Episode 4

Naira pun bergegas pulang, saat di

perjalanan, Naira ingat pesan pria

tadi.

"Tadi kan pria itu bilang, katanya aku harus isi bensin lagi."

Naira pun segera mencari pom

bensin lalu mengisi bensinnya,

setelah itu Naira teringat pada

mamah nya .

"Kaya nya kalau aku beli oleh-oleh buat mamah, pasti mamah suka,

aku mau mampir dulu deh bentar."

Naira pun berhenti di toko oleh-oleh.

Setelah selesai belanja, tidak terasa

adzan ashar pun berkumandang.

"الله اكبر ....الله اكبر.."

"Alhamdulillah ... gak kerasa udah

adzan ashar ternyata, untung

aja masjid nya deket, jadi aku

bisa langsung jalan kaki ke mesjid."

Naira pun pergi ke mesjid ,selesai

sholat Naira langsung melanjutkan

perjalanan untuk pulang.

"Mamah pasti khawatir, aku belum

sampai rumah, batre ponsel aku

habis, aku jadi gak bisa hubungin mamah."

Singkat cerita Naira sampai juga di rumah, Naira pun masuk kerumah, sambil membawa oleh- oleh buat

mamahnya.

"Assalamualaikum, Mah, Mamah Naira udah pulang."

Tapi mamahnya tidak ada

menjawab, Naira mencoba mencari mamahnya kesemua ruangan.

"Mah, Mamah, Mamah ada di mana?"

Ketika Naira masuk ke dapur, Naira

terkejut, melihat mamahnya yang

tergeletak di lantai.

"Mamah!" teriak Naira.

Naira langsung berlari menuju mamahnya lalu mengangkat mamah

nya ke pangkuan nya.

"Mah, Mamah bangun, Ya Alloh Mamah kenapa."

Naira pun bergegas menelpon dokter yang biasa mengobati mamahnya.

"Halo dok, tolong ini mamah aku

pingsan ,tolong cepetan ke rumah

ya dok!"

"Apa! i-iya oke Naira, aku langsung ke sana sekarang juga."

"Iya dok."

Dokter pun langsung beranjak pergi

ke rumah Naira.

Mamah Naira memang punya

penyakit jantung.

Tidak lama dokter nya pun datang,

dokter itu pun melihat pintu rumah

Naira terbuka, dan bergegas lari

masuk ke rumah.

"Naira! Naira!"

"Hah syukur lah dia sudah datang."

Naira pun berteriak memanggil dokter itu.

"Dok ini aku ada di dapur."

Dokter itu pun langsung bergegas ke arah dapur.

"Astaghfirullah Tante! Naira, ayo kita bawa mamah kamu ke kamar."

"Iya dok."

Akhirnya Naira dan dokternya pun

Mengangkat mamah nya ke dalam kamar.

Saat mamah Naira sedang di periksa, Naira mondar-mandir dengan perasaan cemas.

”Ya Alloh, mudah-mudahan mamah gak kenapa-napa.”

"Dok gimana keadaan Mamah?"tanya Naira dengan cemas.

"Kamu gak perlu cemas, Alhamdulillah, Mamah kamu gak kenapa-napa kok."

Mendengar itu pun Naira mengucap syukur dan sedikit lega.

"Alhamdulillah ya Alloh."

"Cuman mungkin, Mamah kamu ini

kecapean, sebaiknya kita biarin mamah kamu istirahat dulu."

" Iya dok."

mereka pun keluar dari kamar

mamah Naira.

"Makasih banyak yah dok, dokter

udah sering banget bantu kita."

"iya Naira, sama-sama."

"Oh yah dok, silahkan duduk dulu,"

ucap Naira sambil mempersilahkan.

Dokternya pun mengangguk dan dia

Pun duduk.

"Oh iya, hampir saja aku lupa,

Dokter mau minum apa?"

"Terserah kamu aja."

Naira pun pergi ke dapur untuk

mengambil minum.

"Ini dok silahkan di minum,"

Ucap Naira sambil menyimpannya di

meja.

"Iya makasih yah Naira."

Naira pun mengangguk sambil

tersenyum.

Saat suasana hening tiba-tiba

dokter itu berbicara.

"Naira, boleh gak kalau kamu jangan panggil aku dokter terus?"

"Hah, maksud nya?"

"Yah maksud aku, kamu bisa panggil aku dengan sebutan yang lain mungkin, atau panggil nama aku langsung juga bagus."

"Apa! tapi aku gak enak kalau

panggil nama doang, kamu kan senior aku."

