Reina gelisah. Sedari tadi ia mondar-mandir di kamarnya. Sejak Nathan menggodanya di hari minggu kemarin, Reina jadi merasa tidak karuan. Lebih tepatnya bergairah. Ia butuh pelampiasan. Dan pelampiasan terbaik adalah dengan pasangan halalnya, yaitu Reifan, yang tak lain adalah suaminya sendiri.
Hari Selasa besok adalah jadwal kepulangan Reifan. Ia berencana akan menggoda suaminya dengan lingerie yang hampir tak pernah ia pakai. Ada warna merah menyala dan warna hitam. Dulu ia membelinya bersama Reifan.
**
Di hari kepulangan Reifan di malam hari, Reina sudah memakai lingerie warna merahnya dengan di tutupi oleh jubah panjang. Reza yang belum tidur sempat heran dengan pilihan baju ibundanya.
"Bun, tumben pakai baju kayak gitu. Bunda habis mandi ya?"
"Iya, bunda sengaja buat sambut ayah kamu. Eja belum tidur? Tidur sana, besok kan sekolah. Nanti telat loh takutnya bangun kesiangan."
"Aku belum ngantuk, bun. Masih mau nungguin ayah. Kan katanya ayah mau bawa oleh-oleh buat aku."
"Ya udah tungguin sebentar lagi aja. Tapi kalau udah jam 10 kamu tidur ya. Kan besok pagi juga bisa ketemu sama ayah"
"Ya udah deh" Ujar Reza dengan pasrah.
Reifan akhirnya tiba pada pukul 22.30 malam. Reza sudah tertidur pulas di kamarnya tanpa di suruh lagi oleh Reina. Ketika Reina membukakan pintu untuk Reifan, Reifan langsung kaget melihat penampilan Reina yang tidak seperti biasanya. Ia menelusuri tatapannya kepada Reina dari atas ke bawah, tak ingin melewatkan detail sedikit pun.
"Loh, bun. Tumben kamu pakai lingerie gini, biasanya juga dasteran" Ujar Reifan yang heran dengan perubahan Reina.
"Iya mas, sesekali aku ingin sambut suamiku pulang dengan service yang maksimal" Ujar Reina sambil tersenyum genit kepada suaminya. Reifan jadi bingung di buatnya. Dan ia lebih kaget lagi ketika tiba-tiba Reina mengalungkan lengannya ke leher Reifan dan mencium bibirnya dengan penuh hasrat.
"Hei, pelan-pelan... Aku kan masih kotor dan harus mandi dulu, oke? Kamu lagi pengen main ya?" Ujar Reifan sambil tersenyum menggoda kepada Reina.
"Pengen banget. Udah lama kan... Sekalian kita bikin adik buat Eja. Dia kan udah lama pengen punya adik." Ujar Reina sambil merayu suaminya.
"Bun... Kamu kan pakai KB. Harus lepas dulu kalau mau bikin adik buat Eja." Ujar Reifan beralasan.
"Oh iya ya... Aku kan pasang KB. Ya udah aku bikin enak dulu deh sebelum bikin anak... Hehehe... "
"Ada-ada aja kamu" Ujar Reifan sambil mencolek hidung Reina.
"Aku mandi dulu ya. Awas jangan ketiduran loh. Tungguin aku"
"Iya, aku tungguin. Apa perlu aku mandiin biar aku ga ketiduran?"
"Ga usah, aku ga lama kok. Sebentar ya"
Reifan memang kurang suka bercinta di kamar mandi karena menurutnya itu berbahaya. Sebisa mungkin dia menghindarinya untuk mencegah hal-hal yang tak di inginkan.
Selama Reifan mandi, Reina sempat mengintip ke rumah sebelah. Sepertinya Nathan tidak ada di rumah. Mungkin ia sedang bekerja.
'Ini semua gara-gara kamu, Nate' ujar Reina dalam hati. Tapi setidaknya ia bisa melampiaskannya kepada orang yang tepat.
Reina kemudian menyiapkan baju yang akan di pakai oleh Reifan.
Reifan sudah selesai mandi dan tertegun melihat posisi Reina yang sedang berbaring miring di atas tempat tidur dengan lingerie-nya yang seksi dan minim, memamerkan beberapa bagian tubuhnya yang mungil tetapi padat. Reifan langsung naik ke atas tempat tidur dengan masih memakai handuk yang melilit tubuhnya.
"Aku suka ngeliat kamu seperti ini, bun. Sering-sering aja biar aku tambah betah di rumah"
"Kalau aku sering melayani kamu di tempat tidur, apakah kamu akan pulang setiap hari?" Reina jarang protes dengan kesibukan Reifan di kantor yang membuatnya jadi jarang pulang ke rumah. Selama ini ia juga tidak banyak menuntut selama kebutuhannya terpenuhi. Tapi kali ini Reina membahasnya. Membuat Reifan jadi bingung menjawabnya kemudian mencoba untuk mengalihkan pembicaraan.
"Aku ingat lingerie ini karena aku yang memilihnya. Yang satu lagi berwarna hitam, kan?"
"Apa kamu sedang mengalihkan pembicaraan?"
"Iya memang" Ujar Reifan sambil tersenyum.
"Wah... Wah... Tuan Reifan Adi Wiguna, kamu memang menyebalkan ya"
"Masa? Aku ga nyebelin kok, tapi aku nakal"
"Nakal? Aku ga percaya kamu bisa ngomong kayak gitu. Kamu ga nakal tapi kaku dan membosankan"
"Ga dong, yang benar itu aku nakal. Buktinya kita bisa punya Eja"
"Ih, kamu nih!" Reina ingin mencubit lengan Reifan, tapi Reifan lebih dulu menangkap lengan Reina dan memerangkap tubuh Reina di bawah tubuhnya. Setelah itu ia menciumi bibir Reina dengan ganas, lalu turun ke leher Reina dan membuat tanda di sana. Turun lagi lebih ke bawah ke arah payud*ra Reina yang mungil tapi padat. Reina merindukan ini. Rasanya sudah lama sekali ia tak bercinta dengan Reifan.
Setelah itu, gantian Reina yang menjelajah tubuh Reifan. Ia menyingkirkan handuk yang melilit tubuh Reifan dan menemukan yang ia cari sedari tadi, kemudian ia mengulum "adik kecil" Reifan dengan ganas, membuat pemiliknya mendesah dengan puas.
"Aku ga tahan lagi bun... Langsung masukin aja ya... " Reina lalu mengangguk setuju. Sebenarnya ia masih ingin pemanasan lebih lama, karena miss V miliknya masih belum terlalu basah. Tapi ia tetap menuruti keinginan Reifan. Kemudian Reifan memasuki adik kecilnya ke dalam tubuh Reina. Tak butuh waktu yang lama bagi Reifan untuk mencapai puncak kenikmatan. Setelah keluar di dalam, Reifan terkulai lemas dan puas di atas tubuh Reina.
"Mas, aku masih belum puas... " Ujar Reina merajuk.
"Kamu masih pengen lagi?"
"Iyaaa... Ronde kedua yuk, mas!" Ujarnya sambil mengerlingkan matanya dengan genit kepada Reifan.
"Mas lagi capek, sayang... Besok lagi aja ya?"
"Hmmm... Ya udah deh... " Reina hanya bisa pasrah mendengar ucapan Reifan. Setelah itu Reifan memakai baju yang sudah di siapkan oleh Reina dan pergi tidur. Tak lama kemudian, Reifan sudah tertidur dengan pulas.
'Ah... Cepat sekali dia pulas' batin Reina sambil termenung dan memandang langit-langit kamar.
'Ada apa denganku, ya? Biasanya sekali main dengan Reifan aku pun langsung puas dan tidak pernah meminta lebih. Tetapi kenapa kali ini berbeda?' Reina mencoba untuk menghiraukan pikiran itu dan tidur. Tapi ternyata Reina butuh waktu lebih dari satu jam sampai akhirnya ia bisa tertidur dengan nyenyak.
**
Pagi hari, Reina bangun lebih dulu dari Reifan. Setelah mandi dan berkeramas, ia membungkus rambutnya dengan handuk kemudian ia menyiapkan sarapan untuk Reza yang akan berangkat sekolah.
Karena tidur lebih awal, Reza bangun sebelum di bangunkan oleh Reina. Setelah selesai membuat sarapan, Reina menjemur handuknya di belakang rumah.
Belakang rumah Reina yang di pakai untuk menjemur pakaian, bentuknya hampir sama seperti rumah Nathan. Terdapat pagar kecil yang berhubungan dengan rumah Nathan yang tidak terlihat dari depan rumah. Sewaktu pindah ke rumah ini, bu RT di kompleks rumah Reina sempat menjelaskan kalau dulunya pemilik rumah Reina dan Nathan adalah dua bersaudara. Mereka membuat pagar kecil itu agar mereka bisa dengan mudah masuk ke rumah sebelah untuk main dan ngobrol, atau saling mengirimkan makanan. Sekarang mereka sudah pindah keluar kota untuk merintis usaha keluarga bersama.
"Pagi yang cerah ya, Rein"
Reina kaget dan mencari sumber suara yang ia dengar. Ternyata itu suara Nathan.
"Kau sudah bangun sepagi ini?" Tanya Reina kepada Nathan.
"Aku belum lama pulang kerja"
"Ooo... "
Kemudian Nathan mengamati rambut Reina yang basah karena habis keramas.
"Reifan sudah pulang ya?" Tanya Nathan.
"Iya. Kok kamu tahu?" Reina memandang curiga kepada Nathan.
"Mobilnya keliatan dari depan rumah"
"Ooo... "
Setelah itu mereka hanya diam, tak tahu mau berkata apa lagi. Tak berapa lama kemudian, Reina memecahkan kesunyian dengan mulai berbicara.
"Aku... Masuk ke dalam dulu ya, mau siap-siap antar Reza sekolah"
"Oke"
Reina sempat memandang Nathan dengan bingung karena biasanya ia banyak bicara, tapi kali ini ia lebih banyak diam.
Setelah Reina masuk ke dalam rumah, Nathan menggeram dan melayangkan tinjunya ke udara. Reifan semalam pulang dan mereka pasti habis bercinta semalam. 'Kenapa aku kesal? Mereka kan memang pasangan suami istri dan sudah sewajarnya jika mereka melakukannya. Reina bukan milikku, jadi kenapa aku harus cemburu?' Nathan terus berdebat dengan dirinya sendiri. Sepertinya aku butuh pelampiasan. Tapi dengan siapa? Erika? Jangan, ia tak mau terlibat dengannya. Ia terlalu agresif, membuat Nathan jadi merasa aneh jika berdekatan dengannya. Karena ia lebih suka kalau ia yang lebih agresif kepada partner sex-nya, bukan sebaliknya. Kemudian Nathan masuk ke dalam rumahnya dan membuat kopi untuk dirinya sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments