Hari yang dinantikan tiba juga. Suara klakson mobil dan sorak-sorai peserta lomba lintas alam memenuhi udara pagi. Ferdy, Ayla, dan Rian berdiri di antara kerumunan peserta lain yang bersemangat. Mereka mengenakan kaos Gusipala yang baru dan terlihat segar meskipun masih pagi.
“Gua nggak percaya kita udah sampai di sini!” seru Ayla, matanya berbinar melihat banyaknya peserta yang berkumpul. “Ini seperti festival!”
Rian tertawa, “Iya, dan ini baru pemanasan. Tunggu sampai kita mulai lomba!”
Ferdy mengamati sekeliling. “Lihat tuh, banyak banget yang ikut. Apa kita bisa menang?”
“Jangan pesimis, Ferd! Kita harus percaya diri. Yang penting kita ikutan dan nikmati,” Ayla menjawab optimis.
“Betul! Kalau kita enjoy, pasti bisa perform dengan baik,” Rian menambahkan. “Yang terpenting, jangan sampai tersesat. Kita harus paham rute.”
Tak lama kemudian, seorang panitia mendekati mereka dengan suara lantang. “Selamat datang di Lomba Lintas Alam! Kami akan segera memulai briefing untuk semua peserta. Mohon berkumpul di depan panggung!”
Mereka segera berkumpul bersama peserta lain di depan panggung. Ferdy merasa berdebar-debar. Ini adalah pengalaman pertamanya mengikuti lomba lintas alam, dan dia ingin memberikan yang terbaik.
Setelah briefing singkat, panitia membagi peserta menjadi beberapa kelompok. Ferdy, Ayla, dan Rian tergabung dalam satu regu yang terdiri dari enam orang. Di samping mereka, ada dua peserta lain yang terlihat serius.
“Gua Dika, ini teman gua, Arman. Kita bakal satu regu, ya?” sapa Dika, salah satu anggota baru yang juga dari Gusipala.
“Yoi, Ferdy. Ini Ayla dan Rian,” Ferdy memperkenalkan teman-temannya dengan semangat.
“Jadi, kita semua sudah siap?” tanya Dika sambil mengecek peralatan.
“Siap!” jawab Ferdy, Ayla, dan Rian serempak.
“Baiklah, kita harus mendengarkan petunjuk rute dengan baik. Setelah itu, kita harus bekerja sama dan saling membantu,” Dika menjelaskan sambil melihat catatannya.
Mendengar penjelasan itu, Ayla langsung bersemangat. “Gua siap untuk semua tantangan! Yang penting kita jangan terpisah.”
“Setuju. Kita harus tetap bersatu,” Rian menambahkan.
Setelah semua regu terdaftar dan diberi penjelasan mengenai rute lomba, panitia membagikan peta dan menunjukkan jalur yang harus dilalui. Rute yang ditentukan meliputi jalan setapak, hutan, dan mendaki sedikit bukit.
“Wah, kita bakal melewati hutan! Asyik!” seru Ayla, tampak sangat antusias.
Ferdy mengangguk. “Iya, tapi ingat, kita harus hati-hati. Jangan sampai tersesat.”
“Tenang aja, Ferd. Kita udah belajar navigasi. Kita pasti bisa,” jawab Rian sambil mengecek kompas yang dibawanya.
Dengan semangat yang menggebu, mereka berbaris di garis start. Suara peluit tanda mulai lomba menggema, dan semua peserta berlari menuju rute yang telah ditentukan.
“Yuk, kita go!” teriak Ferdy, berlari di depan dengan Rian dan Ayla mengikuti di belakang.
Ayla melirik Ferdy sambil berlari. “Kalo kita menang, gua bakal traktir kalian makan enak!”
“Wah, janji nih?” tanya Rian.
“Janji! Tapi kita harus berusaha dulu,” jawab Ayla bersemangat.
Mereka berlari melewati jalan setapak, melompati akar pohon dan menghindari batu-batu besar. Udara segar dan aroma tanah basah mengisi paru-paru Ferdy. Dia merasa hidup, berlari di tengah alam yang hijau.
Setelah berlari sekitar sepuluh menit, mereka sampai di titik pertama: sebuah tanjakan kecil. Dika memimpin regu untuk menanjak, dan mereka semua mengikuti di belakangnya.
“Jaga stamina, guys! Kita baru awal, jangan sampai kelelahan!” Dika mengingatkan.
“Aku masih kuat!” jawab Ayla sambil tersenyum lebar.
Ferdy melirik ke arah Ayla. “Lu selalu kuat, sih. Tapi, jangan terbawa semangat, ya. Kita harus fokus.”
Ayla tertawa. “Iya, iya! Yang penting, kita nikmati!”
Mereka mendaki sambil mengobrol. Suara tawa dan semangat mereka mengisi setiap sudut hutan. Tanpa terasa, mereka sudah mencapai puncak kecil dan bisa melihat pemandangan yang menakjubkan.
“Wah, lihat! Indah banget!” seru Rian, sambil mengambil foto dengan ponselnya.
Ayla mengambil napas dalam-dalam. “Gua bisa merasakan semangat alam. Gua suka!”
Ferdy tersenyum. “Ini baru permulaan, guys. Kita harus cepat, supaya kita bisa menikmati lebih banyak pemandangan.”
Mereka melanjutkan perjalanan, menuruni bukit dan menyusuri jalan setapak di dalam hutan. Di tengah perjalanan, mereka harus melewati sungai kecil. Suara gemericik air membuat suasana semakin hidup.
“Gimana nih, kita lewat mana?” tanya Dika, melihat kondisi sungai.
“Bisa loncat atau lewat batu-batu besar,” jawab Rian, melihat jalur yang mungkin.
“Gua sarankan kita lewat batu-batu, lebih aman,” Ferdy menambahkan.
“Setuju, kita harus berhati-hati. Ayla, jaga keseimbangan, ya,” Dika mengingatkan.
Ayla mengangguk, “Tenang saja, gua pasti hati-hati!”
Dengan hati-hati, mereka mulai melangkah di atas batu-batu besar, berusaha tidak tergelincir. Ferdy berjalan paling depan, mengawasi langkah teman-temannya.
“Ayo, kita bisa! Hanya sedikit lagi!” Ferdy memberikan semangat.
“Yah, gua hampir jatuh!” teriak Rian saat kakinya hampir melangkah salah.
“Jaga langkahmu! Kita udah dekat!” jawab Ayla, berusaha menahan tawa.
Akhirnya, mereka berhasil melewati sungai dan melanjutkan perjalanan. Semangat mereka semakin membara saat melihat tanda bahwa mereka sudah setengah jalan.
“Wah, kita berhasil! Kita udah setengah jalan!” Rian berteriak, penuh semangat.
“Yuk, kita bisa! Jangan kasih kendor!” Ayla menambahkan.
Mereka kembali berlari, menyusuri jalur yang lebih menantang. Beberapa peserta lain terlihat lebih jauh di depan mereka, tetapi semangat mereka tidak pudar. Ferdy merasa semakin percaya diri.
Namun, di tengah perjalanan, tiba-tiba Ayla terjatuh. “Aduh!” teriaknya.
Ferdy langsung berlari menuju Ayla. “Ayla, lu baik-baik aja?”
“Aku jatuh, tapi nggak apa-apa. Hanya terkilir sedikit,” jawab Ayla, mencoba berdiri.
“Lu yakin? Mau kita tunggu sebentar?” tanya Rian.
“Enggak! Aku bisa!” Ayla menjawab tegas. “Yuk, kita lanjut!”
Dika mengangguk. “Kalau kamu yakin, ayo kita pergi.”
Mereka melanjutkan perjalanan meskipun Ayla sedikit terhencap. Semangatnya membuat Ferdy dan Rian tak bisa mengeluh. Di ujung jalur, mereka melihat pemandangan yang lebih menakjubkan.
“Lihat, ada air terjun kecil!” Ferdy menunjuk ke arah suara gemericik air yang semakin mendekat.
“Wah, indah banget!” Ayla tak bisa menahan rasa kagumnya.
“Seharusnya kita berhenti dan beristirahat di sini,” Rian menyarankan.
