Pagi ini Daffin sudah berada di kantornya, ada hal yang mendesak mengharuskannya ke luar kota dalam waktu yang lama mengurus permasalahan yang timbul di kantor cabang.
Daffin harus memberitahukan ke papanya tentang keberangkatannya yang mendadak. Ia tidak mungkin akan membatalkan pernikahan yang sudah di urus papanya.
Daffin akan ke rumah papanya siang ini. Ia harus segera memutuskan tidak bisa menunda keberangkatan nya. Ia harus berangkat minggu depan. Rencananya sehari setelah menikah ia akan langsung berangkat.
"Ber, selama aku berangkat nanti kamu yang handle di sini, kabari jika ada masalah,"
"Baik Tuan,"
"Aku akan pergi siang ini, jika ada yang mencari kamu temui dulu,"
"Baik Tuan, apa ada lagi Tuan,"
"Itu saja dulu,"
Berry keluar dari ruangannya.
Pintu ruangan di ketuk.
"Masuk,"
Berry kembali membuka pintu ruangan Daffin.
"Tuan ada yang mencari anda, nyonya besar,"
Belum Daffin menjawab mamanya sudah muncul melewati Berry yang membuka pintu, di belakangnya ada wanita cantik dengan pakaian sexy, menampilkan paha putihnya dan kancing baju kemejanya di buka dua kancing teratas.
Daffin mengerutkan alisnya.
"Daffin sibuk Ma," tanpa menoleh Daffin berbicara.
Belum mamanya mengeluarkan suara Daffin sudah bicara duluan, ia sedang tidak ingin di ganggu.
"Daffin begini cara kamu melayani tamu datang?" mama Sita mendekati meja Daffin diikuti oleh wanita cantik tersebut.
"Mama ke sini mau kenalin kamu dengan anak sahabat mama, ini Shella, kenalan dulu,"
Shella heran dengan sikap Daffin yang cuek padahal mamanya yang sedang berbicara.
"Daffin!" teriak mama tak peduli dengan Shella di sampingnya.
"Daffin sibuk, Ma, sebentar lagi Daffin mau keluar,"
"Iya mama hanya ingin mengenal kan kamu dengan Shella,"
Daffin mengangakat kepalanya. Mengernyitkan alisnya. Wajah nya datar.
Shella yang mengulurkan tangannya menarik kembali.
Sialan, batin Shella dirinya di cuekin.
Mama yang tidak enak memelototkan matanya ke putranya.
"Daffin akan menikah minggu depan," ucap Daffin datar.
"A-pa?!" mama pura-pura kaget di depan Shella.
"Tante anak tante sibuk, kita pulang aja ya," ajak Shella gak enak melihat wajah Daffin yang datar.
Mama Shita mencebikkan bibirnya, ia marah ke putranya. Ia segera menarik tangan Shella dan pergi dari sana.
Daffin lega mamanya sudah pergi. Ia segera mengemas berkas di mejanya dan akan pergi ke rumah papanya.
Daffin yang akan menikah tidak tau dengan wanita mana yang akan di nikahinya dirinya juga tidak terlalu peduli. Di hati Daffin sebenarnya sudah ada wanita yang di tunggunya, wanita masa kecilnya yang sudah di sukainya sejak dirinya masih kecil.
Hanya saja wanita itu sudah tidak ditemukannya lagi. Gadis kecil yang dijumpainya di ulang tahun temannya pada saat itu. Daffin juga tidak tau siapa nama gadis kecil itu.
Flashback On
Seorang gadis cantik berusia 6 tahun berjalan menghampiri cup cake yang tersedia di acara ulang tahun temannya. Karena tubuhnya kecil ia tidak sampai untuk mengambil kue yang sudah menggodanya untuk di cicipi.
Seorang anak lelaki yang tinggi datang mendekatinya.
"Kamu mau kue ini?" tanya anak lelaki tersebut yang sudah memegang satu buah cup cake berwarna pink.
Gadis kecil tersebut menganggukkan kepalanya dengan malu-malu.
"Ini ambil buat kamu," anak lelaki tersebut memberikan cup cake ke gadis tersebut.
"Terimakasih Kak," setelah menerima kue tersebut gadis kecil itu berlari riang, pita di ikatan rambutnya terlepas tidak jauh dari anak lelaki tersebut, pita pink yang jatuh di lantai di ambil oleh lelaki tersebut. Ia menyimpan nya.
Anak lelaki tersebut terus berkeliling mencari di mana gadis kecil itu tetapi tidak ketemu.
Dengan gontai lelaki kecil tersebut mendekati temannya yang berulang tahun dan mereka bermain bersama.
Flashback Off
Daffin mengendarai mobilnya sambil mengenang gadis kecil. Entah di mana gadis itu sekarang apa mungkin mereka akan bertemu? Daffin sendiri tak yakin.