"Kamu ini bisa aja ngelesnya, yah maksud aku biar gak canggung aja,

dulu kan waktu jaman kuliah kamu panggil aku nama."

Naira pun tersenyum canggung.

"Ya udah kalau gitu, karna kamu

orang Jawa, jadi aku panggil Mas

Afan aja yah."

Afan pun terkejut sambil sedikit salting.

"Hah! Mas Afan, yah boleh, i-itu boleh juga."

Sebenarnya Afan menyukai Naira,

namun Afan belum punya

keberanian untuk mengungkapkan

perasaan yang sebenarnya pada Naira.

Afan pun bertanya pada Naira.

"Naira, Kelihatan nya, kamu baru

pulang bepergian yah?"

"Iya nih dok eh, maksudnya Mas

Afan, tadi siang aku udah nganterin

Albi berangkat lagi ke Pesantren."

"Oh ya! padahal aku belum ketemu

loh sama dia, tapi dia udah

berangkat aja."

"Iya, soal nya libur nyah gak lama."

"Pasti makin tinggi yah dia."

"Iya, dia tinggi nya udah ngalahin

aku loh," ungkap Naira.

"Oh yah! berarti kamu dong sekarang yang jadi adeknya Albi,"

canda Afan pada Naira.

Mereka berdua pun tertawa bersama,saat suasan hening tiba - tiba perut Naira bunyi, kruuuuuk.

”Aduh perutku bunyi, malu maluin

banget sih, mana lagi ada mas Afan,”ungkap Naira dalam hati.

"Naira, kamu belum makan yah?"

tanya Afan khawatir.

"Aduh jadi malu deh, iya nih Mas,

tadinya pas pulang aku mau

langsung makan, eh tiba-tiba aku malak syok lihat mamah pingsan,

jadi lupa deh kalau mau makan."

Tiba-tiba Afan beranjak dari duduk

nya dan pergi keluar Naira sedikit terkejut, karna tiba-tiba saja Afan pergi keluar.

"Kenapa dia tiba-tiba pergi? apa

ada perkataan aku yang salah yah,

aduh aku jadi overtingking deh kalau

gini jadinya."

Naira pun beranjak pergi ke kamarnya.

"Sebaiknya aku bersih-bersih dulu

deh,nanti aku telpon mas Afan, takut

nyah ada yang salah."

Saat Naira baru selesai

bersih-bersih, Naira berencana

menelpon Afan, namun tiba-tiba ada suara mobil di depan rumah.

Naira pun mencoba melihatnya dari

jendela depan rumah.

Dan Naira terkejut karna ternyata itu

mobil Afan.

"Loh, kok mas Afan balik lagi, ada apa yah."

Naira pun beranjak keluar kamar

Untuk membuka pintu.

Tidak lama Afan pun mengetuk pintu

lantas Naira pun membuka pintunya.

"Eh Mas Afan, kok balik lagi, apa

ada yang ketinggalan?"

"Enggak, tadi aku cuman mau beli

nasi dulu buat kamu, maaf yah agak

lama."

"Hah!"ucap Naira sambil terkejut .

"Iya, kamu kan belum makan, nih

cepet makan! aku gak mau kamu

sakit."

"Aduh, aku jadi ngerepotin deh kalau gini."

sambil memberikan bingkisan nya

Afan menggelengkan kepala.

"Enggak kok, nih."

dengan rasa canggung Naira pun

mengambil bingkisan nya.

" Makasih yah Mas Afan."

"Iya ... sama -sama, oh ya ini obat

buat mamah kamu, jangan lupa di

kasih yah."

"Oh iya,"ucap Naira sambil

mengambil obat itu.

"Mas Afan kamu itu bener-bener baik banget, kamu sudah sering banget nolongin keluarga aku, aku banyak berhutang budi sama kamu."

"Hus! gak boleh ngomong gitu,

kamu gak berhutang apapun sama aku, aku malah seneng bisa bantu kamu dan keluarga kamu."

Naira pun tersenyum mendengar

perkataan Afan.

"Kalau gitu aku izin pulang dulu yah."

"Iya, hati-hati di jalan nya yah Mas."

Jantung Afan tiba-tiba berdetak kencang mendengar Naira memanggilnya Mas lagi.

"I-iya siap Naira, euh ... nanti kalau butuh bantuan langsung hubungi aku yah," ucap Afan pada Naira sambil

dengan nada gerogi.

Naira hanya bisa tersipu malu dan

menjawab.

"Iya insyaallah mas Afan."

"Ya udah kalau gitu, aku pamit yah

Assalamualaikum Naira."

"Wa'alaikumsalam."☺️

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!