Mereka berhenti sejenak dan menikmati pemandangan. Suara air terjun dan suasana alam yang tenang membuat mereka merasa damai. Ayla memutuskan untuk duduk sejenak, mengistirahatkan kakinya yang mulai pegal.
“Mungkin kita bisa selfie di sini?” Ayla mengusulkan.
“Good idea! Ayo kita ambil foto,” Rian setuju.
Ferdy mengambil ponselnya dan mengarahkan ke arah mereka bertiga. “Senyum, guys! 1, 2, 3!”
Suara klik terdengar, dan mereka tersenyum lebar. “Bagus! Nanti kita bisa upload ini ke media sosial,” kata Rian sambil melihat hasil fotonya.
Setelah beristirahat sejenak, mereka melanjutkan perjalanan lagi. Rute berikutnya cukup menantang, dengan jalur yang lebih curam dan berliku.
“Ini dia tantangan yang sesungguhnya,” Dika berkata sambil memimpin di depan.
“Yuk, semangat!” Ferdy mengajak. “Kita bisa!”
Dengan
semangat baru, mereka mulai mendaki kembali. Ayla yang sempat terkilir masih bisa mengikuti, meskipun pelan. Dika tetap memimpin, memberikan arahan yang jelas untuk menjaga keselamatan.
“Jangan ragu untuk meminta bantuan, ya!” Dika mengingatkan.
Ayla mengangguk. “Kalau ada yang susah, kita bantu!”
Satu jam berlalu, dan mereka akhirnya sampai di titik terakhir. Seluruh regu merasa kelelahan, tetapi kegembiraan terlihat di wajah mereka.
“Wah, kita berhasil! Ini luar biasa!” seru Rian, sambil berusaha mengatur napas.
“Setelah ini, kita bakal nyantai di bawah pohon,” Ferdy menyarankan.
“Dan makan! Aku lapar!” Ayla menambahkan.
Mereka duduk beristirahat sambil menikmati pemandangan. Dengan angin sepoi-sepoi, suasana di sekitar mereka terasa damai.
“Ternyata, lomba lintas alam itu seru juga,” Ferdy berkata sambil tersenyum. “Kita harus terus ikut event kayak gini.”
“Setuju! Ini pengalaman yang sangat berharga,” Dika menjawab.
Mereka bercanda dan mengobrol, merencanakan lomba berikutnya. Semangat persahabatan di antara mereka semakin kuat, dan Ferdy merasa sangat beruntung bisa berbagi pengalaman ini bersama teman-temannya.
Saat matahari mulai terbenam, panitia mengumumkan pemenang lomba. Mereka semua berkumpul kembali di garis finish. Suara sorakan peserta menggema saat panitia mengumumkan nama pemenang.
“Dan pemenang lomba lintas alam kali ini adalah regu Dika!” suara panitia menggema.
Ferdy dan yang lain bersorak senang. Meskipun mereka tidak menang, momen kebersamaan dan pengalaman yang didapat jauh lebih berharga.
“Selamat, Dika! Kita harus berusaha lebih baik di lomba berikutnya,” Rian berkata sambil mengelus punggung Dika.
“Betul! Kalian semua hebat! Kita bisa lebih baik lagi, asal kita terus latihan dan belajar,” Dika menjawab dengan semangat.
Dengan pengalaman baru dan kenangan indah, mereka berjanji untuk terus mendaki bersama dan menikmati setiap petualangan di alam. Hari itu bukan hanya tentang lomba, tetapi tentang kebersamaan dan cinta terhadap alam yang mereka pelajari dan hargai.
“Minggu depan kita harus latihan lebih keras! Kita bisa menang!” Ayla berjanji.
“Setuju! Kita juga bisa eksplor tempat baru,” Ferdy menambahkan.
“Jadi, sampai jumpa di petualangan selanjutnya!” Rian mengangkat tangan dan memberikan semangat kepada semua.
Dengan senyum di wajah dan hati penuh semangat, mereka pulang dengan kenangan yang tak terlupakan, siap untuk tantangan dan petualangan berikutnya di dunia alam.
---
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments