Sepulang dari rumah papanya Daffin ke apartemennya membersihkan diri dan beristirahat sebentar agak malam ia baru akan pergi ke club.
Daffin berjanji bertemu dengan dua sahabat baiknya yang sama-sama pengusaha muda.
Daffin sedang beristirahat di balkon kamarnya masih mengenakan bathrobe Daffin menyempatkan diri untuk merokok. Baginya dengan merokok bisa memberikan ketenangan sesaat di pikirannya. Pikiran yang terus saja berpikir tentang banyak hal. Salah satunya tentang pernikahan paksa dari papanya.
Sebagai anak yang berbakti dan tidak ingin mengecewakan papanya Daffin mengikuti saja. Daffin juga punya rencana sendiri setelah menikah, ia akan menyiapkan kontrak nikah dengan wanita yang tidak di kenalnya. Entah wanita mana yang akan menjadi pendampingnya nanti.
Sambil menghisap rokok nya Daffin menggoyang-goyangkan wine yang di berinya kristal es berbentuk kotak. Meski ia memejamkan matanya tetapi Daffin sedang berpikir. Di apartemen nya ini hanya ada satu kamar. Ia tidak mau tinggal satu kamar dengan istrinya nanti. Ia harus membeli apartemen baru atau rumah yang lebih besar.
Tanpa terasa Daffin sudah dia jam duduk di balkon kamarnya perutnya pun sudah terasa belum di isi. Daffin bergerak masuk ke kamarnya mengganti pakaiannya dan bersiap mau ke club.
Teman-teman nya sudah menelpon dirinya dari tadi.
Daffin bergegas ke mobilnya ia menggas mobilnya dalam. Mobil melaju dengan kencang di jalanan ibu kota.
Hanya butuh waktu 15 menit pria tampan dengan tubuh tinggi tersebut berjalan dengan angkuhnya masuk ke club milik sahabatnya.
Daffin melewati dance floor cewek-cewek sexy banyak yang berpakaian kurang bahan meliuk-liukan tubuhnya dengan lelaki di belakangnya. Entah siapa lelaki-lelaki yang ikut ngedance dengan cewek- cewek sexy tersebut.
Daffin meneruskan langkahnya naik ke tangga yang hanya beberapa anak tangga saja. Daffin jalan lurus sampailah ia di pintu ruangan VIP tempat biasa mereka berkumpul. Alex sahabatnya sebagai pemilik club memberikan ruangan ekslusif untuk sahabatnya.
Daffin masuk ke ruangan di lihatnya Alex dan juga Cello yang meruapakan teman Genta juga, ternyata ia bersahabat dengan Daffin.
"Hai, dude, senyum lah sedikit," tegur Alex yang melihat sahabatnya itu menatap mereka dengan bibir terkatup rapat.
Daffin menghempaskan tubuh nya di sofa empuk.
"Apa kabar Bro?" tanya Cello sambil menyesap wine merah di gelas slokinya.
Daffin mengedikkan bahunya. Ia menarik sloki di meja dan meneguknya.
"Kau tanya gak bakal di jawab, Cell, pria tanpa suara jangan ditanya, hahaha," Alex tertawa kencang.
"Sialan kau, Lex,"
"Tuh keluar juga suaranya," sahut Cello.
"Perusahaan mu kerjasama dengan perusahaan Galaxy Daf?"
Daffin menganggukkan kepalanya.
"Kau tau?" tanya Daffin mengerutkan alisnya.
"Ya tau saja,"
Mereka saling berbincang membahas masalah bisnis dan juga kejadian-kejadian yang sedang viral.
Malam belum terlalu larut, Daffin yang lagi gabut pulang duluan. Ia hanya sebentar saja menemui sahabatnya. Ia akan pergi sendiri mencari makan di cafe langganannya, ayam goreng sambal ijo.
***
Di apartemen seorang gadis ia sedang menelpon sahabatnya yang sudah menikah dan ikut suaminya ke luar negeri.
"Bel, kapan pulang ke sini? Kangen loh pa kabar si imut Amanda?"
"Nanti gue kabari lo kalo balek, jadi kapan lo mo nikah? Bukannya lo lagi dekat ma Cello?"
"Nah itu dia, gue di jodohkan Bel, bulan depan gue married, makanya gue telpon lo,"
"Apa! Lo married ma Cello?"
"Bukaaan, gue juga gak tau siapa!" teriak Ezzel.
"Hah? Yakin lo mo nikah gak tau siapa yang nikahi lo? Emang lo beli kucing dalam karung? Syukur-syukur kucingnya cakep Zel,"
Ezzel terdiam, ia juga belum tau siapa yang akan menikahinya bulan depan.
"Nanti kabarin gue Zel, gue akan balik hadiri nikahan lo, ya udah dulu ya ini, Amanda lagi rewel minta susu,"
"Oke deh, see you, Abel," Ezzel menutup telponnya.
Ezzel yang merasa perut nya keroncongan melihat jam di atas nakas pukul 21.55 di luar masih rame pastinya, batinnya.
Ezzel mengambil jaketnya dengan mengenakan celana jeans pinsil kaos oblong dan jaket ia keluar dari kamarnya menuju ke luar. Ezzel akan berjalan kaki saja di seberang apartemennya ada cafe yang buka 24 jam banyak pilihan makanan di sana.
Ezzel yang akan menyeberang jalan tiba-tiba saja kaget dengan bunyi ban yang berdecit nyaring.
Ciiiit..
Ezzel terdiam di posisi nya di tengah jalan dengan memejamkan matanya. Tubuhnya sudah gemetar.
Seorang lelaki tinggi dan tegap mendatangi Ezzel.
"Nona, anda tidak apa-apa?" terdengar suara bariton di telinga Ezzel.
Ezzel membuka matanya. Ia melebarkan kelopak matanya.
"Kau!" teriaknya.
Laki-laki tersebut heran, ia merasa tidak mengenal gadis di depannya ini.
Laki-laki itu mengernyitkan alisnya.
"Kau ya! Kalo aku mati apa kau mau tanggungjawab! Kemarin kau juga di jalanan yang ugal-ugalan, sekarang juga, apa kau cari mati?!" teriak Ezzel yang emosi.
Daffin menatap datar wajah gadis di depannya ini, bingung, ia sama sekali tidak mengenal gadis ini. Ezzel tidak memakai kacamatanya seperti saat dia bertemu rekan bisnis nya Genta, Daffin.Tentu saja Daffin tak mengenalnya. Daffin bukan seorang lelaki yang perhatian ke lawan jenis.
"Jika anda baik-baik saja, segera menyingkir mobil saya mau lewat," ucap Daffin tanpa rasa bersalah.
Ezzel membolakan matanya di datanginya Daffin yang berjalan ke mobilnya. Ditendangnya kaki Daffin sekuat tenaga. Tetapi malah kakinya yang terasa sakit. Wajah Ezzel meringis kesakitan.
Daffin membalikkan badannya di pandangnya gadis di depannya yang sedang kesakitan kakinya, habis menendang tulang kering kaki Daffin.
"Anda kenapa?" tanya Daffin sama sekali tidak merasakan sakit di kakinya.
Wajah Ezzel semakin memerah, ia menghentakkan kakinya dan pergi dari hadapan Daffin yang masih mengerutkan alisnya.
"Gadis aneh," lirih Daffin. Ia kembali masuk ke mobilnya dan melajukan kencang mobilnya. Tadinya ia akan memarkirkan mobilnya di dekat cafe langganannya tapi gara-gara gadis itu dan banyak orang yang menonton pertengkaran mereka, Daffin tidak jadi makan ayam cabe ini cafe langganannya.
Ezzel yang masih kesal berjalan menuju cafe yang selalu rame, terutama malam hari. Banyak pasangan sejoli yang makan berdua di pojokan. Ezzel yang jomblo cuek saja masuk ke cafe, ia akan langsung memesan dan bungkus tidak makan di tempat.
Sebenarnya Ezzel bisa saja delivery dengan menggunakan aplikasi di ponselnya, tapi ia ingin melihat keramaian malam di depan apartemennya.
Ezzel gadis tinggi langsing tersebut pulang sambil membawa tentengan makan malamnya ayam sambal ijo kegemarannya.
Ezzel tidak tau saja makanan kesukaannya sama dengan calon suaminya yang tadi sudah di teriakinnya.
Ezzel sampai di depan unit apartemennya memencet pasword dan masuk ke dalam. Malam semakin larut harusnya dirinya sudah tidur tetapi gara-gara insiden tadi ia jadi kemaleman makan malamnya. Besok libur tak masalah baginya tidur sampai tengah malam.
Ezzel menikmati makan malamnya di temani dengan tontonan kesukaannya drakor yang banyak menguras air mata dan romantis.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
༄ⁱᵐ᭄✿ΛLєKƬΉΛ࿐🌴 🍉
kak...red wine kalau dicampur kristal es atau es batu, jika es itu cair, rasa wine JD tawar alias merusak cita rasa wine tsb.
seandainya ingin minum wine dingin, biasanya botol wine direndam ke batu es baru dinikmati..
kecuali whiski atau beer br bisa dicemplungin es batu.
masukan dikit gak papa ya kak... semngata terus yaa..
2024-06-13
0