diketahui, baik Nyi Rondo Kuning yang jelas seorang janda, semua bawahannya adalah bekas kaum wanita penghibur, budak atau perempuan yang pernah mengalami kejadian pahit juga siksaan. dari janda muda bertubuh sintal dan selalu memakai pakaian kuning itulah mereka mendapatkan pelajaran ilmu silat utamanya jurus pedang.
''Eehm., biarpun kelak kau sudah berumah tangga dan mempunyai kehidupan yang baik, kuharap dirimu tidak pernah melupakan kami semua yang ada disini..'' ucap Nyi Rondo Kuning. ''Kita semua ini adalah saudara dan keluargamu juga Lambah Ati..'' sambung seorang gadis cantik yang menjadi murid tertua Nyi Rondo Kuning.
Gadis yang dipanggil dengan nama Lambah Ati ini tidak dapat menahan isakan tangis haru mendengar ucapan keduanya. apalagi saat satu- persatu rekannya mulai bergantian merangkul dirinya sebagai tanda perpisahan sembari mengucapkan beberapa pesan sebagai ungkapan rasa persaudaraan yang mendalam.
''Terima kasih banyak guru Nyi Rondo Kuning, atas semua pertolongan dan bimbinganmu padaku selama ini. juga kepada semua saudaraku di rumah makan Lawang Wangi. sampai kapanpun aku tidak akan sanggup melupakan kalian semuanya dan tempat kita bekerja ini..'' balas Lambah Ati ganti memeluk rekan- rekannya.
Suasana sedih karena perpisahan itu sampai membuat hati beberapa orang pengunjung yang datang diawal pagi ini ikut menjadi sedih. apalagi di antara mereka ada yang sudah menjadi pelanggan tetap dan tentu mengenal baik para pelayan disini. Nyi Rondo Kuning berpaling menatap seorang lelaki muda tiga puluh tahunan berpakaian biru hitam yang berdiri agak terpisah dari semua muridnya.
Meskipun lelaki itu nampak pendiam dan lugu bahkan terkesan kurang pandai namun tetap tidak dapat menutupi raut wajahnya yang cukup tampan. beberapa kali suami dari Lambah Ati turut menghela nafas sedih juga serba salah. dia sebenarnya tidak ingin istrinya sampai berpisah dengan guru serta semua sahabat baiknya di Lawang Wangi.
Tapi sejak sebelum memutuskan menikah, keduanya sudah berniat untuk hidup mandiri. dengan pengalamannya bekerja sebagai pembuat minuman sari buah, tuak, arak dan sejenisnya ditambah dengan kemampuan memasak istrinya, mereka berdua ingin membuka usaha rumah makan sendiri di tempat lain. kebetulan suami Lambah Ati yang bernama Panjito ini memiliki sebuah warung di pinggiran Kadipaten Lumajang.
''Lambah Ati adalah salah satu pengikutku yang paling lama. meskipun berat tapi diriku mesti mendukung keputusannya. aku harap engkau sebagai suami dapat setia dan terus menyayanginya sampai akhir hayat. jika kami sampai dia menderita karenamu, kau pasti akan menerima akibatnya. bisakah dirimu menyanggupinya Panjito.?" tanya Nyi Rondo Kuning setengah memberi peringatan.
''Meskipun saya orang bodoh dan rendahan. tapi sebagai lelaki pastilah punya harga diri. diriku tidak mau berjanji apapun padamu Bibi guru, Nyi Rondo Kuning. tapi jika nanti istriku Lambah Ati sampai menderita sedikit saja, aku rela ditimpa kesengsaraan yang lebih buruk dari kematian. langit dan bumi menjadi saksinya.!" semua orang tertegun. mereka sama sekali tidak mengira pemuda lugu dan tampak sedikit bodoh itu mampu berbicara penuh ketegasan, seolah dia telah berubah menjadi orang lain saja.
Singkatnya, setelah puas berpamitan dengan semua orang yang berada di sana termasuk para pelanggan Lawang Wangi, pasangan pengantin baru itupun pergi meninggalkan tempat yang penuh kenangan. jika Lambah Ati terkenang pada semua kehidupannya selama bekerja di Lawang Wangi, suaminya Panjito malah terbayang saat pertama kali makan di warung itu hingga berkenalan dengan murid Nyi Rondo Kuning yang kini telah menjadi istrinya.
Saat keduanya keluar pelataran rumah makan berlantai dua itu tanpa sadar mereka kembali menoleh ke belakang dan melirik salah satu kamar penginapan yang berada dilantai dua pada ujung paling kiri. itulah ruangan kamar penuh kenangan bagi keduanya karena setelah menikah seminggu lalu, kamar itulah yang menjadi saksi mereka berdua dalam menjalani XXX dimalam pertamanya.
Dengan mengendarai gerobak kuda pasangan muda itupun menuju keluar dari wilayah kadipaten Jepara. Panjito dan Lambah Ati sempat mengangguk hormat pada seorang pria tua penjual minuman yang berdiri di depan warungnya sembari lambaikan tangan tanda ikut melepas kepergian keduanya. dia adalah juragan warung minum tempat Panjito sebelumnya pernah bekerja selama beberapa tahun.
Cahaya mentari pagi yang cerah menyinari jalanan dan pepohonan ditepian seakan turut mengantarkan mereka meninggalkan Jepara. Panjito yang memegang kendali tali kekang kudanya sementara istrinya duduk dibelakang bersama barang perbekalan. untuk mencapai kadipaten Lumajang setidaknya diperlukan empat hari perjalanan berkuda.
Bahkan apabila cuaca buruk atau terjadi hambatan dijalan, mungkin bisa seminggu mereka baru sampai ke sana. tapi walau apapun yang terjadi kelak, dalam hati kedua orang ini sudah sama bertekad untuk saling setia dalam menghadapi cobaan kehidupan. harapan akan masa depan yang baik juga terbayang dibenak mereka. hanya terkadang., keindahan angan manusia tidaklah sebagus kenyataan.
..............
Jangan lupa untuk menuliskan komentar Anda, like👍, vote☝, give👏 juga penilaian⭐ nya jika suka yah. Matur nuwun, Ngih 🙏😊.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Rahma AR
keren dilanjut....sip sip
2024-08-28
0
Pena dua jempol
aku kasih mawar 🌹 Subscribe, follow, dan more like karena bikin cerita seperti ini aku yakin gak mudah.
2024-08-25
0
🐼𝓐𝓡 -𝓡𝓾𝓶𝓲
Mantaap jiwa, Panjito!!
ingaat, laki laki sejati itu yang di pegang adalah Janji/kata katanya, sekali berucap pantang bagi nya untuk mencla mencle apalagi melupakanya! 😎👍
2024-07-26
2