Setelah mendengar penjelasan dari keluarga Sita wajah tak nyaman di tampakkan oleh keluarga Adi.
"ehm begini ya Bu, jika kami sudah menyiapkan hantaran apa benar kami harus menyiapkan biaya untuk pesta juga apakah tidak bisa dibagi dua Bu biayanya. Kalau untuk mahar mas kawin kami paham karena itu harus disiapkan oleh pihak kami sebagai keluarga laki-laki?" tanya ibu Adi.
"Gimana ya Bu, kalau untuk akad nikah paling kami ya bisa bantu untuk menyiapkan itupun kan cuma jumlah undangan keluarga dan tetangga terdekat saja. Jika memang tidak mau untuk mengadakan pesta ya paling pas akad nikah diundang nambah sedikit tapi ya bagiamana ya Bu. Namanya anak gadis pertama nanti apa dikata orang kalau nikahannya juga seperti diam-diam tidak diramaikan hanya akad saja" Kata Bu Lani mencoba menolak halus.
"Tetangga juga pada tahu Bu nak Adi sering kemari dan datang bawa mobil. Disangka nanti keponakan saya nikah karena kenapa-kenapa lagi, padahal masih gadis tingting" timpal tante Sita menambahkan.
"Begini bu.. Pak.. untuk hantaran insha Allah saya bisa siapkan namun untuk jujuran saya akan siapkan 5 juta.. Nanti mas kawinnya bagaimana apakah seperangkat alat sholat saja bisa.." Adi berusaha menengahi perdebatan ibunya dan calon mertuanya.
Kedua Orang tua Sita menolehkan kepalanya ke arah Sita..
" Sita sini dulu nak.." Panggil ayahnya
"Iya yah..." Sita datang dari arah dapur sedari tadi dia menyimak pembicaraan orang tuanya dan orang tua Adi di depan.
"Begini Sita dan Adi ayah berusaha menengahi ya. Kalian itu rencana mau buat acara atau nikahnya cuma akad nikah saja ?"
"Akad nikah dan acara juga pak " kata mereka serempak
"Nah kalau akad nikah jika yang diundang bisa terbatas jadi masak pun biasa seadanya paling bisa soto tambah kue dan minuman, bagaimana ?"
"Insha Allah tidak apa-apa ayah" jawab Sita
"saya juga tidak masalah ayah" Adi menyetujui juga.
"Sekarang untuk pestanya. Berapa orang yang akan diundang rencananya?" tanya ayah lagi.
"untuk Sita saja kantor bisa 75-100 orang ayah" kata Sita.
"untuk Adi sekitar 100 orang ayah " jawab Adi.
" Nah bapak sama ibu undangan berapa rencananya ?" kembali ayah bertanya.
" 200 orang untuk keluarga besar Kami sekiranya" jawab ibunya Adi.
"Itu mau di rumah atau di gedung acaranya?" tanya ayah kembali.
"Di gedung" kata mereka kompak.
"Sudahkah kalian hitung terlebih dahulu sebelum melangkah untuk menikah, apalagi sekarang harga-harga sudah pada naik" ayah mencoba membuka pikiran semua orang
"Gedung anggaplah 2 juta, undangan kurang lebih 500 orang dikali 1000 saja sudah 500 ribu, dekorasi bisa 2 jutaan, belum makan untuk 500 orang kira-kira dana 5 juta tadi cukup kah?" tanya ayah kepada semuanya.
"Tapi ayah!! " protes Adi sambil menggebrak meja karena tersinggung dengan penjelasan calon mertuanya hingga membuat yang anda disana terkejut.
Ayah langsung menegakkan badannya atas tindakan spontan Adi tersebut. Namun tetap berusaha sedewasa mungkin menyikapi keadaan " Ya bagiamana nak Adi, kira-kira dari penjelasan bapak mana yang nak Adi kurang mengerti".
"Tadi ibu sudah memberikan saran bagaimana jika akad nikah saja langsung acara ya tamu seadanya karena jumlah dana cuma ada segitu " ibu Lani menambahkan
"Tapi tidak mungkin hanya akad nikah saja, nanti orang- orang kantor menilai aku apa !" Adi marah sambil berkacak pinggang.
"Kak.." Sita menegur sambil menggelengkan kepalanya.
"Hmmm, Begini saya minta waktu dahulu ya. Ijinkan saya untuk meminta petunjuk oleh Allah SWT terlebih dahulu" punya Ayah yang berusaha untuk meredam emosinya
"Permisi..!".
Lalu ayah masuk kedalam kamar mengambil air wudhu dan mendirikan sholat sunah untuk menenangkan dirinya dan juga meminta pertolongan oleh Allah SWT untuk diberikan jawaban yang terbaik.
"Silahkan Bu pak dicicip sajian kami.." kata Tante Sita berusaha menenangkan tamu kakaknya.
Sita hanya bisa terdiam menundukkan kepalanya. Karena cemas akan keputusan ayahnya kelak, melihat pembicaraan yang tidak berjalan seperti harapannya.
Tak berapa lama kemudian Pak Heru keluar dari kamarnya. Dan kembali duduk menghadapi tamunya.
"Sita" Panggilnya
" Dalam menikah tidak hanya akan melewati satu dua hari, tidak hanya akan ketemu satu dua masalah tetapi banyak dan kalian akan semakin diuji.
Menikah bukan hanya menyatukan kamu dan Adi tetapi juga menyatukan dua keluarga, Sampai sini kamu paham.." kata Ayah.
"iya ayah.." jawab Sita.
"Baik.. Hmmm.. Nak Adi, bapak dan ibu serta saudara terima kasih atas kesediaan serta niat baiknya sudah datang pada hari ini untuk melamar putri pertama kami yang bernama Sita. Namun mohon maaf dengan berat hati kami tidak dapat menerima lamaran tersebut"
"Ayahhh..." Sita terkejut dan langsung menitikkan air mata
"Namun sebagai seorang muslim kita masih bisa menjalin hubungan kekerabatan dan silahturahmi..." kata ayah sambil menelungkup kedua tangannya di depan dada.
"Ibu huhuhu.." Sita langsung berhambur masuk ke pelukan ibunya dan menangis.
"Baik pak.. terima kasih atas jawaban yang telah diberikan oleh Bapak atas lamaran yang kami ajukan atas nama Putra Kami " jawab Bapak Adi.
" Ya karena kami rasa tidak ada yang perlu dibicarakan lagi kami undur diri, Terima kasih atas semuanya".
"Ayo Di.." ibu Adi menarik tangan anaknya untuk pergi dari rumah itu
Diluar terdengar suara bunyi Brakkkk.. Brakkk..brakkk..
Adi yang emosi dan merasa patah hati atas ditolaknya lamarannya tersebut memukul depan mobilnya berulang kali.
"Sita Keputusan Ayah sudah bulat.. Masuk ke dalam kamarmu sana dan renungkan kejadian hari ini" bentak ayahnya.
"Ibu huhuhu.." Sita berusaha meminta ibu untuk membantunya membujuk ayahnya.
"Masuk dulu tenangkan dirimu dikamar... " kata ibunya.
Dengan berat hati Sita masuk ke dalam kamarnya dan dari luar terdengar suara isak tangisnya.
"Pak, apakah tidak bisa dipikirkan lagi...!" ibu berusaha membujuk..
"Hmmm..." hanya gumaman ayah yang terdengar sebagai jawaban.
Di belakang Linda dan Hairani yang ikut mendengarkan kejadian itu cukup kaget dengan keputusan ayahnya, karena mereka tahu biasanya setiap kali pacar kakaknya datang ke rumah untuk berkunjung ayah dan ibunya menyambut dengan baik.
"ekh.. Kamu aja Rani yang simpunin bekas gelas dan piring di luar.. Aku mau masuk ke dalam, takut ikutan kena semprot kemarahan ayah" kata Linda langsung kabur ke lantai dua menuju kamarnya.
"huffff... nasib.. nasib pasrah dah...!" kata Hairani.
Lalu dia memberanikan diri menuju ke ruang tamu untuk mengambil gelas dan piring kotor bekas tamu..
"Dengar kamu tadi.. Sekolah yang betul.. jangan macam-macam.. jangan banyak tingkah cari lelaki yang benar.." omel ayahnya kepadanya..
"iya yah.." jawabnya pelan karena takut.
"Dikasih tahu orang tua itu jawab ... jangan diam aja... !!!" Bentak ayahnya
"Iya yah.. Mengerti.."
"Jangan berpacaran lelaki itu banyak yang berengsek.... !! Tambahnya lagi
"Iya yah... " nasib pikirnya.. Jadi bulan-bulanan emosi ayahnya.
"Ayah sudah tidak usah begitu.." tegur ibunya.
"Ibu juga Sita itu terlalu ibu manjakan hingga tidak betul-betul memilah pergaulannya... Laki berengsek kayak gitu kok diajaknya kenalan sama orang tua.. !! Omelannya lagi.
"Lelaki ga tahu Adab dan sopan santun.."
"Dengar kamu Rani jangan kayak kakakmu..!!".
"iya yah... "....-_-"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Emak Kam
bagus dek, semangat 💪
2024-03-09
1
Amelia
semangat terus ❤️❤️👍
2024-02-25
1
Azizah SULAEMAN
Sudah aku kasih bunga kak..semoga jaya terus ..
2024-02-02
1