bab 4.

Karena tidur sudah terlalu larut malam zilla hampir kesiangan untuk melaksanakan shalat subuh.

Saat membuka mata zilla mendengar zidan sedang berada di kamar mandi. Zilla terbangun oleh bunyi percikan air dari kamar mandi.

 Huammmmmppppp..... Zilla mengeliat untuk meregangkan sedikit otot - ototnya yang kaku.

"Hmmm sepertinya aku harus menunggu mas zidan dulu, gumam Zilla dengan tersenyum kecil. Setelah menunggu akhirnya keluar juga", bathin zilla.

Sekarang Zilla memasuki kamar mandi. Karena sudah kesiangan Zilla hanya berwudhu saja untuk menyegerakan shalat subuhnya .

Sama seperti kemaren Zilla berharap zidan menjadi imamnya lagi.

Akhirnya Zilla telah selesai berwudhu ternyata zidan sedang menatapnya dengan artian Zilla shalat dan zidan yang jadi imamnya.

dengan langkah cepat Zilla menyambar mukena dan memakainya dengan cepat . Mekena yang zidan jadikan maharnya di waktu ijab kabul.

Akhirnya kedua insan manusia itu shalat berjamaah di kamar. Setelah selesai shalat keduanya tak kunjung beranjak dari sajadah. Keduanya saling memanjatkan doa pada sang pencipta.

Zilla melihat Zidan dengan khusyuknya ia berdoa. Zilla tak tahu apa doanya namun Zilla selalu mengamini setiap kali zidan berdoa.

Sepertinya zidan telah selesai. Dengan cepat Zilla meraih tangannya dan mencium punggung tangannya dengan penuh harap.

zidan pun berlalu.sama seperti biasa zidan selalu meninggalkan sajadahnya begitu saja.

Itu suatu kesenangan tersendiri oleh Zilla selalu melipat sajadah suaminya. Sepeninggal zidan. Zidan pun bermonolog sendiri.

"Zilla, hanya itu yang bisa ku berikan padamu yang akan selalu kau ingat disaat aku sudah tiada nanti".

zidan pun keluar dari kamar menuju taman belakang. Disana zidan selalu berolahraga kecil sebelum berangkat kekantor.

Sedangkan Zilla langsung menuju dapur. Sesampai didapur Zilla terkejut dan merasa sedikit malu pada ibu mertua. Ternyata ibu mertua sudah didapur terlebih dahulu.

"Eh... Ibu mertua, maaf tadi zilla bangun agak kesiangan, nggak apa - apa kok zilla ibu maklum saja kan masih pengantin baru".

Mendengar godaan dari ibu mertua membuat Zilla jadi malu sendiri.

"Kenapa kok malah melamun sih zilla katanya mau bantu ibu didapur. Eh iya bu maafkan zilla",karena Zilla selalu memikirkan apa yang terjadi pada suaminya.

Dengan cekatan Zilla telah selesai menyiapkan sarapan untuk zidan tidak lupa pula air jeruk peras yang di campur madu sebagai minuman pagi ini.

 Setelah selesai sarapan Zilla pergi mengantar zidan sampai pintu mobil.

Namun zidan hanya diam begitu juga dengan Zilla yang selalu mengikuti sikap zidan.

 Zilla selalu menunggu zidan di pekarangan rumahnya sampai benar - benar Zidan keluar dari gerbang setelah Zidan berangkat Zilla pun kembali memasuki rumah mertuanya .

Di saat sampai di dalam rumah tiba -tiba ibu mertuanya menangis memeluk Zilla.

"zilla, kamu memang gadis yang baik, ibu mohon kamu bisa selalu memaafkan sikap dinginnya itu".

"Itu karena ada satu alasan dia melakukan itu padamu". Tiba - tiba Zilla terdiam dengan dengan ucapan ibu mertuanya.

"Apa maksud ibu tolong jelaskan pada zilla saat ini, zilla masih belum mengerti. Apa alasannya bu".

 "Kalau kamu ingin tahu ibu harap kamu bisa sabar menghadapinya ya. Tolong ibu jujur sama zilla mas zidan baik - baik saja kan bu".

Ibu marwa pun merasa berdosa pada zilla yang telah menjadi menantunya itu.

"Kau tunggu sebentar ya ibu akan ambil biar kamu tambah tidak penasaran lagi".

 Ibu mertuanya pergi meninggalkan Zilla, menuju kekamarnya. Zilla mulai bertanya - tanya dalam hati.

