Kebun Teh

Mereka telah tiba di kebun teh, dan Nora bangun mendadak karena menyadari ia tidur di bahu Handi.

"Pak maaf saya lancang" kata Nora sambil clingak-clinguk.

"Kita udah sampai Ra".

"Pak saya pakai high heels, jalan di tanah malah nanti bawa tanah ke mobil karena bagian ujung hak saya runcing. Saya nyeker (telanjang kaki/tanpa alas kaki) aja ya pak" kata Nora sambil melepas sepatunya.

"Gak usah nyeker, nanti sama saya di gendong aja".

"Wah jangan pak, saya gendut loh" tolak Nora to the point.

"Ah udah sini, ga usah banyak alesan" Handi menarik tangan Nora dan menggendongnya di punggung.

"astaga badan gw remuk. Gw kira dia seenteng Rosa" gumamnya dalam hati.

"Pak, bener nih bapak gak apa-apa?" tanya Nora sekali lagi.

"U..Udah ga apa-apa..hah.. Sekalian ohahaga (olahraga)"

"Pak, bapak kan sering olahraga sama Bu Ro~ eh salah ngomong"

"Huhah ga uhah hahas hia (Udah gak usah bahas dia)" seru Handi ngos-ngosan. Nyawanya hampir aja hilang gegara gendong Nora.

10 menit kemudian mereka sampai di saung (rumah/gubuk kecil biasanya terbuka) dan Handi merebahkan dirinya setelah menurunkan Nora.

"Kan kata saya juga,saya berat pak" Ucap Nora kesal.

Nora membuka blazer asimetrisnya dan membiarkan lengannya tersapu oleh angin yang sejuk.

Handi melihat tato berbentuk bunga mawar di punggung kanan Nora, menambah kesan sexy si empunya.

"Haduh makin kacau lah pikiran gw liat beginian" keluhnya dalam hati.

"Kamu suka tato?"

"Iya pak.Gak boleh ya diperusahaan bapak ada orang bertato?" tanya Nora menoleh ke arah Handi yang sedang duduk dibelakangnya.

"Boleh aja sih. Kalau saya gak suka cewek bertato, kayak preman" jawabnya spontan.

"Semoga suatu saat bapak ketemu cewek yang bersih dari tato ya pak. Biar bapak yang nato pake mulutnya"

"Huss omongannya suka bener aja" kata Handi sambil tertawa.

"Ngomong-ngomong kenapa bapak pengen kesini? Sering ya kesini sama Bu Rosa?"

"Justru jarang bareng saya kesini. Saya kesini karena bosan sama penatnya kerjaan di kantor, itung-itung sekalian sidak para pekerja disini"

"Oh kebun teh ini milik bapak? Wah luas juga ya" gumam Nora sambil melempar pandangannya ke area kebun teh yang luas.

"Ra. Kamu pernah ditinggal nikah gak?" tanya Handi

"Pernah, 5 tahun yang lalu pas saya lagi buncin-bucinnya sama dia, tenyata dia selingkuh sama sahabat dekat saya. Tau-tau udah hamil dia karena keenakan"

"Sedih gak sih dtinggal nikah?"

"Ya sedih pak, saya pacaran sama dia sejak SMP kelas 2, kira-kira ada sih 11 tahun pacaran" ucap Nora terkekeh

"Waduh ada yang lebih lama ya daripada saya pacarannya"gumam Handi sambil berdecak

"Gitu deh pak, makanya saya belum punya pasangan. Awalnya masih trauma,sekarang asyik sendirian aja. Bapak jangan buru-buru cari pengganti Bu Rosa nanti jatuhnya pelarian, kasian ceweknya pak" tukas Nora tersenyum.

"Tapi umur saya udah 43 tahun Ra. Kalau ga segera nyari pasangan hidup, saya dijodohin sama orang yang gak saya sukai" ujar Handi lirih.

"Sabar pak, nanti juga ketemu. Syukur-syukur lanjut ke pelaminan dan punya anak 5 biji" ucap Nora jahil.

"Eh.. Hujan! Kita ke mobil yuk Ra!"

"Pak saya nyeker dulu dah supaya bisa lari ke mobil" ujar Nora sambil membuka high heelsnya.

Mereka berlari ke arah mobil, namun di tengah jalan Nora terpeleset karena tanahnya basah dan licin.

"Aduh sakit" pekik Nora

Handi menoleh ke belakang dan langsung mengangkat Nora yang tubuhnya kotor. Mereka sudah tidak memikirkan hujan lagi.

Tangan Nora refleks melingkar di tengkuk Handi dan muka mereka saling berhadapan.

"Lain kali hati-hati ya" kata Handi lembut.

Mereka sampai di mobil dalam keadaan basah. Untungnya jok mobil dilapisi plastik seperti jas hujan sehingga aman ketika di duduki.

"Maaf pak merepotkan" ucap Nora menggigil

"Pak Darmo tolong antarkan kami ke villa dekat sini. Setelah itu Dilan tolong ke departemen store terdekat untuk beli baju wanita. Ukuranmu berapa?" tanya Handi.

"Ukuran apa nih pak? Kan banyak pak" jawab Nora bingung

"Semuanya deh" jawab Handi frustasi

"pakaian wanita ukuran M,kalau yang itu.. Emmm lupa saya, gini aja Pak Dilan nanti telepon saya, biar saya yang bilang sama SPG nya ukuran daleman. Deal?"

Dilan mengacungkan jempol tanda deal sedangkan Handi sedikit bete karena jawaban Nora menggantung.

Lagian ngapain juga kepo ukuran daleman Nora?

Berhubungan dengan kerjaan gitu?

Ya Engga, itu mah pikiran si Handi aja yang omesh (otak meshum).

**

Mereka sampai di villa milik Handi, pak Darmo dan Dilan pergi ke departemen store untuk membeli kebutuhan Nora.

"Ini kamar mandinya di dalam kamar tidur ya Ra. Kamu bebas pilih yang mana, tinggal panggil bik Jum aja" kata Handi sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk.

Nora mengangguk dan melihat interior villa milik Handi. Klasik modern namun minim barang-barang gak penting.

"Kenapa kamu gak mandi?"

"Tunggu bajunya dulu pak. Masa saya telanjang, nanti bapak aneh-aneh lagi" jawab Nora tertawa.

"Nanti bik Jum bawain ke kamar kamu. Sekarang mandi aja daripada sakit. Bajunya di cuci ekspres aja sama bik Jum" ucap Handi ke kamarnya.

Nora menuju kamar yang ia pilih sendiri, membuka bajunya yang basah dan kotor lalu menaruhnya di keranjang baju kotor. Ia menyalakan shower air hangat dan menikmatinya.

Ia merasa bokong dan pergelangan kakinya linu karena insiden tadi. Saat sedang menikmati kucuran air hangat, pintu kamarnya terbuka dan Handi mengetuk kamar mandi Nora.

"Ra, Dilan nanya nih ukurannya berapa?"

"Duh saya kan lagi mandi pak masa bisa saya membuka pintunya. Minta tolong bik Jum untuk ngobrol sama aku pak"

"Bik Jum lagi nyuci baju kamu. Udah cepetan kasih tau aja" ujar Handi dengan senyuman liciknya.

"Dih ngambil kesempatan banget" gumam Nora dalam hati.

"Cepetan Nora, kita sehabis ini balik ke kantor berkas numpuk loh" ancam Handi dengan senyuman iblisnya.

"daleman saya 34D dan ukuran M" jawab Nora cepat.

"Hah apa gak kedengeran Nora!"

"34D dan ukuran M!!!!" ucapnya dengan nada kesal.

"omesh banget sih si tua bangka itu" keluhnya dalam hati.

20 menit kemudian Dilan sampai villa sambil menenteng kantong berisi baju Nora.

"Mana bajunya?"

Dilan memberi kantong itu kepada bossnya, dan Handi membawanya ke kamar Nora.

"Nora, bajunya saya letakkan di kasurnya ya" ucapnya dengan senyuman licik.

"Ok pak terimakasih ya" seru Nora.

5 menit kemudian Nora keluar dari kamar mandi dengan menggunakan handuk di kepala dan tubuhnya.

Ia terkejut melihat Handi ada di dalam kamarnya sambil duduk di sofa, lalu Nora masuk kamar mandi lagi.

"Pak! Mohon maaf bapak keluar dulu deh. Saya kira bapak langsung keluar gimana sih?! Badan saya bukan pajangan" ucap Nora galak.

Handi tidak merespon Nora, adrenalinnya tertantang untuk mendekati kamar mandi Nora.

Handi membuka pintu kamar mandi yang tidak terkunci dan mendapati Nora menutupi tubuhnya dengan handuk.

Mata Handi menjelajahi Nora dari ujung kepala sampai ujung kakinya.

Lalu Handi mendekati Nora, dikala dirinya sedang patah hati, ia ingin sekali disentuh sama Nora.

"Pak eling (sadar) pak! Saya Nora bukan Bu Rosa yang bisa dipakai bapak. Saya sekertaris bapak" ucap Nora khawatir.

Handi sudah didepan mata Nora, napas mereka saling berdekatan. Handi mendekati bibirnya ke arah Nora...

KLEKKK

Pintu kamar terbuka dan Bik Jum datang.

Apes, iya si Handi emang lagi apes.

Bersambung

Terpopuler

Comments

Greenindya

Greenindya

makanya jangan omesh

2023-12-29

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!