Menyembunyikan kehamilan Part 3

"Dasar bodoh, pantas ia bisa mempermainkan mu, menjaga diri saja tak becus, sampai hamil gini dan dicampakkan." sahutnya lagi- lagi tak memberi tahu siapa gadis itu.

"Aku gak mau nikah dengan mu, sebelum tau siapa gadis itu...!" cetus ku padanya.

"Emang klo tau kamu mau nikah sama aku?" pertanyaan masa Fatir kali ini terdengar seperti pria yang sedang melamar diriku, tapi sayang sekali aku tak merasakan apapun untuknya, termasuk juga dengan mas Rayhan, dulu aku pernah mencintai seorang pria namun aku harus menguburnya dalam hati karena pria itu telah pergi untuk selamanya sebelum aku mengatakan jika aku sayang padanya.

"Tak perlu susah mengurus perceraianku Mas, aku yakin berkas perceraian kami sudah dikantor agama sekarang dan bahkan akte nya bisa jadi udah terbit, " ucap ku dengan menundukkan kepala dan mengelus si cabang bayi dalam kandungan ku.

Tak akan ada pernikahan ke dua dalam hidup ini, maaf Mas Fatir jika memang aku adalah gadis yang engkau sayangi maka aku akan pergi menjauh dari mu, engkau layak dapatkan yang terbaik.

"Kamu Mikir apalagi sih Fin, udah nikah aja sama Fatir biar kamu gak susah cari identitas anak kamu, " ujar Lira, namun jalan keluar yang mereka berikan sama sekali tak masuk akal untukku.

"Tidak, ini tentang kehidupan tak baik rasanya mempermainkan sebuah kehidupan, jika ia tak mau mengakui anak ku, biarlah seperti itu, suatu saat nanti ia akan merasakan pedih yang kami rasakan sekarang, dicampakkan dan dihina. Ia yang akan datang bahkan memohon Lira, mas Rayhan tak akan punya kesempatan memiliki keturunan lagi, ia mandul setelah kecelakaan bulan lalu, tapi aku menyembunyikan diagnosa dokter padanya ," ujar ku pada Lira dan mas Fatir yang belum beranjak setelah kembali mengambil laporan kantor yang ketinggalan.

"Itu mah karma," sahut mas Fatir yang masih enggan meninggalkan kami dan hanyut dalam pembahasan kami saat ini.

"Jadi apa rencana mau sekarang? " Lira' kembali mempertanyakan rencana hidupku ke depan.

"Aku dengar ada mutasi di kantor ke cabang baru di kota B, klo boleh aku ingin meminta maaf Fatir mendaftarkan nama ku, gimana?" keputusan yang aku buat membuat mereka saling berpandangan saat ini.

"Aku juga ikut ya, masa kalian tinggalin aku sendiri, aku gak mau...!" ujar Lira membujuk Fatir, padahal ia sedang mendapatkan promosi naik jabatan.

"Kan ada si Opik, masa kamu tega ninggalin dia," sahutku segera membangkitkan emosi lira sedang mas Fatir justru tertawa terbahak mendengar ucapan ku.

Hahaha.....

"Fin, kamu ih...gak asyik bangat...!" keluh Lira.

"Ada berita baik, aku baru saja menanda tangani surat persetujuan pengangkatan kepala cabang yang baru, dan kabar bahagianya adalah Lira akan menjadi kepala bagian staf pemasaran dan kamu jadi asisten Kepala cabang yang baru, dan Opik akan menggantikan ku di kantor pusat."

"Wah....ini mah kabar yang luar biasanya, meski di rayain Lo, tapi sayang di Opik dan si Upik akan terpisah, kasian sama dua sejoli itu hubungan mereka harus kandas sebelum dipupuk dan tumbuh mekar mewangi," guyon ku membuat Lira merah padam karena menahan emosi yang hampir membludak.

"Defina, awas kau...!" Lira langsung memelukku erat hingga aku sesak dibuatnya.

Hahahaha.....

"Kantor cabang bisa hancur dengan pegawai seperti kalian," ujar mas Fatir setelah menertawakan tingkah konyol kami.

Melihat mereka yang selalu setia di samping ku baik susah maupun senang tak terasa aku justru melow dan meneteskan bulir air mata, Lira yang tomboy bahkan jarang menitihkan air mata malah ikut mewek bersama ku, "jangan sedih Fin kami akan menjadi orang tua terbaik buat si dedek nantinya, dia tak akan pernah merasakan kekurangan kasih sayang," ujarnya membujuk diri ku.

"Yah, aku janji aku akan kuat, kan ada kalian," Lira melepaskan pelukan nya, aku punya syarat Fin, sebelum kita pergi berjanjilah jika kau akan membantu ku," Ucap mas Fatir pada kami.

"Apa?' tanya Lira sedikit penasaran.

"Jadi istri pura-pura" selepas Fatir memberitahukan kami, Lira justru tertawa terbahak kini giliran dia yang menertawakan mas Fatir, "Apaan sih Lira, gak lucu tau!" sanggah mas Fatir tak terima, karena Lira malah menertawakan permintaan dirinya pada ku.

"Kamu kan Playboy, masa nyari istri bohongan gak bisa, itu namanya kualat Lo....hahahaha....!" Lira semakin terbahak.

Hahahaha....akupun ikut hanyut menertawakan tingkah mas Fatir yang tak masuk akal.

"Ya, katanya penjajakan, kok malah milih janda, hamil lagi, apes bangat sih kamu Mas," aku ikut menimpali candaan Lira.

"Gak masalah, beli satu gratis satu, kan untung," sahut mas Fatir tak mau di kalah guyon oleh kami.

"Mas bisa aja, nikah bukan permainan tapi soal kehidupan harus serius," sahutku mengingatkan

"Jodoh tak kan kemana, jangan khawatirkan itu, jika sudah saatnya pasti akan datang dan tak perlu cemaskan itu." lanjut ku sok menasehati padahal meraka adalah senior soal hidup.

"Mas dia udah dewasa sekarang, ada baiknya juga ia jadi istri si kutu kampret itu," ujar Lira enggang menyebutkan nama ayah dari anak yang sedang aku kandung sekarang.

Aku menghela napas panjang, mencoba tak mengingatnya lagi. "Aku kapan pulang dari rumah sakit, gak betah lama-lama disini," ujar ku mengalihkan pembahasan.

"Sehari lagi, Fin. Klo gitu mas pamit dulu, besok aku jemput kalian." ucapnya dan meninggalkan kami berdua.

"Ternyata mas Fatir orangnya perhatian ya' Lir, aku baru mengenalnya dengan baik setelah menjadi istri mas Rayhan."

"Ya, itu karena dia sayang ma kamu, UPS....!" Lira langsung membekap mulut sendiri, tanpa sengaja ia malah bocor dihadapan ku, "Hehehe..... jadi firasat ku tak meleset selama ini, aku memang merasa jika mas Fatir perhatian pada ku, tapi aku sama sekali gak berani GR aku pikir dia punya banyak pacar jadi mungkin saja ia memang punya sifat yang perhatian gitu." jelas ku tersipu malu, meski aku akui hingga sekarang aku tak ada perasaan lebih pada mas Fatir.

"Emang kamu sama sekali gak ada rasa gitu secara ia kan perhatian ma kamu?" Lira semakin penasaran dan berusaha menggali lebih dalam tentang perasaan ku terhadap mas Fatir.

"Entah lah, aku juga tak tau. Yang jelas untuk saat ini masih sebatas rasa kagum doank, belum ada ruang untuk pria lain dalam hidup ku!" jawab ku dengan jujur.

"Hati-hati tipe kayak kamu tuh, sekali jatuh cinta susah mov on nya...hehehe...." ujarnya memperingatkan diriku.

"Mungkin, jadi harus ekstra milihnya, hahahaha...." aku menimpali dengan jawaban super serius kali ini.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!