"Ada apa sebenarnya dan apa yang terjadi pada mas zidan", lirih Zilla.

Tak selang berapa lama ibu marwa keluar dari kamarnya dengan membawa sebuah map berwarna merah.

"Zilla kamu harus mengetahui tentang zidan saat ini".

Zilla meraih map itu.

"Zilla, kamu harus kuat dan ikhlas setelah mengetahuinya".

"Iya bu, zilla janji sama ibu".

 Zilla mulai membuka isi map tersebut zilla membaca satu persatu yang tertulis dalam kertas yang ada dalam map tersebut.

Pada halaman diagnosa zilla membaca bahwa suaminya mengidap penyakit kanker darah stadium lanjut.

Deraian demi deraian air mata membasahi pipi zilla. Pantas saja mas zidan saat ini terlihat berbeda dari sebelumnya.

Tanpa disadari zidan sudah berdiri di depan zilla. Dengan cepat zidan meraih map itu dari tangan zilla.

Zidan melihat ibunya sudah mulai menangis. "Ibu, kenapa ibu memberi tahu zilla dan kamu zilla kenapa kamu tidak minta izin dulu padaku kau lancang sekali !". Zidan sangat marah dan murka.

"Luapkan semua amarahmu pada ku mas, agar kamu puas dan tidak ada beban lagi. Kapan perlu kau tampar mukaku ini !"

 "Untuk apa kau sembunyikan dariku mas, untuk apa ! Sekarang mas membenciku dan itu sangat menyakitkan".

"Tapi aku tidak apa - apa toh aku sudah tahu sekarang zilla tidak perduli mas zidan membenci zilla atau tidak".

"Coba kamu bayangkan posisi kamu yang saat ini tiba - tiba zilla pergi dan meninggalkan mas tanpa alasan itu malah menambah penyakit mas".

 Zilla menatap tatapan zidan yang penuh kebencian. Sementara ibu marwa mendekati zidan.

"Zidan maafkan ibu nak, walau bagaimanapun zilla harus tahu", lirih bu marwa.

Zidan pun kembali kekamarnya. Zidan menangis sejadi - jadinya. Memang dia pulang kerumah karena ada yang tertinggal.

Saat ini ia tak mampu mengendalikan perasaannya pada zilla. Zidan sangat mencintai zillla.

"Arrrrrkkkhhhhh........ Kenapa harus seperti ini. Kenapa semua ini terjadi padaku. Apakah aku tidak pantas bahagia hah....!"

"Arrrrrkkkhhhhhh.... Dor !"

Zidan meninju kamarnya. Sedangkan zilla dan ibu marwa masih duduk di ruang tamu.

Mendengar ada yang pecah kedua wanita itu berlari menuju kamar zidan. Sesampai disana zilla dan ibu marwa melihat zidan sudah terkapar di lantai dan sudah tidak sadarkan diri.

"Zidaaaannnnn......!" Ibu marwa menangis sesegukan sementara Zilla hanya berurai air mata.

"Mas, kamu bangun mas tolong jangan buat kami takut", ucap zilla.

"Zilla cepat hubungi ambulance. Tidak usah bu biar zilla aja yang bawa mobil bu. Kamu yakin nak kamu bisa dalam kondisi seperti ini".

"Insyaallah bu". Zilla membopong tubuh zidan ke mobil dan dengan cepat Zilla melajukan mobil milik zidan.

Di sepanjang jalan sambil menyetir Zilla terus berzikir dan berdoa semoga zidan baik - baik saja.

Sesampai di rumah sakit zidan langsung dibawa keruang UGD.

"Dok, izinkan kami masuk ucapku dengan ibu. Tapi dokter melarangku. Mohon maaf ibu kami mohon tunggulah disini", ucap salah satu perawat.

Karena tidak di izinkan masuk Zilla hanya bisa pasrah dan berdoa yang terbaik untuk zidan.

Setelah menunggu satu jam akhirnya penantian kedusnya terbalas. Dokter keluar dari ruangan dengan wajah yang sangat cemas.

Keduanya pun menghampiri dokter dan bertanya tentang zidan.

"Maaf bu saat ini pasien sedang kritis. Kami sedang berusaha semoga pasien cepat sadar".

"Mas zidan harus kuat mas. Zilla akan tetap menunggu mas sampai mas benar - benar pulih kembali seperti pertama kali kita bertemu".

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!