Naira pun bergegas pulang, saat di
perjalanan, Naira ingat pesan pria
tadi.
"Tadi kan pria itu bilang, katanya aku harus isi bensin lagi."
Naira pun segera mencari pom
bensin lalu mengisi bensinnya,
setelah itu Naira teringat pada
mamah nya .
"Kaya nya kalau aku beli oleh-oleh buat mamah, pasti mamah suka,
aku mau mampir dulu deh bentar."
Naira pun berhenti di toko oleh-oleh.
Setelah selesai belanja, tidak terasa
adzan ashar pun berkumandang.
"الله اكبر ....الله اكبر.."
"Alhamdulillah ... gak kerasa udah
adzan ashar ternyata, untung
aja masjid nya deket, jadi aku
bisa langsung jalan kaki ke mesjid."
Naira pun pergi ke mesjid ,selesai
sholat Naira langsung melanjutkan
perjalanan untuk pulang.
"Mamah pasti khawatir, aku belum
sampai rumah, batre ponsel aku
habis, aku jadi gak bisa hubungin mamah."
Singkat cerita Naira sampai juga di rumah, Naira pun masuk kerumah, sambil membawa oleh- oleh buat
mamahnya.
"Assalamualaikum, Mah, Mamah Naira udah pulang."
Tapi mamahnya tidak ada
menjawab, Naira mencoba mencari mamahnya kesemua ruangan.
"Mah, Mamah, Mamah ada di mana?"
Ketika Naira masuk ke dapur, Naira
terkejut, melihat mamahnya yang
tergeletak di lantai.
"Mamah!" teriak Naira.
Naira langsung berlari menuju mamahnya lalu mengangkat mamah
nya ke pangkuan nya.
"Mah, Mamah bangun, Ya Alloh Mamah kenapa."
Naira pun bergegas menelpon dokter yang biasa mengobati mamahnya.
"Halo dok, tolong ini mamah aku
pingsan ,tolong cepetan ke rumah
ya dok!"
"Apa! i-iya oke Naira, aku langsung ke sana sekarang juga."
"Iya dok."
Dokter pun langsung beranjak pergi
ke rumah Naira.
Mamah Naira memang punya
penyakit jantung.
Tidak lama dokter nya pun datang,
dokter itu pun melihat pintu rumah
Naira terbuka, dan bergegas lari
masuk ke rumah.
"Naira! Naira!"
"Hah syukur lah dia sudah datang."
Naira pun berteriak memanggil dokter itu.
"Dok ini aku ada di dapur."
Dokter itu pun langsung bergegas ke arah dapur.
"Astaghfirullah Tante! Naira, ayo kita bawa mamah kamu ke kamar."
"Iya dok."
Akhirnya Naira dan dokternya pun
Mengangkat mamah nya ke dalam kamar.
Saat mamah Naira sedang di periksa, Naira mondar-mandir dengan perasaan cemas.
”Ya Alloh, mudah-mudahan mamah gak kenapa-napa.”
"Dok gimana keadaan Mamah?"tanya Naira dengan cemas.
"Kamu gak perlu cemas, Alhamdulillah, Mamah kamu gak kenapa-napa kok."
Mendengar itu pun Naira mengucap syukur dan sedikit lega.
"Alhamdulillah ya Alloh."
"Cuman mungkin, Mamah kamu ini
kecapean, sebaiknya kita biarin mamah kamu istirahat dulu."
" Iya dok."
mereka pun keluar dari kamar
mamah Naira.
"Makasih banyak yah dok, dokter
udah sering banget bantu kita."
"iya Naira, sama-sama."
"Oh yah dok, silahkan duduk dulu,"
ucap Naira sambil mempersilahkan.
Dokternya pun mengangguk dan dia
Pun duduk.
"Oh iya, hampir saja aku lupa,
Dokter mau minum apa?"
"Terserah kamu aja."
Naira pun pergi ke dapur untuk
mengambil minum.
"Ini dok silahkan di minum,"
Ucap Naira sambil menyimpannya di
meja.
"Iya makasih yah Naira."
Naira pun mengangguk sambil
tersenyum.
Saat suasana hening tiba-tiba
dokter itu berbicara.
"Naira, boleh gak kalau kamu jangan panggil aku dokter terus?"
"Hah, maksud nya?"
"Yah maksud aku, kamu bisa panggil aku dengan sebutan yang lain mungkin, atau panggil nama aku langsung juga bagus."
"Apa! tapi aku gak enak kalau
panggil nama doang, kamu kan senior aku."
"Kamu ini bisa aja ngelesnya, yah maksud aku biar gak canggung aja,
dulu kan waktu jaman kuliah kamu panggil aku nama."
Naira pun tersenyum canggung.
"Ya udah kalau gitu, karna kamu
orang Jawa, jadi aku panggil Mas
Afan aja yah."
Afan pun terkejut sambil sedikit salting.
"Hah! Mas Afan, yah boleh, i-itu boleh juga."
Sebenarnya Afan menyukai Naira,
namun Afan belum punya
keberanian untuk mengungkapkan
perasaan yang sebenarnya pada Naira.
Afan pun bertanya pada Naira.
"Naira, Kelihatan nya, kamu baru
pulang bepergian yah?"
"Iya nih dok eh, maksudnya Mas
Afan, tadi siang aku udah nganterin
Albi berangkat lagi ke Pesantren."
"Oh ya! padahal aku belum ketemu
loh sama dia, tapi dia udah
berangkat aja."
"Iya, soal nya libur nyah gak lama."
"Pasti makin tinggi yah dia."
"Iya, dia tinggi nya udah ngalahin
aku loh," ungkap Naira.
"Oh yah! berarti kamu dong sekarang yang jadi adeknya Albi,"
canda Afan pada Naira.
Mereka berdua pun tertawa bersama,saat suasan hening tiba - tiba perut Naira bunyi, kruuuuuk.
”Aduh perutku bunyi, malu maluin
banget sih, mana lagi ada mas Afan,”ungkap Naira dalam hati.
"Naira, kamu belum makan yah?"
tanya Afan khawatir.
"Aduh jadi malu deh, iya nih Mas,
tadinya pas pulang aku mau
langsung makan, eh tiba-tiba aku malak syok lihat mamah pingsan,
jadi lupa deh kalau mau makan."
Tiba-tiba Afan beranjak dari duduk
nya dan pergi keluar Naira sedikit terkejut, karna tiba-tiba saja Afan pergi keluar.
"Kenapa dia tiba-tiba pergi? apa
ada perkataan aku yang salah yah,
aduh aku jadi overtingking deh kalau
gini jadinya."
Naira pun beranjak pergi ke kamarnya.
"Sebaiknya aku bersih-bersih dulu
deh,nanti aku telpon mas Afan, takut
nyah ada yang salah."
Saat Naira baru selesai
bersih-bersih, Naira berencana
menelpon Afan, namun tiba-tiba ada suara mobil di depan rumah.
Naira pun mencoba melihatnya dari
jendela depan rumah.
Dan Naira terkejut karna ternyata itu
mobil Afan.
"Loh, kok mas Afan balik lagi, ada apa yah."
Naira pun beranjak keluar kamar
Untuk membuka pintu.
Tidak lama Afan pun mengetuk pintu
lantas Naira pun membuka pintunya.
"Eh Mas Afan, kok balik lagi, apa
ada yang ketinggalan?"
"Enggak, tadi aku cuman mau beli
nasi dulu buat kamu, maaf yah agak
lama."
"Hah!"ucap Naira sambil terkejut .
"Iya, kamu kan belum makan, nih
cepet makan! aku gak mau kamu
sakit."
"Aduh, aku jadi ngerepotin deh kalau gini."
sambil memberikan bingkisan nya
Afan menggelengkan kepala.
"Enggak kok, nih."
dengan rasa canggung Naira pun
mengambil bingkisan nya.
" Makasih yah Mas Afan."
"Iya ... sama -sama, oh ya ini obat
buat mamah kamu, jangan lupa di
kasih yah."
"Oh iya,"ucap Naira sambil
mengambil obat itu.
"Mas Afan kamu itu bener-bener baik banget, kamu sudah sering banget nolongin keluarga aku, aku banyak berhutang budi sama kamu."
"Hus! gak boleh ngomong gitu,
kamu gak berhutang apapun sama aku, aku malah seneng bisa bantu kamu dan keluarga kamu."
Naira pun tersenyum mendengar
perkataan Afan.
"Kalau gitu aku izin pulang dulu yah."
"Iya, hati-hati di jalan nya yah Mas."
Jantung Afan tiba-tiba berdetak kencang mendengar Naira memanggilnya Mas lagi.
"I-iya siap Naira, euh ... nanti kalau butuh bantuan langsung hubungi aku yah," ucap Afan pada Naira sambil
dengan nada gerogi.
Naira hanya bisa tersipu malu dan
menjawab.
"Iya insyaallah mas Afan."
"Ya udah kalau gitu, aku pamit yah
Assalamualaikum Naira."
"Wa'alaikumsalam."☺️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments