Permintaan

Mendapat pesan dari Dokter untuk tidak mengganggu jam istirahat, Rey diminta untuk menunggu diluar. Mau tidak mau, Rey mengiyakan, meski terasa berat untuk jauh dari istrinya. Namun, demi kesehatan istrinya, Rey menurutinya.

"Gimana keadaannya Velin, Nak?" tanya Nyonya Merlyn yang begitu khawatir dengan Kondisi putrinya.

"Keadaannya Velin sudah sadarkan diri dari koma, hanya saja-" tiba-tiba Rey tercekat untuk menjawab pertanyaan dari ibu mertuanya, rasanya begitu berat untuk mengatakan dengan jujur.

"Hanya saja kenapa, Rey?" tanya ibunya menimpali karena penasaran dengan apa yang akan Rey katakan.

"Velin kehilangan ingatannya, dan dia belum bisa mengenaliku, Ma, Nyonya, Tuan, dan Kakek," jawab Rey tak bersemangat.

Gezan yang mendengar jawaban dari Reydan, serasa kesal dan juga terasa dongkol, dirinya langsung bangkit dari posisinya dan dengan berani, Rey mencengkram kerah baju miliknya Reydan.

"Apa katamu? Velin hilang ingatan?"

Hampir saja mendapat serangan dari Gezan, dengan sigap Rey menangkisnya.

"Dulu aja, aku gak pernah menyalahkan kamu soal Velin yang hampir saja kehilangan nyawanya karena perbuatan keluarga mu. Bahkan, aku pun tahu pelakunya sejak awal, dan aku pun tidak melaporkan keluarga mu. Hanya saja aku menolak perjodohan dengan adikmu, ngerti! Kamu pikir, siapa yang bertanggung jawab atas keselamatan Velin, siapa? ha! siapa? kamu? iya! kamu?"

Gezan langsung terdiam, dirinya seperti terpojok dengan ucapan yang dilontarkan oleh Reydan.

"Kenapa diam? baru ingat kamu. Aku tahu aku memang salah karena telah mengajak Velin ke rumah Tuan Dion, tapi aku tidak ada punya niat untuk mencelakainya, ngerti kamu. Aku membawa Velin ke kediaman keluarga Adjimala tidak lain hanya ingin memberi mereka bukti dan penjelasan bahwa aku sudah menikah dengan Velin, dan aku menolak perjodohan dengan Leya, paham!"

Gezan masih diam, apa yang dikatakan Reydan menurutnya memang tidak ada yang salah pada diri Reydan.

"Sudah sudah, kalian jangan berantem lagi, malu di hadapan keluarga Adjimala. Jangan saling menyalahkan maupun saling menuding, kalian berdua tidak bersalah, keadaan lah yang tidak bisa diprediksi akan seperti apa kejadiannya. Lebih baik sekarang kita fokus untuk kesembuhan Velin, bukan untuk saling berdebat, ngerti kalian?"

Gezan maupun Rey sama-sama mengangguk, keduanya sama sekali tidak berucap dan memilih tempat untuk duduk masing-masing.

Tuan Praja dan istrinya yang memang mempunyai kesibukan, datang ke rumah sakit ketika ada waktu luang. Sedangkan Reydan sama sekali tidak pernah meninggalkan rumah sakit, begitu setianya menunggu istrinya yang tidak kunjung sadarkan diri hingga sadar dari koma meski harus kehilangan ingatannya.

Tidak menyerah sampai disitu saja, Reydan tetap akan menjaga istrinya hingga sembuh. Bahkan, dirinya tidak peduli dengan karirnya. Untuk saat ini semua dipegang kendali oleh orang tuanya, juga oleh Randi orang kepercayaannya, serta kepercayaan keluarga Derwaga.

Berbeda dengan Gezan, lelaki yang berstatus mantan suami Velin, datang ke rumah sakit setelah pulang dari jam kerja, lantaran dirinya bukan lagi suaminya, dan bukan siapa-siapanya. Menyakitkan memang, tapi mau bagaimana lagi, Velin bukan lagi istrinya, melainkan hanya mantan istri.

.

.

.

Waktu yang dilewati mereka semua rupanya sudah beberapa hari lamanya sejak Velin sadarkan diri dari koma. Tetap saja, Velin masih belum bisa mengingat memorinya. Juga, sikapnya kepada sang suami belum juga ada kedekatan, justru si Velin merasa tidak nyaman saat berdekatan dengan suaminya. Seringkali Rey diusir dan dilarang untuk menemui dirinya dengan alasan takut.

Rey hampir saja frustrasi, dan dirinya tetap saja berusaha untuk mencoba untuk memberi respon dengan apa saja yang pernah menjadi kenangannya. Tetap saja tidak ada respon maupun perubahan kepada Velin, dan masih saja belum mengingatnya.

Selain itu, Gezan juga tidak mau menyerah untuk membantu Velin agar ingatannya kembali meski hasilnya pun tetap nihil. Keduanya bahkan masih berdebat soal kesembuhan Velin, mereka berdua masih saja saling menyalahkan satu sama lain, meski kasusnya yang awal telah berlalu.

Benar saja, kini keduanya sudah berada di depan pintu masuk ruang pasien, yakni seperti biasa merebutkan waktu untuk pertama masuk, yaitu mencoba membantu Velin untuk mengingat kembali soal kenangan mereka masing-masing.

"Aku suaminya, dan aku berhak yang masuk, bukan kamu, ngerti!"

Gezan menyeringai.

"Kamu memang suaminya, tapi kenangan yang aku punya lebih banyak darimu. Jadi, biarkan aku masuk duluan."

"Enak aja, aku ini suaminya Velin. Mana bisa kamu masuk duluan, dan atas dasar apa kamu mau masuk? ha!"

Saat mau adu tonjok, Tuan Dion langsung menyambar tangan mereka satu-satu.

"Sekarang juga kalian pergi,

Tuan Dion makin lama makin geram ketika putrinya dijadikan bahan rebutan. Juga, ada perasaan takut dengan keselamatan putrinya dan takut kenapa-napa.

Namanya juga persaingan sengit, Tuan Dion dipenuhi kekhawatiran mengenai kesembuhan dan keselamatan putrinya. Dengan terpaksa, Tuan Dion harus mengusir menantunya.

"Sebaiknya kalian pulang, disini ada kami keluarganya Velin yang akan bertanggung jawab atas kesembuhannya. Kalian tidak perlu khawatir soal Velin, dia aman bersama kami. Lagi pula percuma dengan cara kalian yang selalu berebutan untuk masuk, dan kalian hanya mengganggunya saja."

Rey maupun Gezan masih diam, Reydan merasa tidak adil karena diperlakukan sama dengan Gezan, yang jelas-jelas dirinya adalah suaminya. Sedangkan yang dipikirkan oleh Tuan Dion tidak lain hanya khawatir jika akan ada persaingan sengit antara Rey dengan Gezan.

Tidak ada pilihan lain, Tuan Dion lebih mementingkan keselamatan putrinya, dan bagaimanapun caranya akan dilakukan, sekalipun harus memberi jadwal ketat kepada Reydan menantunya.

"Tuan, saya ini suaminya Velin, dan saya punya hak untuk berada disisinya. Saya mohon jangan usir saya, karena saya tidak bisa jauh dari Velin."

Tuan Dion menggelengkan kepalanya, yakni tanda menolak.

"Baik, jika ini kemauan Tuan dan demi kesembuhan Velin, akan saya turuti. Tapi saya mohon, izinkan saya untuk menemui Velin saat saya mendatangi rumah sakit ini," ucap Reydan.

"Bukan kami tidak mengizinkan, tapi kami lebih mengutamakan kesembuhannya Velin. Kami tahu kalau kamu Reydan suaminya Velin, dan kamu Gezan mantan suaminya Velin, tapi bukan begini caranya kalian membantu mengembalikan ingatannya Velin. Untuk Reydan, kamu berhak menemui Velin kapanpun, sedangkan untuk Gezan, datanglah sebagaimana kamu menjenguk orang di rumah sakit."

"Baik, Tuan, saya mengerti dengan posisi saya saat ini, yaitu hanya mantan suami. Saya do'akan, semoga ingatan Velin segera sembuh, dan dapat mengingat lagi. Maaf, jika saya sudah membuat Tuan tidak nyaman karena kehadiran saya di rumah sakit ini, dan saya janji akan bersikap lebih baik lagi," ucap Gezan yang masih sulit untuk melupakan mantan istrinya.

Meski sering menyesali, tetap saja baginya tidak mudah untuk melupakannya, dan terkadang dirinya lupa untuk tidak menggangu rumah tangganya Reydan dengan Velin.

Sedangkan Reydan yang tidak mau ribut dengan ayah mertuanya, dirinya lebih memilih untuk nurut. Setidaknya masih diberi kebebasan untuk menemui istrinya, itu sudah lebih dari cukup, dan tidak perlu pakai jadwal, pikirnya.

Sudah begitu lama tidak pulang ke rumah, kini Reydan maupun Gezan tengah meninggalkan rumah sakit walau terpaksa. Meski terasa berat, Reydan tidak mempunyai pilihan lain selain menuruti apa maunya mertua, setidaknya dirinya masih diberi kebebasan untuk menemui istrinya, pikirnya.

Terpopuler

Comments

Novie Tanjung Novie Tanjung

Novie Tanjung Novie Tanjung

ksihan x lihat reydan...
tu simanran ngapain lgi 🤦
saya berharap velin dn reydan ttap sersatu...
lnjuuttttt...
💪 thorr....🌹🌹🌹

2023-12-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!