"Ma... Maksud kamu apa Dira? Kenapa kamu bicara seperti itu?" Tanya Venna dengan tatapan khawatir.
Dia merasa ada yang tidak beres dengan ucapan sahabatnya itu.
Nadira berusaha untuk tersenyum walaupun hatinya sedang terluka.
"Tidak apa-apa! Aku akan memberitahu kamu jika saatnya sudah tiba. Emmm ... Sudah mau gelap, ayo kita pulang sekarang juga," ajak Nadira, dia pun bangun dan mengambil semua barangnya yang masih ada di atas kursi panjang.
Venna yang masih penasaran pun, tak berani bertanya lebih banyak, karena dia masih memaklumi apa yang sedang dialami oleh sahabatnya itu.
"Baiklah! Kalau kamu tidak mau cerita, aku juga tidak akan memaksa kamu Dira! Kalau begitu, aku akan mengantar kamu pulang, kebetulan aku membawa mobil ke sini, tapi ... Hahaha ... Kamu tahu kan, kalau aku baru lancar dari les mengemudi, jadi kamu harus memaklumi kalau nanti agak sedikit kurang nyaman," ucap Venna, dia tertawa malu, takut Nadira mengejeknya.
Nadira yang sudah selesai mengambil semua barangnya pun, ikut tertawa mendengar ucapan sahabatnya itu.
"Hehehe ... Tidak apa-apa! Aku tahu betapa bersemangat nya kamu saat belajar mengemudi. Emmm ... Atau mau aku yang menyetir saja, kalau kamu merasa kurang yakin?" Tawar Nadira.
Secepatnya Venna menggelengkan kepalanya.
"Tidak! Tidak perlu! Biar aku saja! Suasana hati kamu sedang tidak baik-baik saja! Aku takut terjadi sesuatu dan aku masih ingin kita hidup, jadi ... Aku saja yang menyetir," jawab Venna yang masih tertawa, sengaja agar Nadira tidak larut dalam kesedihannya.
Nadira pun mengangguk setuju.
"Baiklah! Ucapan yang tadi kamu katakan itu memang benar, kalau begitu ... Ayo kita pergi sekarang juga," ucap Nadira, yang kemudian keduanya pergi meninggalkan taman itu.
Namun, baru beberapa langkah.
Venna melihat sebuah bungkusan seperti kado yang di tinggalkan oleh Nadira di kursi panjang itu.
"Dira, itu ada yang ketinggalan," ucap Venna sambil mengarahkan jari telunjuknya.
Nadira pun menoleh, dia tersenyum getir saat melihat bungkusan itu.
"Sudahlah! Biarkan saja orang lain yang akan menerimanya. Karena orang yang ingin aku berikan sudah tak lagi mau denganku, jadi ... Sia-sia juga, jika aku terus menyimpannya dan itu sama saja akan menyimpan luka lebih banyak dalam hatiku," jawab Nadira yang kemudian memegang lengan Venna untuk mengajaknya segera pergi.
"Ayo, kita pergi! Sebentar lagi, pintu taman juga pasti akan ditutup, nanti yang ada kita terjebak di sini, kan bisa bahaya," ucap Nadira yang menarik lengan Venna.
Namun, Venna langsung melepaskan tangan Nadira.
"Daripada diberikan pada orang yang tidak jelas, lebih baik itu untuk aku! Hehehehe ... Kan lumayan juga," ucap Venna, dia pun segera mengambil bungkusan itu dan Nadira hanya bisa menghela napas.
"Baiklah! Terserah kamu saja," ucapnya sambil tersenyum melihat tingkah sahabatnya yang sangat baik dan hanya dia satu-satunya orang yang bisa menghiburnya.
"Baiklah! Ayo pergi," ucap Venna yang berhasil mengambil bungkusan itu, lalu keduanya pun berjalan keluar meninggalkan taman.
Saat keduanya sudah keluar dan hendak menuju parkiran tempat Venna menyimpan mobilnya.
Nadira tak menyangka, jika dia harus secepatnya melihat kebersamaan antara mantan kekasihnya dengan sahabatnya yang selama ini menjadi selingkuhan nya, keduanya baru keluar dari toko bunga dan di tangannya Chris, ada satu buket bunga yang indah dan senyuman Jessie seolah dia merasa bahagia, karena seperti bunga itu akan diberikan kepadanya.
Deg!
Hati Nadira semakin hancur dan air mata pun kembali jatuh dari sudut matanya.
"Lucas!" Ucap Nadira dengan bibir gemetar.
Membuat Venna terkejut dan secepatnya, dia melihat apa yang Nadira lihat saat ini.
"Sial! Mengapa kita bertemu dua manusia brengsek yang tak tahu malu di saat yang tidak tepat seperti ini!" Umpat Venna. Dia benar-benar marah dan dia sangat membenci dua orang yang sudah mengkhianati sahabat terbaik nya itu.
"Dira, kamu jangan menangis! Aku tahu kalau kamu pasti sangat hancur, tapi aku mohon Dira, kamu jangan menyakiti diri kamu karena pria brengsek yang tak layak memiliki cinta kamu!" Ucap Venna, dia pun segera memeluk Nadira yang kini sedang menangis.
"Ven, aku benci mereka Ven! Aku benci mereka berdua!" Ucap Nadira yang terus menangis dalam pelukan Venna dan hanya Venna yang kini dia miliki.
Venna mengerti atas apa yang dirasakan sahabatnya itu.
"Ya, bukan hanya kamu yang membenci mereka berdua, tapi aku juga! Aku juga membenci dua manusia iblis yang tak memiliki hati itu! Tenang saja Dira, aku pasti akan membantu kamu untuk balas dendam pada dua orang itu, terutama si murahan itu! Melihat wajahnya yang jelek itu membuat aku ingin muntah saja!" Maki Venna saat melihat wajah Jessie yang tebal oleh bedak yang mungkin ada sekilo itu.
Nadira terus menangis dalam pelukan Venna dan tak mereka sadari.
Jika Chris melihat keduanya.
"Itu, Dira sama Venna!" Ucap Chris, dia tersenyum saat melihat sosok wanita yang sangat dia cintai, namun seketika senyumnya menghilang, ketika dia melihat mata Nadira yang sembab karena sedang menangis.
"Kenapa dia menangis? Siapa yang berani membuat dia menangis?" Ucapnya dengan kesal.
Jessie diam-diam tersenyum.
"Sepertinya dia sudah membaca pesan itu, hahahahaha ... Setelah ini, Chris kamu akan menjadi milik aku seutuhnya dan wanita sok polos ini, takkan bisa memiliki kamu lagi," gumamnya dengan senyuman puas, Jessie sudah tak sabar ingin melihat pertunjukkan yang bagus untuk dirinya.
Sedangkan Chris, dia merasa sedih serta merasa sangat bersalah, karena selama ini dia sering bersikap acuh terhadap pacarnya itu.
"Kenapa dia menangis? Apa mungkin karena sikap aku yang ... Ah... Sudahlah! Lebih baok temui dia dulu," ucap Chris, dia melepaskan tangan Jessie yang terus memeluk lengannya, lalu Chris segera berlari ke arah Nadira tanpa peduli kehadiran Jessie sama sekali, dia meninggalkan Jessie sendirian di tempat sebelumnya mereka berdiri.
"Chris! Kamu ... Kamu kenapa meninggalkan aku?" Teriaknya yang merasa kesal dengan sikap Chris yang hanya peduli terhadap Nadira.
"Sial!" Gerutu Jessie tapi dia kembali tersenyum sendiri.
"Tidak apa-apa! Setelah ini, dia takkan lagi menjadi penghalang untuk hubungan kita Chris," ucap Jessie, dia menyilangkan kedua tangannya.
Menjadi penonton apa yang akan terjadi selanjutnya.
Sedangkan Chris.
Dia pun sampai di depan Nadira yang masih menangis dalam pelukan Venna.
Dia tersenyum dengan buket bunga di tangannya.
"Sayang, baru saja aku mau menyusul kamu ke taman. Eh, kita bertemu di sini," ucapnya dengan senyuman yang biasanya membuat Nadira terpesona.
Namun, kali ini malah membuat Nadira semakin muak.
"Ven, ayo kita pergi! Aku lelah sekali," ucap Nadira yang peduli dengan ucapan Chris bahkan dia tak melirik Chris sama sekali.
Venna menatap benci ke arah Chris yang masih berdiri di hadapan dia dan Nadira.
"Iya! Kamu harus banyak istirahat, jangan karena seorang pria brengsek yang tak tahu syukur sudah memiliki pacar sebaik kamu, malah menyia-nyiakan kamu demi seorang wanita sampah," ucap Venna, dia pun membuka untuk membuka pintu mobilnya, lalu menaruh semua barang-barang milik Nadira.
"Terima kasih Ven, kamu satu-satunya orang yang menyayangi aku," ucap Nadira, masih tetap tak menganggap keberadaan Chris yang menatapnya dengan tatapan bingung.
Nadira pun hendak masuk ke dalam mobil.
Namun, tiba-tiba saja.
Tangannya di pegang oleh Chris, membuat Nadira terkejut saat itu juga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments