Hari-hari berlalu, dan Ferdy semakin tenggelam dalam dunia pencinta alam. Kesibukan di sekolah dan organisasi Gusipala (Gunung Simping Pencinta Alam) menjadi bagian penting dari hidupnya. Pagi itu, ketika matahari mulai bersinar, Ferdy menerima pesan dari Ayla.
**Ayla**: *“Ferdy, kita ada rapat persiapan lomba minggu depan! Jangan lupa datang, ya!”*
Ferdy membalas sambil tersenyum. **Ferdy**: *“Siap! Gua pasti hadir! Ada snack nggak?”*
Beberapa menit kemudian, Ferdy tiba di basecamp Gusipala. Ia melihat Ayla dan Rian sedang berbincang dengan anggota lainnya. “Hey, guys! Apa kabar?” Ferdy menyapa sambil melambaikan tangan.
“Ferdy! Akhirnya datang juga! Kita lagi bahas persiapan untuk event Lomba Lintas Alam yang akan datang,” Rian menjawab.
“Dan jangan lupa, kita juga perlu strategi untuk Lomba Jelajah Alam di minggu berikutnya!” Ayla menambahkan dengan antusias.
“Wah, sepertinya kita bakal sibuk nih!” Ferdy menjawab, mengambil kursi di dekat mereka.
Setelah rapat dimulai, Dika sebagai ketua organisasi memaparkan rencana mereka. “Oke, teman-teman! Lomba Lintas Alam kali ini akan diadakan di Purbalingga. Rute yang akan kita lewati cukup menantang, dan kita harus mempersiapkan semua peralatan dengan baik.”
“Jadi kita butuh peta terbaru, alat navigasi, dan persediaan makanan yang cukup,” Rian mengingatkan.
“Betul! Kita juga harus mempersiapkan mental, karena ada kemungkinan akan ada tim-tim kuat dari universitas lain,” Dika menambahkan.
Ayla mengangguk. “Dan yang terpenting, kita harus saling mendukung selama lomba.”
“Setuju! Kita bisa bikin banner untuk dukungan tim. Ini bisa jadi motivasi!” Ferdy menyarankan, merasa semangat.
“Bagus, Ferdy! Itu ide yang menarik!” Dika setuju, lalu melanjutkan, “Jadi, kita semua sudah paham dengan rencana, kan?”
“Paham!” seru anggota lainnya.
Setelah rapat selesai, Ferdy dan Ayla memutuskan untuk berlatih di jalur dekat basecamp. “Gimana kalau kita coba jalur itu?” Ayla menunjuk ke arah bukit kecil yang biasa mereka gunakan untuk latihan.
“Bisa! Ayo kita jalan!” Ferdy menjawab penuh semangat.
Setelah sampai di jalur, mereka mulai berlari. “Ayo, Ayla! Jangan kalah sama gua!” Ferdy berteriak sambil berlari lebih cepat.
“Gua bisa, kok! Cuma butuh sedikit waktu!” Ayla balas, berusaha mengejar.
Mereka terus berlari, menghabiskan energi sambil saling memberi semangat. Di tengah latihan, Ferdy teringat akan pentingnya berkomunikasi dengan baik di dalam tim. “Kita harus saling memberi tahu jika ada rintangan di depan,” Ferdy menjelaskan.
“Benar! Komunikasi yang baik bisa membantu kita untuk menghindari kesalahan,” Ayla menambahkan.
Mereka berlatih selama beberapa jam, dan ketika merasa cukup, mereka kembali ke basecamp. Keduanya merasa puas dengan latihan hari itu. “Kita sudah lebih siap untuk lomba,” Ferdy berkomentar.
“Iya, gua merasa lebih bugar!” Ayla menjawab sambil tersenyum.
**Minggu berikutnya, di Purbalingga.**
Suasana lomba sangat meriah. Ribuan peserta berkumpul, termasuk tim dari universitas dan organisasi lain. Ferdy dan tim Gusipala bersiap di garis start. “Kita harus tetap tenang dan fokus. Ingat strategi yang sudah kita buat,” Dika mengingatkan.
“Siap, Dika!” seru Ferdy dan Ayla bersamaan.
Peluit dibunyikan, dan semua peserta berlari ke arah hutan. Ferdy memimpin tim mereka, berusaha untuk tetap di jalur yang benar. “Ayo, kita cepat, tapi jangan sampai terburu-buru!” Ferdy berteriak.
Rian, yang berada di belakangnya, menjawab, “Ayo, kita bisa! Jaga stamina!”
Mereka berlari melewati jalur setapak yang sempit, dikelilingi pepohonan. “Awas, batu besar di depan!” Ferdy memperingatkan, menghindari batu besar di jalur.
Setelah beberapa saat, mereka tiba di titik yang sulit. “Kita harus memanjat sedikit untuk melewati jalur ini,” Ayla mengusulkan.
“Baik, gua yang pertama!” Ferdy melangkah maju, mencoba memanjat dengan hati-hati. Rian dan Ayla mengikuti. “Ayo, kita bisa!” Rian memberi semangat.
Setelah melewati rintangan, mereka kembali berlari. “Wah, kita sudah jauh juga ya!” Ferdy berseru, merasa senang.
