Hairani putri ketiga dari pasangan Heru Wibisono dan ibu Lani Maharani.
Hairani seorang gadis yang energik, pandai, perangainya ceria dan mudah bergaul namun juga kesulitan mendapat teman dekat.
Meski mudah bergaul di sekolah atau diluar rumah membuatnya tidak mudah untuk dekat dengan teman hingga menjadikannya sosok yang akrab .
Karena kondisinya yang agak susah untuk meminta ijin keluar rumah atau bermain dengan temannya.
Terlambat pulang sekolah sedikit saja sudah akan langsung mendapatkan kultum dari ayahnya begitu tiba di rumah.
Jika akan kerja kelompok karena tugas sekolah ayahnya akan mengantarkannya ke rumah temannya lalu menunggu disana hingga selesai.
Jadi tidak ada istilah belajar kelompok bisa sambil bercandaan atau mengobrol dengan teman, karena tak ingin ayahnya lama menunggu dan tak enak juga jika sambil diawasi langsung begitu oleh ayahnya.
Sehingga dia enggan untuk membawa temannya bermain ke rumahnya.
Berbeda dengan Sita yang bebas kapan saja mau bermain atau membawa teman main ke rumah, karena lampu hijau dari ibunya yang selalu melindungi Sita dari amarah ayahnya
Sejak hari dimana lamaran Sita Ditolak oleh ayahnya, hari -hari dirumah keadaan menjadi berubah. Hairani kerap mendapatkan ayah dan ibunya bertengkar satu sama lainnya.
Ibu yang masih merasa sedih dan tidak terima anaknya tidak jadi menikah dengan pujaan hatinya, juga merasa marah dan kecewa karena dianggap ayah tidak dapat mengasuh anak karena terlalu memanjakannya.
"Ceraikan saja aku yah, jika menurutmu aku tidak bisa mendidik anakku.." Isak tangis ibunya terdengar lagi dan ini bukan kejadian yang pertama bagi Hairani.
"Mulai lagi" kata Hairani yang mendengar perkelahian mulut antara ayah dan ibunya ketika dia hendak menjemur pakaian yang tadi baru kelar dicuci.
"Brakk.. " terdengar suara pecahan gelas yang dilemparkan ayah meluapkan emosinya.
"Aku suruh kamu mendidik anakmu bukan untuk meminta cerai. Kamu tanggung jawabku sampai kapanpun aku tidak akan menceraikan kamu.." kata ayah nyaring hingga terdengar oleh tetangga.
Beberapa tetangga sampai ada yang berpura-pura sibuk diluar rumah padahal kepo ingin mendengar keributan apa yang tengah terjadi di rumah.
(ciri-ciri netizen jaman now.. Kudu jadi CCTV hidup dilingkungan kita..-_-")
Terdengar suara Linda " Bu sudah Bu.. Malu terdengar tetangga.."
"Biar saja.. Biar orang pada tahu betapa keras kepalanya ayahmu, semua dianggapnya yang keluar dari kepala dan mulutnya benar dan harus dituruti.. Ibu lelah bertahun-tahun.." Isak ibu
"Pulang kan saja aku pak ke rumah ibuku.." jerit ibu lagi..
Hairani tertegun kaget mendengar ucapan ibunya "Ya Allah Bu.. Istighfar..."
"Ayahmu itu dari jaman muda tidak pernah berubah. Coba cari sana wanita yang tahan jadi istrimu dengan sifat keras kepalamu itu.. Mana ada yang tahan...!!!"
"Aku.. Aku.. yah.. Cuma aku selama ini yang tahan jadi istri lelaki macam kamu yah...!" Teriak ibu lagi dengan diikuti Isak tangisnya.
Seorang yang tengah menjadi bahan keributan antara sepasang suami istri ini sedang asik sibuk bekerja di kantor mengusir rasa patah hatinya .
Pekerjaan menjadi bahan pelariannya. Sejak saat itu Sita kerap pulang malam untuk lembur dan pergi pagi-pagi sekali, jarang berkomunikasi dengan orang-orang rumah.
Sensitif jika akan berpapasan dengan ayahnya di rumah. Ayah hanya diam tidak menyahuti omelan dan curahan hati ibu, dia menjaga lisannya agar tidak salah berucap karena bagi laki-laki jika berucap talak atau hal yang menggambarkan ke arah talak maka dapat langsung membuat jatuhnya talak.
Sedangkan ibu layaknya wanita pada umumnya. Jika saat sedang ngomel-ngomel tidak jelas menyebutkan semua hal dari A sampai Z dari jaman dulu sampai yang baru-baru terjadi tidak mendapat respon atau tanggapan maka akan semakin meraung-raung tidak ada ujungnya.
"Bu sudah Bu... Rani mohon Bu.. " pinta Hairani pada ibunya.
"Bu, lagian ibu sudah tua ayah juga sama siapa kalian akan menghabiskan waktu tua bersama jika tidak sama pasangan kalian sendiri.." Hairani berusaha membuat ibunya tenang
"Sudah Bu sudah Rani mohon Bu..." katanya sambil menelungkup kedua tangannya di depan dada..
Raungan tangis ibunya makin nyaring terdengar.. "Hik..hik...huhuhuhu.. nasibku kayak gini... Huhuhuhu "
"Malu ibu ran.. Kakakmu usianya sudah cukup buat menikah.. Tapi tidak menikah-menikah.. Sudah susah menemukan teman Karena ayahmu yang begitu keras susah jika ada teman yang mau main kerumah apalagi jika kakakmu main kerumah temannya.."
"Begitu ada yang mau serius, bukannya ditahan emosi dibicarakan baik-baik barangkali bisa berubah uang jujurannya ekh malah ditolak".
"maka semua tetangga dah tahu lagi, kasihan kakakmu malu dia..". Kata ibunya lagi.
"Bu.. Kamu tahu lelaki itu belum menjadi suaminya saja sudah berani membentak sendiri dirumah ayah sendiri.. Apa bukan lelaki kurang ajar namanya.. " kata Ayah membela diri
"Bagaimana jika dia menikah sama anakmu, kamu tahu loh anakmu itu juga keras kepala jika dia menikah dengan orang yang keras apa tidak dia nanti dipukul sama suaminya.. " kata ayah berusaha membuat ibu mengerti akan keputusan ayah menolak calon menantunya itu.
Ibu terdiam merasa apa yang dikatakan suaminya benar juga halnya.. Tapi ya gitu dalam rumus wanita ga da istilah ngaku salah duluan...
Aturan utama wanita :
Wanita tidak pernah salah
Jika wanita melakukan kesalahan kembali ke aturan 1
Jadi ibu hanya diam. Dan mempertahankan keselnya, meskipun kata-kata yang diucapkan ayah tadi cukup masuk akal baginya.
“sudah akh yah.. toh kita bisa menasehati mereka berdua.. belum ayah bicarakan masih saja ambil keputusan terburu-buru “ kata Ibu masih kekeh dengan pendapatnya.
Linda yang sedari tadi ikut juga mendengar keributan orang tua nya merasa pusing .. “sudah bu pusing dengar ibu dan ayah hampir setiap hari bertengkar"
“ibumu Itu yang selalu membela Sita tidak mau mendengarkan nasehat ayah..” bantah ayah tidak merasa dirinya yang memulai keributan.
Kepala Linda menjadi sakit mendengar keributan yang tak kunjung usai dan saling mengalah satu sama lain antara ayah dan ibunya.
Tanpa disadari Linda jatuh tidak sadarkan diri..
“Kak… “ hairani berusaha menahan tubuh kakanya yang mau jatuh kelantai.
"Ya allah nak kenapa kamu…” kaget melihat anaknya yang sedari tadi disana tiba-tiba pingsan.
"Tuh anakmu bukan cuma Sita saja, anak yang lain sakit sampai tidak bisa kamu sebagai ibunya tahu. “ maki ayah
"Ya allah Pak semua-semua salahku sebagai ibu, salahku semua pak…” ibu makin emosi dibuatnya.
“Bu.. sudah bu..ayah sudah ayah ini kak Linda pingsan kita bawa ke kamar dulu “ pinta Hairani memelas
“Tolong yah… ini kakak ditolong dulu " kata Hairani lagi.
Ayah membantu Hairani mengangkat Linda dan membawanya ke kamarnya
"kasih minyak dulu kakakmu lalu bawakan air hangat kompress badannya panas sepertinya dia sakit “ perintah ayah
“baik ayah..” jawab Hairani
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Widi Widurai
betulll.. jgn kasih toleransi utk hal ini.
2024-03-16
0
Widi Widurai
pdhal dah bener bapakny. dilihat kaya gtu keliatan adi tempramen. dah ga bener akhlak e
2024-03-16
0
Widi Widurai
lebai
2024-03-16
0