Hamil

"kamu" ucap ku dengan dengan ekspresi mengejutkan.

"Jadi si playboy itu mengusir kamu?" tanyanya membangkitkan sakit ku.

"Ngapain masih membuntuti diri ku?, kepo aja terus, kayak mak-mak carlota lorong rumah mas Rayhan." sahut ku sedikit nyindir.

"Gak marah?"

"Ngapain coba harus marah, meskipun kaitannya dengan mu, tapi kejadian hari ini sama sekali bukan karena tuduhan itu,"

"Lalu apa?"

"Aku terlalu lelah, pengen istirahat. Yang jadi masalah ini bukan tentang fisik tapi soal hati."

"Oh"

"Ya, Udah, masuk dan istirahat. Aku tinggal tak jauh dari sini, besok biar aku jemput. Sekalian buat dia meledak." lanjutnya masih dengan gaya biasanya, kelewat santuy.

Sang supir yang baik hati telah memesankan penginapan tersebut untuk diriku, aku sangat berterimakasih walaupun berat tapi hari ini aku bertemu dengan orang baik, itu membuat hati ku sedikit lega.

"Mas, terimakasih."

"Sama-sama, Mbak. Moga tempatnya nyaman buat mbak istirahat malam ini," sahutnya dengan tersenyum pada ku.

Aku pun memasuki kamar penginapan, sampai dalam kamar ternyata lumayan juga, meski kamar sederhana, namun cukup nyaman untuk menjadi tempat istirahat malam ini, setidaknya aku bisa berpikir jernih malam ini.

Aku kini berganti pakaian setelah membersihkan tubuh ku, serasa sangat lengket. Aku memeriksa barang bawaan ku satu persatu dan memasukkan ke dalam lemari dua pintu. Setelah beres aku merebahkan diri di kasur, karena lelah aku pun tertidur dengan pulas.

Ponsel berdering keras, semalam untuk berjaga-jaga dari kesiangan aku sempat membuat alarm, untung saja..., kalua ngak pasti aku dah terlambat bangun sekarang. Nada dering yang aku pilih lumayan berisik alhasil membuat ku terbangun dari mimpi indah ku semalam. Mimpi bertemu dengan Almarhum papa dan mama, bisa jadi mereka juga merasakan kesedihan diri ku hingga aku terbawa mimpi olehnya.

Masih muka bantal ku raih ponsel itu, lalu aku matikan segera, aku langsung bergegas bangkit dan bersiap-siap menuju kantor, tentu saja untuk hari ini tak ada menu sarapan.

Aku keluar dari kamar dan langsung mengunci pintu kamar tersebut, hari ini memang belum terpikirkan planning selanjutnya, tapi aku sedang mengatur rencana mencari hunian sewa bulanan, semoga aku bertemu dengan kamar kost terjangkau setidaknya sesuai dengan gaji bulan ditambah pengeluaran harian ku.

Kini aku tak lagi menggunakan taksi menuju kantor, aku baru sadar jika penginapan yang aku tempati sekarang lumayan strategis, aku memutuskan naik angkot menuju kantor.

Demi menghemat biaya aku wajib mengatur keuangan kembali, seperti sedia kala. Sebenarnya situasinya ini gak asing, aku dulu bahkan lebih melarat dibanding sekarang.

Selama perjalanan aku melirik kesana kemari, mencari tempat kost sekitar. Jika diukur jarak dari kantor dengan daerah penginapan yang aku tempati sekarang ternyata lebih dekat dibandingkan rumah mas Rayhan, aku pun menjadi semangat dan tak melewatkan satu pun rumah penginapan ataupun rumah kost.

Karena fokus memperhatikan penginapan sepanjang jalan, aku sampai lewat beberapa meter dari tempat pemberhentian menuju kantor.

"Hampir saja," lirih ku sedikit cemas.

"Mangkanya jadi orang jangan kebanyakan ngelamun, aku panggil sepanjang jalan kamu malah keasikan lihat rumah sepanjang jalan, untung aku sabar, klo ngak udah aku lempar pake batu mobil angkot yang kamu barusan naiki." Ngakak seperti biasa dan berjalan mendahului.

"Pak Fatir bahagia bangat ya hari ini!" sapa Lira rekan satu tim ku.

"Massa," sahut ku sekenanya.

"Iya lah, emang kapan pria itu begitu sembrono kayak tadi, biasanya kan ketus gitu, pa lagi ma kamu, pasti kumat muka judes plus cuek."

"Lagi kesambet setan kali!"

Hahahaha....

Kami pun ngakak bersama, hingga kami lupa jika ada paparazzi yang sedang menyorotkan kamera kearah kami, merekam semua yang barusan kami guyon kan bersama, "Gila Fin, tamat riwayat kita si Opik tuh, kayaknya gawat deh, aku barusan liat kayaknya dia rekam apa yang kita omongin tentang bos barusan," Lira langsung panik dan ngejar bang Opik hingga masuk dalam ruangan kerja yang merupakan ruangan tim kami.

"Mereka kenapa ?" Tanya salah seorang rekan dari Tim lain.

"Gak liat, klo mereka lagi kejar - kejaran, itu tandanya bentar lagi, stok jomblo di kantor kita akan berkurang...!" jawab ku ngasal agak kocak.

" Hahahaha....yang benar aja kamu, klo Meraka di satukan bisa-bisa kita kiamat lebih awal."

"Hahaha...bisa aja sih kamu....!"

Hahahaha....kamipun tertawa bersama dan kembali fokus dengan tumpukan kerjaan dihadapan kami yang tiada habisnya sepanjang masa.

Ditengah fokus dengan kerjaan harian ku, entah ada apa dengan diri ku. Aku tiba-tiba pusing dan penglihatan menjadi gelap, hingga tak sadarkan diri. Mereka bergegas mengantarkan ku ke rumah sakit terdekat, lagi-lagi giliran Lira yang harus mengalah dan menemani ku hingga aku siuman.

Perlahan aku membuka mata, ku dapati ruangan kosong dan ketika hendak bangun aku baru sadar jika tangan kiri ku sedang terpasang infus. "Aku kenapa kok bisa masuk Rumah Sakit, biasa aku gak pernah seperti ini sebelumnya, baru kali ini aku merasa sangat lelah," lirih ku, berharap ada seseorang yang akan menemui ku segera mungkin.

Dalam kondisi pasrah, akhirnya pintu kamar di buka oleh seseorang, siapa lagi klo bukan Lira, tapi yang aku heran kok pria yang dibelakang dirinya seperti nya sangat familiar, ternyata mas Fatir ikut mengantarkan diri ku.

"Lira' mahkluk kutub itu ngapain disini?" tanya ku berbisik.

" Di Kutub sedang mencair, bisa jadi karena efek El Nino." jawabnya ngasal dengan lantang, membuat fokus bos kami langsung mengarah pada Lira dengan ucapannya barusan.

"Kamu tuh, ditanya apa jawabnya apa?" oceh ku berusaha mengalihkan pandangan mas Fatir pada kami.

"Apaan sih, emang aku budek, gak tobat ya kamu!, tadi di kantor kamu bilang aku kesambet setan, sekarang kamu bilang aku manusia kutub, serah Lo deh Fin, asal Lo bahagia dan ngak curhat ma tukang taksi."

"Eh....tunggu, dia bilang kamu curhat ma tukang taksi, kok bisa?" Lira' menatapku dengan mengerutkan dahi.

"Jangan dengerin dia, manusia kutub klo mencair yah gitu, suka ngelantur." balasku dan langsung menghindar merebahkan diri.

"Enak aja," sahutnya meski masih fokus dengan layar laptop di pangkuannya

"Aku kenapa ?" tanyaku pada gadis dengar predikat jomblo forever, meski beda 2 tahun lebih tua tapi jangan coba-coba manggil dia kakak, pasti langsung ngamuk persis harimau betina.

"Entah?, tanyain sendiri tuh sama bos, dia yang berurusan dengan dokter yang tanganin kamu.

Mendengar penjelasan yang barusan Lira sampaikan, aku melemparkan tatapan ke arah Mas Fatir, "Mas....aku kenapa?" tanyaku padanya mengulang pertanyaan yang barusan aku tanyakan pada Lira.

Tanpa menjawab ia malah sibuk dan fokus mengetik sesuatu pada ponsel miliknya, tak selang sedetik, ada notif pesan masuk di wa ku, aku pun langsung membukanya, dan alangkah terkejutnya diri ku membaca teks yang mas Fatir kirimkan pada ku.

Terpopuler

Comments

Nabila

Nabila

sebenarnya aku suka cerita novelnya udah masukin vaforit tapi aku gak suka pemerannya cerita sendiri coba kaya film kita enak nontonnya alurnya.ini kaya acara di ceritain sendiri kaya ngerumpi kak ros adeh malas bangat

2024-02-24

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!