Elvano mengejar Isyana sampai ke depan pintu keluar restoran.
“Bu Isyana, tunggu,” panggil Elvano saat Isyana hendak keluar dari restoran.
Isyana berbalik menatap ke arah Elvano. “Iya? Ada apa Pak?”
“Saya antar kamu kembali ke kamar ya.”
Elvano menawarkan diri untuk mengantar perempuan cantik itu kembali ke kamarnya. Mengingat tempat mereka menginap ini adalah hotel bintang lima yang terdapat klub malam besar. Elvano takut Isyana akan bertemu pria-pria yang sedang mabuk saat di lift.
“Baiklah, Pak.” Isyana mengangguk setuju tanpa berpikiran aneh-aneh.
Mereka berdua pun keluar dari restoran dengan berjalan beriringan. Sambil membicarakan sesuatu sembari masuk kedalam lift.
“Lantai berapa?” tanya Elvano saat hendak menekan tombol lantai.
“Lantai 17,” jawab Isyana tersenyum.
Saat pintu lift akan tertutup. Tiba-tiba saja terbuka kembali. Karena ditahan oleh tangan seseorang. Empat orang laki-laki pun masuk kedalam lift yang sama. Membuat Isyana kala itu merasa sedikit risih.
Empat orang laki-laki itu nampaknya sedang mabuk. Karena cara bicara nya yang ngawur. Bahkan mereka sesekali melirik Isyana yang berdiri dibelakang, tepat disebelah Elvano. Lalu berbisik satu sama lain sambil tertawa kecil. Membuat Isyana merasa semakin risih.
Salah satu laki-laki itu pun menoleh dan dengan berani menegur Isyana saat itu.
“Hai, girl...”
“Please don't talk with me,” jawab Isyana dengan ketus. Sambil menghela nafas dan sedikit menjauh.
Akan tetapi laki-laki itu tanpa rasa takut malah semakin mendekat. Nyali Isyana seketika menciut. Elvano pun segera berdiri di depan Isyana, dan menahan dada pria itu yang semakin mendekat.
“Hei bro ... she is my wife,” ucap Elvano dengan tegas. Tatapannya yang tajam bagaikan elang yang kelaparan, berhasil membuat pria itu menelan ludahnya.
Elvano berdiri tegak bagaikan tameng agar Isyana tidak diganggu. Elvano kemudian meraih tangan Isyana dan menggenggamnya sangat erat. Pria itu pun tanpa berpikir lama langsung menjauh.
“Oh...sorry bro.”
Lagi-lagi sikap Elvano membuat Isyana terdiam dan tak bisa berkata-kata. Isyana hanya bisa menatap wajah Elvano dari arah samping. Laki-laki yang berparas tampan itu berdiri dengan gagahnya tanpa bergeming. Menatap tajam arah depan kearah para pria hidung belang yang menganggunya.
“Pak Elvano, ada apa denganmu? Kenapa kamu selalu membuat jantungku berdegup kencang seperti ini?” batin Isyana mulai tidak waras lagi.
Terlebih saat genggaman tangan Elvano semakin erat membuat Isyana berkeringat dingin. Bahkan dia sendiri tidak mengerti kenapa dia merasa sangat aneh malam ini saat bertemu dengan Elvano.
Karena sebelum nya dia tidak pernah merasa seperti ini, bahkan saat dia sedang bersama Ikbal suaminya. Isyana merasa sedikit bersalah pada Ikbal karena merasa seperti hilang akal saat bersama laki-laki lain.
“Pak Elvano, terima kasih banyak sudah membantu saya tadi,” ucap Isyana tersenyum paksa.
Elvano tersenyum dengan sangat manis. “Sama-sama...”
“Saya tidak menyangka jika kamar kita bersebelahan, Pak.”
Isyana mengalihkan pandangan nya dengan topik berbeda. Karena semakin gugup saat Elvano menatap nya. Isyana pun cepat-cepat hendak membuka pintu kamar nya yang berada disebelah pintu kamar Elvano.
“El....” ucap Elvano sambil mengulurkan tangan nya didepan Isyana.
Isyana terhenti dan menatap uluran tangan Elvano, lalu menatap wajah tampan laki-laki itu dengan penuh tanya.
“Bisakah kita berbicara lebih santai? Tidak perlu terlalu formal ... kamu bisa panggil ku El,” ucap Elvano kembali.
Isyana pun tersenyum dan mengangguk, lalu menjabat tangan Elvano. “Baiklah, El.”
“Cantik...” batin Elvano yang tanpa sadar memuji Isyana.
“Kalau begitu bolehkah aku memanggilmu Syana?”
Isyana kembali mengangguk. Entah kenapa dia merasa sangat senang dengan nama panggilan yang keluar dari mulut Elvano.
Sosok Elvano semakin istimewa dimata Isyana. Begitu pun dengan Elvano yang memandang Isyana sebagai wanita dewasa yang bukan hanya mandiri tetapi juga sangat pintar. Suara dan cara bicaranya yang lembut dan sopan, sangat berbeda dengan Nabila istrinya. Nabila yang selalu bicara dengan nada tinggi padanya.
“Em...kalau begitu aku masuk ya? Sampai bertemu besok pagi, El,” ucap Isyana.
“Selamat malam, Syana...”
Elvano tidak berhenti menatap Isyana sampai sosoknya menghilang dari balik pintu. Setelah itu Elvano juga masuk kedalam kamarnya.
Di dalam kamar nya, kini Isyana telah selesai membersihkan diri. Dia duduk di atas ranjang sambil menatap telapak tangannya yang sempat digenggam oleh Elvano. Tanpa menyadarinya Isyana sesekali tersenyum-senyum sendiri. Isyana tidak bisa berhenti memikirkan sosok Elvano. Sampai-sampai dia juga melupakan Ikbal sang suami yang membuatnya curiga tadi.
