Melawan Semesta 2

Sudah gelas ketiga Junan habiskan isinya sampai tandas tidak tersisa. Ia merasa begitu kehausan, merasakan betapa kerongkongannya begitu kering sampai ingin terus membasahinya dengan air minum masuk ke dalam mulutnya.

Masih teringat jelas bagaimana kejadian tadi, bagai film yang terus berputar-putar di kepalanya. Terangkat tangannya memegang bibirnya dan membasahi dengan air liur. Begitu jelas bagaimana rupa sosok yang mencuri ciumannya tadi. Wajahnya yang terlihat manis, tidak hilang dari ingatan Junan.

"Cantik" satu kata itu lolos keluar dari mulut Junan. Sedetik kemudian matanya melotot menggelengkan kepalanya begitu cepat. "Astaga bodoh Junan, dia cowok woi" tangannya memukul kepalanya pelan sebelum kembali menuang air ke dalam gelas yang ia pegang.

Getar ponselnya di atas meja mengalihkan fokusnya kepada benda pipih itu. Tertera nama ibu di layar ponsel itu. Dengan cepat meraih ponselnya mengangkat panggilan wanita kesayangannya.

"Iya bu"

"Jun, kapan pulang. Ibu udah bosan loh ini tidak punya teman"

"Lah, kemarin siapa yang ngusir Junan katanya malas liat muka aku. Sekarang kok malah bilang kangen segala"

"Bukan kangen, cuman suruh kamu pulang cepat supaya ada yang ibu suruh-suruh"

Junan mendelik dengan tatapan sinis meskipun sebenarnya ibunya tidak dapat melihat ekspresi wajahnya itu.

"Besok Junan pulang. Si pretty gimana bu, ibu kasih makan kan kesayangan aku"

"Nggak, sudah ibu sembelih jadikan nasi kucing"

"Astaga ibu...jahat banget sumpah"

Kekehan kecil terdengar dari sebrang sana. Ibunya sedang menertawakan dirinya yang tentunya kesal makhluk kesayangannya dijadikan tumbal, dijadikan nasi kucing pula.

"Makanya pulang. Si pretty sudah kangen sama kamu kayaknya, tidak semangat dia menjalani hari-harinya yang penuh kesepian. Biasanya kan kalau sama kamu, kalian berdua banyak drama"

"Iya, besok aku pulang. Jangan biarkan pretty keluar rumah loh ya bu. Apalagi biarin kucingnya si Jenan yang malu-malu sinting datang terus di rumah"

"Lah kemarin mereka berduaan kok di depan, pacaran mereka"

"Ya jangan biarkan pacaran dong bu. Nanti kalau pretty hamil bagaimana"

"Ya bagus dong, supaya ibu punya cucu. Nggak apa-apalah biar anak kucing. Udah ah ibu mau jaga kios lagi. Pulang besok itu ya, awas saja sampai nggak pulang"

"Iya ibu sayang iya... besok anakmu ini pulang"

Tidak sempat menjawab lagi karena ibunya sudah mematikan panggilan. Apalagi tadi dirinya sempat mendengar suara seseorang yang memanggil yang sepertinya adalah pembeli. Junan menghela nafas, menyandarkan kepalanya di kursi sambil menatap langit-langit rumah. Melamun menatap kosong ke atas, kembali tangannya memegang bibirnya. Senyum kecil terbit di bibirnya, detik berikutnya ia mengacak-acak rambutnya frustasi.

"Astaga....gue kenapa sih"

"Kenapa Jun...?"

Kedatangan Denis membuat Junan terperanjat kaget. Rasmi ibu dari Denis mengikuti langkah putranya itu, menyimpan belanjaan di atas meja.

"Kenapa nak Junan, mukanya kesal begitu" Rasmi mengeluarkan belanjaannya dan beralih mendekati kulkas untuk di simpan di dalam sana.

"Nggak kenapa-kenapa Tan, tadi cuma bosan saja nunggu Denis lama banget" alasan yang menurut tuan rumah masuk akal. Padahal sebenarnya Junan sedang tidak memikirkan Denis, sama sekali bukan Denis yang ada di dalam pikirannya.

"Maaf banget Jun, tadi masih ngobrol sama teman di pasar. Oh ya, jadi mancing nggak nih kita...?"

"Jadilah. Gue udah nunggu elo dari tadi masa iya tiba-tiba nggak jadi"

"Gas lah kita cari umpan"

"Pulangnya jangan terlalu siang ya, nanti hujan lagi seperti kemarin" suara Rasmi mengingatkan mereka.

"Iya Bu"

Peringatan Rasmi rupanya tidak masuk ke telinga mereka. Buktinya baik Junan maupun Denis kini masih begitu menikmati kegiatan mereka sampai sore hari mulai menjemput. Dan di sore hari itu langit kembali mendung, langit sepertinya akan kembali memuntahkan isi perutnya.

"Jun pulang yuk, mau hujan lagi nih kayaknya" Denis mengangkat kepala melihat ke atas langit yang mulai menghitam. "Ikannya juga udah lumayan lah buat makan malam" tatapannya jatuh pada ember hitam yang ada di tengah-tengah mereka.

Junan ikut melihat ke atas, melihat cuaca yang tidak lagi mendukung pada akhirnya ia setuju dengan usulan Denis untuk pulang ke rumah.

Sayangnya baru saja membereskan peralatan mereka, rintik hujan mulai turun hingga digantikan dengan derasnya yang mulai membasahi tubuh keduanya. Terpaksa harus pulang dalam keadaan basah. Akan tetapi hal itu tidak membuat Junan kesal sebab ia memang menikmati kegiatan mereka hari ini. Apalagi dinginnya air hujan membasahi kulitnya, begitu segar ia rasakan.

Berjalan memegang pancingan masing-masing, banyak anak-anak yang rupanya begitu senang bermain di bawah guyuran hujan. Mereka berlari begitu riang, sesekali menendang air hujan yang tergenang di jalanan.

Junan tersenyum melihat pemandangan itu, tidak pernah ia lihat sebelumnya anak-anak kecil bermain kejar-kejaran begitu bahagia bermandikan air hujan. Jika di lingkungan tempat tinggalnya, pastinya anak-anak seperti yang ia lihat akan dimarahi oleh orang tua mereka ketika ketahuan bermain hujan. Langkahnya terhenti memperhatikan anak-anak itu. Hingga satu tatapan lurus di depan sana, kedua matanya menangkap sosok yang ia lihat tadi pagi. Sosok itu Berdiri merentangkan kedua tangannya, kepalanya menengadah ke atas membiarkan air hujan menyirami wajahnya.

Sosok itu yang menabraknya tadi pagi. sosok itu yang mencium bibirnya hingga tanpa sadar ia mengangkat tangannya memegang bibirnya. Sosok itu tersenyum begitu manis memperlihatkan lesung pipinya menambah kesan menawan di wajahnya.

Junan bahkan tidak bergerak sedikitpun dari tempatnya ia berdiri. Kedua matanya tidak sekalipun teralihkan dari pemandangan yang menurutnya begitu menyenangkan hatinya.

Denis yang merasa tidak bersama seseorang, menghentikan langkah dan berbalik melihat ke belakang. Keningnya mengerut ketika melihat Junan terdiam berdiri di tengah jalan.

"JUNAN... AYO"

teriakan Denis mengalihkan sosok itu untuk melihat ke arah Junan. Satu tatapan lurus membuat kedua mata mereka bertemu dalam satu titik. Saling menatap satu sama lain tanpa bergerak sedikitpun di tempat mereka.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!