Teman kecilnya yang berulang tahun ada menyimpan foto mereka rame-rame, termasuk gadis kecil itu. Daffin kecil sudah menyimpan foto tersebut. Ia selalu memandangi foto itu, ia berharap suatu saat akan bertemu dengan gadis kecil itu dan menikahinya. Apakah bisa? Sedangkan dirinya akan menikah dengan gadis yang di jodoh kan dengannya.
Tanpa terasa mobil Daffin memasuki halaman rumah papanya. Gerbang tinggi itu terbuka sendiri ada sensor yang bisa membuka pintu gerbang karena mobil Daffin sudah di kenali.
Daffin keluar dari mobil dan menutup pintunya kembali.
Daffin masuk ke rumah papanya dan langsung menuju ke ruang kerjanya. Daffin sudah hapal papanya pasti ada di rumah jika siang hari.
Daffin membuka pintu tanpa mengetuk duluan. Ia langsung duduk di depan meja papinya.
"Pa,"
"Hmm"
"Daffin nikah minggu depan aja,"
"A-pa!"
"Daffin mau ke luar kota lama, kalo gak bisa di cancel aja nikahnya,"
"Kau ini!"
"Daffin serius!"
"Baiklah papa akan hubungi calon mertua kamu,"
"Tidak ada resepsi hanya akad aja,"
"Terserah!"
Daffin keluar dari ruangan papanya.
Interaksi papa dan putranya yang aneh tanpa basa basi.
Daffin sudah memerintahkan Berry untuk membeli rumah di kawasan elite yang memiliki privasi.
Daffin sudah menyusun rencananya dengan rapi, draft pernikahan kontraknya sudah di buatnya. Meskipun ia tidak tau siapa wanita yang akan di nikahinya ia tetap meminta anggota nya untuk mengawasi istrinya. Daffin tidak mau ada berita miring tentang istrinya di luaran sana selama wanita itu masih menjadi istri kontraknya.
***
Di tempat kerjanya, Ezzel sedang berada di ruangan bosnya, Genta. Mereka sedang membahas rencana meeting di luar kota minggu depan.
Ponsel Ezzel berbunyi, ia menghentikan pembicaraannya dengan Genta sejenak. Ezzel mengangkat telponnya.
"Iya Pi, a-pa? Pi, minggu depan Ezzel mau keluar kota mau meeting! Kenapa tiba-tiba berubah Pi!" teriak Ezzel.
Ezzel yang aslinya tidak banyak bicara sejak di jodohkan dengan seseorang yang tidak di kenalnya, menjadi cepat emosi.
Ezzel merasa dirinya bisa tensi menghadapi permintaan dari calon suaminya itu.
"Nanti Ezzel ke rumah Papi, sekarang Ezzel lagi meeting dengan Genta, Pi, iya Pi, Ezzel tutup ya Pi,"
Ezzel melemparkan ponselnya ke sofa di sampingnya. Ezzel memijit pelipis nya.
"Kenapa lagi? Ada masalah?" tanya Genta.
"Aku akan menikah minggu depan,"
"Apa!" Genta pun kaget juga jadi ikut-ikutan teriak.
"Tau ah," wajah Ezzel sudah cemberut saja.
"Kamu gak ketemu dulu sama calon suamimu?"
"Gak, bodo' ah, males aku,"
"Coba kamu temui calonmu itu bicara baik-baik, kalian ini mau menikah tapi seperti main-main saja,"
Ezzel mengedikkan bahunya
"Jadi gimana minggu depan, aku tak bisa ikut,"
"Ya sudah gak apa, aku sendiri aja nanti yang hadir, kamu tenang aja, urus aja pernikahan mu dulu,"
"Gen, kamu emang bos idaman para wanita, kamu itu baik banget, cewek yang akan mendapatkan dirimu sangat beruntung,"
"Itukan menurut mu Zel, belum tentu nanti calon istri ku bisa ngomong seperti itu,"
"Yeey, kok gak percaya, jadi siapa pacarmu sekarang?"
"Gak ada," jawab Genta cepat.
"Huuu, gak mungkin laki-laki setampan kamu gak ada pacarnya, impossible,"
"Ya, terserah kamu aja, jadi kita makan siang dulu?"
"Kuy lah, siapa takut,"
Mereka berdua beranjak dari kursi dan berjalan berdampingan keluar ruangan. Rencananya mereka akan makan siang di restoran yang biasa mereka kunjungi, kadang bersama klien, atau berdua aja. Genta dan Ezzel seperti pasangan kekasih aja. Gestur tubuh mereka membuat orang salah persepsi. Ezzel dan Genta cuek aja dengan pandangan dari pengunjung yang mengenal Genta sebagai foto model. Mungkin bagi cewek-cewek melihat Genta seperti memberikan vitamin A di mata mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Rahma AR
mata segar kll lihat genta hehee
2023-12-31
1