Begitu pun juga dengan Elvano yang tengah berdiri di balkon kamarnya. Sambil menghisap sebatang rokok dan menikmati keindahan kota Newyork dimalam hari. Sesekali Elvano melirik kearah balkon kamar Isyana yang bersebelahan dengannya.
“Siapapun yang menjadi suaminya pasti sangat beruntung,” gumam Elvano sambil tersenyum.
*
Hari kedua Isyana berada di Newyork.
Tangan nya merenggang, tubuhnya menggeliat di atas ranjang. Isyana membuka mata nya perlahan sambil mengucek mata. Sudut bibirnya tertarik membentuk sebuah senyuman mengingat kembali waktu semalam.
Pagi ini begitu cerah secerah hatinya. Isyana beranjak dari tempat tidur. Berjalan dengan pelan kearah kamar mandi sambil memeriksa pesan, mungkin saja ada pesan dari Ikbal suaminya. Tapi tidak ada satu pesan sama sekali, bahkan nomor Ikbal tidak aktif saat dia coba hubungi. Isyana pun membiarkan nya.
Sedangkan Elvano pagi itu, sudah rapi dengan setelan kasualnya. Celana jeans hitam, baju kaos hitam serta paduan jaket levis dan sepatu kets putih. Jika di bariskan dengan pria-pria bule, tubuh atletis dan ketampanan Elvano tidak akan kalah.
Elvano meraih ponselnya tidak sabaran untuk menghubungi Nino anaknya. Walaupun Elvano yang selalu sibuk dengan pekerjaan nya. Akan tetapi dia sangat menyayangi Nino, bahkan sehari saja tidak melihat anak kesayangan nya itu,membuat Elvano sangat rindu.
“Hai, jagoan ku,” sapa Elvano saat panggilan vidio tersambung.
Anak laki-laki yang wajahnya tidak buang jauh darinya. Ketampanan Elvano ternyata turun ke sang anak. Tengah memasang wajah masam.
“Ayah...Nino kangen ayah,” ucap Nino dengan gemasnya.
“Ayah juga kangen Nino...jagoan ayah mau bobo ya?”
“Iya ayah, ini Nino mau bobo soalnya besok sekolah.”
“Bunda kamu mana?”
Dahi Elvano mengerut saat melihat wajah sedih Nino. “Ada apa jagoan ayah?”
“Bunda belum ada pulang dari semalam,” jawab Nino pelan.
“Benarkah?” Elvano seketika terkejut.
“Kamu kemana Nabila? Apa kamu membohongiku lagi!” batin Elvano sangat murka.
“Sekarang jagoan ayah sebaiknya bobo, karena besok sekolah kan sayang...gak usah terlalu memikirkan Bunda ya, mungkin Bunda sedang ada kerjaan. Nanti ayah akan menghubungi Bunda, suruh dia pulang...”
Elvano mencoba membuat Nino tenang dan tidak terlalu memikirkan bundanya yang belum pulang dari semalam.
Setelah panggilan nya dengan Nino terputus. Elvano pun mencoba menghubungi nomor Nabila beberapa kali. Tidak ada jawaban sama sekali. Membuat Elvano sedikit kesal. Wanita yang tidak bertanggung jawab pikirnya. Tega sekali Nabila tidak pulang ke rumah seharian untuk mengurus anaknya.
Bel pintu tiba-tiba berbunyi. Pandangan Elvano pun beralih ke arah pintu kamar yang letak nya tidak jauh dari tempat dia duduk.
Ketika dia membuka pintu. Elvano tertegun dengan keindahan didepan nya. Cantik, itulah yang terbesit dibenak Elvano. Saat melihat Isyana yang berdiri didepan nya. Sambil tersenyum manis.
“Pagi El,” sapa Isyana.
“Pa-pagi juga, Syana.” Elvano jadi gugup.
“Sebentar, aku ambil kunci mobil dulu ya...” Elvano kembali masuk ke dalam kamar nya.
Isyana mengangguk. Elvano pun kembali ke kamar untuk mengambil kunci mobil. Lalu mereka berdua pun pergi bersama.
Di dalam mobil. Isyana sibuk memperhatikan beberapa berkas ditangan nya. Elvano tersenyum tipis dan sesekali melirik kearah perempuan cantik itu.
“Kayanya ditempat yang akan kita jadikan lokasi acara, ada danau kecil dan taman bunganya ... bagaimana menurutmu?”
Isyana menoleh kearah Elvano secara tiba-tiba. Tapi tidak disangka ternyata Elvano juga sedang menatap nya, membuat kedua mata mereka bertemu. Isyana mengalihkan pandangan nya, merasa begitu gugup ditatap seperti itu oleh Elvano.
“Oh, baguslah aku sangat menyukai tempat seperti itu ... atur saja yang menurutmu itu bagus,” kata Elvano.
“Baiklah, aku tidak akan mengecewakan tanggung jawab ini,” ucap Isyana.
Elvano memberhentikan mobilnya dipinggir jalan. Kemudian dia keluar dari mobil. Menghampiri sorang nenek tua yang duduk di kursi halte. Kemudian memberikan sebuah paper bag kepada Nenek tua itu.
Isyana memperhatikan Elvano dari dalam mobil. Sudut bibirnya tertarik membentuk senyuman dan tatapan menjadi kagum. Isyana menjadi sangat ingin mengenal sosok Elvano lebih dekat lagi. Ingin tahu seperti apa sosok laki-laki yang terkadang membuat batin nya menggila dan bergejolak tanpa sebab.
To Be Continued.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments