Adalah Seorang Permata

Mendadak...!

SRUK!

Terdengar suara seperti benda yang tergeser dari dalam ruangan Walk-in closet yang ada di depan Narendra saat ini sedang memantau. Benar apa yang dikatakan Lareina. Ada seseorang selain mereka di dalam kamar itu.

“Kita harus memanggil polisi untuk menangkap pelakunya. Dia pasti akan segera kabur meski harus lompat dari ketinggian,” bisik Lareina di sana.

“Sudah tidak ada waktu. Suasananya semakin sempit kalau harus menunggu polisi datang. Kamu jangan bergerak dari tempat itu!” Sangat tegas.

Lareina menuruti apa yang Narendra bicarakan. Sudah lama Narendra tidak berkelahi dan mungkin agak sedikit lupa cara melumpuhkan lawannya seperti apa. Tetapi, demi keamanan rumah, dia harus tetap melawannya.

Apalagi di saat tangannya sedang terluka akan menyulitkan pergerakannya dalam bertarung. ‘Siapa yang berani memasuki kamarku tanpa izin?’

KRIEET!

Suara pintu dari arah sana memang sangat berisik. Pantas saja Lareina mendengar sesuatu yang seperti terbuka. Ketika mengintip, rupanya memang benar ada seseorang yang memakai topeng memasuki kamarnya.

“Hey! Siapa kau?!”

Narendra menutup pintu ruangan tersebut agar pencuri itu tidak keluar dan menyerang Lareina yang sedang duduk di atas tempat tidur. Walau sebengis apa pun dirinya tetap saja memedulikan orang lain.

Kemungkinan itulah yang membuat Lareina menjadi jatuh hati pada suaminya yang sebelumnya memang dinikahkan secara paksa. Dia menjadi nyaman saat berdekatan dengan Narendra walau kadang berbuat kasar.

Beberapa menit telah berlalu. Pelayan sudah menelepon pihak berwajib untuk mengamankan pencuri yang tidak tahu dari mana ia masuk. Yang membuat panik orang-orang adalah tangan Narendra berdarah.

“Terima kasih sudah menghubungi kami dan membantu menangkap pencuri yang sudah menjadi buronan ini. Kami akan memberi hukuman setimpal.”

“Tidak masalah. Sudah menjadi kewajiban saya untuk menangkap orang ini karena berusaha mencuri di rumah saya,” sahut Narendra terengah-engah.

“Kalau begitu, kami permisi.”

Polisi sudah mengamankan satu tersangka pencurian yang diam-diam memasuki rumah Narendra begitu saja. Pasti ada jalan rahasia yang orang itu ketahui karena tidak mungkin masuk lewat jalur depan.

“Tuan, tangan Anda terluka parah. Anda harus segera diobati.” Nova sedikit memekik dan membicarakan langsung di depan Lareina agar tahu.

“Ini hanya luka kecil. Kau tidak perlu sampai mengkhawatirkanku seperti itu. Kau pikir aku akan mati dengan luka seperti ini?” Begitu ketus.

“Aku mengkhawatirkanmu. Kamu terluka dan pastinya sangat sakit. Sebaiknya kita pergi ke rumah sakit untuk mengobati lukamu,” usul Lareina.

Dia mendorong tubuh suaminya untuk mengikuti apa yang dikatakan olehnya. Tetapi, Narendra tidak akan mudah lumpuh hanya dengan luka yang diterimanya sekarang ini. Ia tidak perlu dikasihani seperti itu.

“Lepaskan!” Dengan segera menghempaskan tangannya yang membuat tubuh sang istri hampir terbawa olehnya. “Aku tidak perlu diobati.”

“Tapi, tanganmu— ”

“Jangan memaksaku untuk mengatakannya dua kali! Ini adalah lukaku sendiri! Kau tak perlu mencemaskanku! Kepalsuanmu membuatku muak!”

Narendra tidak mau diobati dan tidak ada kesempatan bagi Lareina untuk keluar saat ini. Padahal kalau ia mau, Lareina bisa langsung menanyakan perihal luka Narendra sebelumnya oleh apa dan kenapa seperti itu.

“Anda jangan khawatir, Nyonya. Saya akan membantu Anda mencari tahu soal luka Tuan sebelumnya. Anda tidak perlu risau.” Nova menyemangati.

“Iya, Nova. Tolong cari tahu semuanya untukku. Aku ingin tahu semua kejadiannya karena itu terus mengganggu pikiranku.” Terus mengandalkannya.

“Saya akan berusaha.”

.

.

.

Untuk saat ini, dia tidak bisa mengerjakan apa pun karena tangannya sedang terluka. Sangat kesulitan kalau hanya mengandalkan satu tangan dan pastinya tetap akan membutuhkan tangan yang lain nantinya.

Narendra hanya bisa duduk diam di dalam kamarnya sembari menikmati red wine dengan memandangi pemandangan dari arah balkon. Angin terus berembus masuk ke dalam tubuhnya hingga terasa dingin.

Dia menekan salah satu nomor yang ada di ponselnya. Tahu nomor tersebut terhubung dengan sendirinya, Narendra spontan mengarahkan benda pipih itu ke dekat telinga untuk mendengar lebih jelas suara orang tersebut.

“Halo.”

“Ini aku.”

“Iya, aku tahu. Ada apa kau meneleponku di jam kerja begini?” Seorang teman laki-laki yang sangat dekat dengan Narendra adalah Samuel.

Keduanya sudah berteman sejak kecil bahkan sudah menganggap diri mereka adalah keluarga. Orang tua mereka juga sangat akrab sehingga baik Narendra maupun Samuel tidak ragu untuk mengakrabkan diri.

“Aku mau mendengar satu pendapatmu mengenai hidupku. Kau pikir hidupku ini sudah jauh bahagia kelihatannya?” tanya Narendra sangat aneh.

“Bagaimana aku bisa tahu? Aku saja belum menemuimu karena sangat sibuk dengan pekerjaanku. Aku tidak bisa menjawabnya,” sahut Samuel di sana.

Dia mengaku tidak tahu dan bingung soal apa yang harus dia katakan untuk menjawab pertanyaan temannya itu. Daripada salah jawab dan membuat Narendra menjadi salah paham, lebih baik berkata jujur saja, bukan?

“Kau benar-benar tidak tahu apa pun? Kau pernah satu kali mendatangiku dan itu pun di pernikahanku. Tanggapanmu tentang istriku bagaimana?”

Narendra tidak mau tahu pokoknya harus dijawab. Samuel menggaruk kepala, “Kau merepotkan sekali. Sudah kubilang aku tidak tahu apa pun.”

“Kenapa tidak kau renungkan saja apakah selama ini kau bahagia atas pernikahanmu atau tidak? Pendapat sendiri itu lebih bagus,” usul Samuel.

Tetapi, Narendra tidak mempunyai pendapat apa pun mengenai dirinya sendiri hingga sulit untuk menilai apakah diri ini bahagia atau tidak. Kalau Narendra tahu harus bagaimana, tidak mungkin dia bertanya.

“Sepertinya aku mau berhenti saja. Aku tidak mau menjalani pernikahan tanpa cinta ini. Aku sudah muak dengannya.” Narendra berniat bercerai.

“Bukankah pernikahanmu dibuat karena kesepakatan keluarga? Kalau kau ingin bercerai, keluarga kalian harus turun tangan,” kata Samuel bertanya.

“Iya, sepertinya begitu. Aku tidak mencintainya dan itu membuatku tidak merasa nyaman selama berada di rumah.” Hanya pikiran sementara.

Narendra tidak peduli apakah nantinya Lareina akan mencoba mendengar pembicaraannya dengan Samuel atau tidak. Bagus kalau Lareina sampai mendengarnya dan meninggalkan rumahnya.

Selama bertahun-tahun hubungan pernikahan itu terjalin dengan sendirinya dan membangun banyak konflik bersama tanpa adanya cinta, lama kelamaan Narendra yang sudah muak menjadi sangat murka.

Entah harus bagaimana caranya membuat Lareina mengerti bahwa selama ini tidak ada cinta yang tersisa untuknya dan kapan istrinya itu akan mengerti jikalau Narendra sangat risih akan kehadirannya di rumah itu.

“Kau jangan terlalu galak padanya. Bagaimanapun dia adalah istrimu, sudah seharusnya kau menghargai kehadirannya. Dia tak salah apa-apa.”

“Hanya saja kalian salah mengertikan keadaan yang memang sangat rumit untuk di mengerti. Semua orang bisa mencintai tanpa melihat fisik.”

“Seperti misalnya adalah istrimu. Dia mencintaimu tanpa bisa melihatmu itu seperti apa dan bagaimana. Hatinya sangat dalam dan murni penuh cinta.”

“Jika kau memutuskannya sekarang tanpa memikirkannya lagi, apa suatu hari kau akan mendapatkan wanita yang mencintaimu tanpa syarat?”

“Sejujurnya, Naren. Akan sangat disayangkan kalau kau memutus hubunganmu dengan orang yang sungguh-sungguh sangat mencintaimu.”

“Orang yang seperti itu tidak datang dua kali, lho. Apa nantinya kau tidak akan menyesal telah meninggalkannya hanya karena emosi sesaat?”

Samuel mengomeli keputusan temannya dan melarang agar ia tidak melepaskan orang yang selama ini selalu ada di sampingnya. Karena orang yang mencintai tanpa memandang fisik itu tak datang dua kali.

“Aku masih punya Audrey.” Narendra menyebut nama seseorang. Sesuai namanya, ia merupakan seorang perempuan cantik. “Dia menungguku.”

Ucapan Narendra membuat Samuel berhenti bekerja. “Kau masih berpikir kalau Audrey akan menunggumu? Apa kau pikir dia sangat setia?”

Kalau soal itu, Narendra juga tidak tahu. Audrey mungkin tidak bisa menunggunya namun Narendra akan selalu menunggu Audrey yang merupakan cinta pertama yang membuatnya jatuh cinta sampai tak waras.

“Jangan terlalu mengharapkan orang yang tidak bisa menunggumu. Apa kau ingin melepaskan permatamu hanya untuk sampah sepertinya?”

PRANG!

Narendra melempar gelas yang di pegangnya. “Jaga bicaramu. Audrey bukan sesuatu yang bisa kau ucapkan semudah itu! Dia adalah permataku!”

Hanya dengan berkata seperti itu saja sudah membuat Narendra kehilangan kendali dalam mengendalikan emosinya. Kalau seseorang membicarakan Audrey tanya tujuan yang jelas, Narendra akan sangat marah.

Mungkin akan lebih dari melempar barang. “Kau tidak bisa menyebutnya seperti itu! Apa-apaan kau mengatakan sesuatu yang tidak boleh dikatakan?”

“Aku hanya mengatakan kebenarannya saja. Lagi pula dia itu tidak pernah setia dengan satu orang. Kau harusnya bersyukur dengan pernikahanmu.”

Samuel melanjutkan, “Walaupun Lareina bukan manusia sempurna yang bisa melihat seperti kita, tapi dia setia padamu dan selalu mencintaimu.”

Menasihati orang yang keras kepala memang situasi yang mengerikan. Bagaimana bisa dia menjelaskan sesuatu yang sangat berharga pada orang yang tidak akan mengerti hal itu? Buang-buang waktu Samuel saja.

“Ah, sudahlah. Aku akan kembali bekerja. Kau pikirkan saja matang-matang soal ucapanku itu. Ingat! Tidak ada yang datang dua kali!” Berteriak.

Lalu, dia mematikan sambungan teleponnya karena sudah muak menasihati sang teman yang takkan pernah mengerti. Sikap Narendra memang terkadang sangat keras namun kalau sudah cinta, dia sangat posesif.

Kepalanya menoleh ke belakang dan melihat ada satu botol red wine yang menganggur di atas meja. Narendra berdiri sebentar untuk mengambil botol itu dan meneguknya tanpa menggunakan gelas.

GLEK!

‘Tidak ada yang mencintaiku selain Audrey. Dia satu-satunya orang yang mencintaiku secara tulus. Aku merindukannya. Sedang apa dia sekarang?’

Ada mantra yang Audrey ucapkan untuk mengguna-guna Narendra agar selalu merindukannya walaupun mereka tidak pernah berhubungan. Audrey adalah orang yang paling Narendra cinta dan sayangi.

Narendra pernah menyampaikan perasaannya sebelum dia menikah dengan Lareina Elowen. Dia meminta agar Audrey menunggunya dan menyelesaikan semua permasalahan dengan keluarganya nanti.

Tetapi, Narendra tidak pernah tahu kalau Audrey selalu bermain pria di belakangnya seperti apa yang dikatakan Samuel barusan. Walau demikian, berkali-kali dirinya diperlakukan seperti itu, tetap mencintai Audrey.

.

.

.

Acara makan malam ini hanya dilakukan sederhana karena anggota yang sesungguhnya hanya dua orang saja. Lareina sedang menunggu kedatangan suaminya yang sedang bersiap-siap untuk makan.

“Nyonya. Saya akan menjemput Tuan Narendra. Sudah lama Tuan tidak kunjung datang. Saya takut terjadi sesuatu pada Tuan,” ucap Nova.

“Itu tidak perlu.” Dari arah atas tangga, terdengar suara seseorang yang menanggapi ucapan Nova pada Lareina. “Kau tidak perlu melakukannya.”

Karena Narendra sudah ada di depan mata dan siap untuk menyantap hidangan yang telah disiapkan. Pria itu duduk di samping Lareina sebagai seorang pemimpin keluarga meski nantinya mereka akan bercerai.

“Aku pikir kamu tidak akan turun seperti sebelumnya. Aku senang karena kamu sudah mulai membuka diri untuk berdekatan denganku.”

Lareina terlalu percaya diri. Belum tentu Narendra seperti itu karena dirinya menjadi alasannya. “Kau tidak usah banyak bicara dan makan saja.”

“Iya, selamat makan.”

Barulah dia bisa makan dengan lahap di bantu Nova yang ada di belakangnya. Maksudnya tidak suapi. Nova hanya membantu mengarah-arahkan makanan saja agar Lareina mudah mengambilnya tanpa mencari.

‘Memangnya apa yang istimewa dari dalam dirinya? Dia biasa-biasa saja ketika aku melihatnya. Dia itu menyusahkan.’ Malah bergumam sendiri.

Narendra tidak tahu apa yang spesial dari diri Lareina karena pandangannya yang memang selalu menatap seperti itu dan beranggapan seperti itu. Kalau dia bisa menatap dengan tulus, situasinya akan berbeda.

BERSAMBUNG

Episodes
1 Kamu yang Membunuhnya?
2 Aku Sangat Membencimu!
3 Mendadak Ada Pencurian
4 Adalah Seorang Permata
5 Mengulang Kembali Cerita
6 Matamu Bukan Masalah!
7 Perasaan yang Membara
8 Will You Marry Me?
9 Kepergianmu Itu Harapanku
10 Rein, Nama Tersembunyi
11 Tatapan Maut Mengancam
12 Menikah Karena Kasihan
13 Kesalahan yang Tak Disadari
14 Aku Menemukanmu, Audrey!
15 Misteri Jatuhnya Cangkir
16 Memiliki Niat Terselubung?
17 Ciuman Pertama Pernikahan
18 Memancing Emosi Monster
19 Surat Undangan Pernikahan
20 Rencana Untuk Membunuh
21 Sebuah Pertemuan Pertama
22 Seperti Omong Kosong
23 Detik-detik Menuju Tragedi
24 Cepat, Panggil Ambulance!
25 Pelakor Semakin Didepan
26 Kecanduan yang Berbahaya
27 Satu-satunya Keluargaku
28 Tuduhan Tidak Berdasar
29 Menyewa Pembunuh Bayaran
30 Kamu Berpihak Padanya?
31 Perkumpulan Kelas Atas
32 Perbincangan Dua Sejoli
33 Kebohongan yang Nyata
34 Dasar Pria Tidak Berguna!
35 Hidupmu Masih Panjang
36 Apa Aku Mengganggumu?
37 Pulanglah Sebelum Malam!
38 Perseteruan Dua Keluarga
39 Jangan Menangis Sendirian
40 Pembalasan Dendam Pertama
41 Tolong Aku, Narendra!
42 Kau Adalah Penyebabnya
43 Usulan Sewa Bodyguard
44 Lareina Sang Penengah
45 Apakah Terjadi Sesuatu?
46 Menghilang Tanpa Jejak
47 Hanya Satu Kesempatan
48 Ubahlah Cara Pandangmu
49 Ayo, Buka Mulutmu
50 Keributan Pasangan Selingkuh
51 Semuanya Segera Berakhir
52 Bertemu Teman Seumuran
53 Kencan Berakhir Jebakan
54 Nyawa Diujung Tanduk
55 Merenggut Satu Nyawa
56 Kembalilah Dengan Harapan
57 Apa Dia Sudah Menikah?
58 THE END
Episodes

Updated 58 Episodes

1
Kamu yang Membunuhnya?
2
Aku Sangat Membencimu!
3
Mendadak Ada Pencurian
4
Adalah Seorang Permata
5
Mengulang Kembali Cerita
6
Matamu Bukan Masalah!
7
Perasaan yang Membara
8
Will You Marry Me?
9
Kepergianmu Itu Harapanku
10
Rein, Nama Tersembunyi
11
Tatapan Maut Mengancam
12
Menikah Karena Kasihan
13
Kesalahan yang Tak Disadari
14
Aku Menemukanmu, Audrey!
15
Misteri Jatuhnya Cangkir
16
Memiliki Niat Terselubung?
17
Ciuman Pertama Pernikahan
18
Memancing Emosi Monster
19
Surat Undangan Pernikahan
20
Rencana Untuk Membunuh
21
Sebuah Pertemuan Pertama
22
Seperti Omong Kosong
23
Detik-detik Menuju Tragedi
24
Cepat, Panggil Ambulance!
25
Pelakor Semakin Didepan
26
Kecanduan yang Berbahaya
27
Satu-satunya Keluargaku
28
Tuduhan Tidak Berdasar
29
Menyewa Pembunuh Bayaran
30
Kamu Berpihak Padanya?
31
Perkumpulan Kelas Atas
32
Perbincangan Dua Sejoli
33
Kebohongan yang Nyata
34
Dasar Pria Tidak Berguna!
35
Hidupmu Masih Panjang
36
Apa Aku Mengganggumu?
37
Pulanglah Sebelum Malam!
38
Perseteruan Dua Keluarga
39
Jangan Menangis Sendirian
40
Pembalasan Dendam Pertama
41
Tolong Aku, Narendra!
42
Kau Adalah Penyebabnya
43
Usulan Sewa Bodyguard
44
Lareina Sang Penengah
45
Apakah Terjadi Sesuatu?
46
Menghilang Tanpa Jejak
47
Hanya Satu Kesempatan
48
Ubahlah Cara Pandangmu
49
Ayo, Buka Mulutmu
50
Keributan Pasangan Selingkuh
51
Semuanya Segera Berakhir
52
Bertemu Teman Seumuran
53
Kencan Berakhir Jebakan
54
Nyawa Diujung Tanduk
55
Merenggut Satu Nyawa
56
Kembalilah Dengan Harapan
57
Apa Dia Sudah Menikah?
58
THE END

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!