Di tengah perjalanan, mereka melihat tim lain yang terjebak. “Mereka butuh bantuan! Kita harus bantu!” Ayla berkata.
Dika mengangguk. “Betul, kita bisa membantu. Ini bagian dari etika pencinta alam.”
Mereka menghampiri tim yang terjebak itu. “Hey, butuh bantuan?” Ferdy bertanya.
“Sangat! Kita terjebak di sini dan tidak tahu harus bagaimana,” salah satu anggota tim lain menjawab.
“Tenang saja! Kita bantu!” Ayla berkata, membantu mereka menyeberangi jalur yang sulit.
Setelah beberapa saat, tim itu berhasil melewati rintangan. “Terima kasih, guys! Kalian luar biasa!” anggota tim itu berterima kasih.
“Kita harus saling membantu, kan?” Dika menjawab sambil tersenyum.
Setelah membantu, Ferdy dan tim kembali berlari. “Kita harus cepat! Jangan sampai kalah!” Rian berteriak.
Mereka terus berlari hingga akhirnya mencapai garis finish. Meskipun bukan tim pertama yang sampai, mereka merasa puas dengan usaha yang telah dilakukan. “Kita sudah melakukan yang terbaik!” Ferdy bersorak.
“Betul, kita harus bangga dengan diri kita sendiri!” Ayla menambahkan.
Tak lama setelah itu, panitia mengumumkan pemenang lomba. “Juara pertama lomba Lintas Alam adalah tim dari Universitas Purbalingga!” Pengumuman itu disambut dengan sorakan dari peserta.
Ferdy, Ayla, dan Rian berdiri di sisi lapangan, saling memberi semangat. “Kita belum menang, tapi kita sudah berusaha!” Rian berkata.
“Dan kita dapat pengalaman yang sangat berharga!” Dika menambahkan.
Setelah lomba, mereka kembali ke basecamp Gusipala. “Saatnya kita berlatih lagi untuk lomba Jelajah Alam selanjutnya!” Ferdy menyatakan semangat.
“Iya! Kita tidak boleh kalah lagi!” Ayla menjawab.
Beberapa minggu kemudian, saat latihan berlangsung di dekat basecamp, Ferdy menerima pesan dari Ayla.
**Ayla**: *“Ferdy, ada event lagi! Lomba Jelajah Alam minggu depan! Kita harus persiapkan semuanya!”*
**Ferdy**: *“Siap! Gua bawa snack, ya?*"
Setelah beberapa hari berlatih dan mempersiapkan perlengkapan, hari lomba Jelajah Alam akhirnya tiba. Tim Gusipala merasa lebih percaya diri.
Di garis start, Dika mengingatkan semua anggota. “Ingat, fokus dan saling bantu selama lomba. Kita bisa melakukan ini!”
“Siap!” jawab Ferdy dan Ayla bersamaan.
Peluit dibunyikan, dan mereka berlari menuju rute yang sudah ditentukan. Rute kali ini membawa mereka melewati hutan, sungai, dan padang luas. “Ayo, kita jaga jarak dan tetap berkomunikasi!” Ferdy berteriak.
Mereka berlari dengan penuh semangat, melewati berbagai rintangan. Di tengah perjalanan, mereka tiba di sebuah sungai yang harus mereka seberangi. “Kita harus hati-hati di sini!” Dika memperingatkan.
“Gua bisa membantu untuk menyeberang!” Ayla berkomentar, mencoba membantu anggota tim yang lebih kecil.
“Bagus, Ayla! Kita saling bantu!” Ferdy menambahkan.
Setelah melewati sungai, mereka tiba di area padang luas. “Wah, lihat pemandangannya!” Rian berkomentar.
“Indah banget! Tapi kita harus tetap fokus!” Dika mengingatkan.
Mereka terus berlari, dan ketika mendekati garis finish, semangat mereka semakin membara. “Kita hampir sampai!” Ferdy bersorak.
“Semangat! Kita bisa!” Ayla menambah semangat, berusaha mencapai garis finish.
Akhirnya, mereka melintasi garis finish dengan penuh sukacita. “Kita berhasil!” Ferdy berteriak.
Panitia mengumumkan pemenang lomba. “Juara pertama lomba Jelajah Alam adalah tim Gusipala!”
Kegembiraan meledak. Ferdy, Ayla, Rian, dan Dika saling berpelukan. “K
ita berhasil! Semua kerja keras kita terbayar!” Ayla bersorak.
“Ini adalah awal dari banyak petualangan lain!” Ferdy menambahkan dengan senyum lebar.
Setelah lomba, mereka merayakan keberhasilan di basecamp. “Kita harus terus berlatih untuk lomba berikutnya!” Dika mengusulkan.
“Dan tidak lupa, kita harus saling mendukung satu sama lain!” Ferdy menekankan.
Ayla mengangguk setuju. “Kita adalah satu tim, dan kita bisa melakukan apapun bersama.”
Kebersamaan dan pengalaman yang mereka lalui semakin mendekatkan Ferdy dan Ayla. Dalam setiap langkah mereka, rasa persahabatan dan cinta tumbuh di antara mereka, membangun fondasi untuk petualangan yang lebih besar di masa depan.
---
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments