Mendadak Ada Pencurian

Yang Lareina pilih ini sudah menjadi keputusan bulatnya. Dia masih akan tetap berada di rumah itu sampai Narendra bisa mencintainya dan mengakui keberadaannya sebagai seorang istri yang lama menunggu cinta.

Orang-orang mungkin akan mengira kalau Lareina adalah sosok yang bodoh yang rela bertahan dengan kondisi itu hanya demi cintanya. Tetapi baginya, Narendra J. Wilson adalah segalanya bagi seluruh jiwa dan raganya.

“Nova. Bagaimana kondisi pelayan itu? Apa sekarang sudah membaik? Katanya yang kudengar, dia akan pulang hari ini?” tanya Lareina khawatir.

“Iya, Nyonya. Dokter sudah mengizinkan dia untuk pulang karena memang kondisinya sudah baik-baik saja. Anda tidak perlu cemas,” sahut Nova.

Lareina mengangguk mengerti. “Kejadian semalam itu benar-benar membuatku tidak bisa berkata apa-apa. Kupikir Narendra ... membunuhnya.”

Itu karena darah misterius yang berada di dekat pelayan itu. “Aku merasa sangat bersalah karena sudah menuduh Narendra yang tidak-tidak.”

Nova semakin teringat dengan tangan Narendra yang sepertinya terluka. Pagi ini, dia menemukan sesuatu yang membuatnya berkerut kening. Dia bertanya-tanya, apakah Narendra semalam habis bertengkar dengan orang?

‘Kalau aku beri tahu Nyonya tentang ini, kira-kira apa yang akan Nyonya pikirkan soal Tuan, ya? Apa lebih baik aku sembunyikan saja?’ batin Nova.

Dipikir-pikir Lareina juga berhak tahu soal suaminya apalagi ia tidak bisa melihat apa yang sebenarnya terjadi. Tugas Nova di sana untuk menjaga Lareina dan memberitahukan segala yang harus diceritakan.

“Nova, kamu masih di sini, 'kan?” tanya Lareina. Suara Nova hampir tidak kedengaran dan itu membuat Lareina berpikiran sang pembantu pergi.

“Iya, saya masih di sini, Nyonya. Anu, saya ingin memberi tahu Anda sesuatu yang sepertinya Anda harus ketahui,” ucapnya mulai sedikit terbuka.

“Soal apa?”

“Ini tentang Tuan Narendra. Saya melihat tangan Tuan seperti diperban dan sepertinya Tuan mengalami insiden buruk saat pulang,” katanya.

Sontak itu membuat Lareina terdiam. “Kenapa kamu baru memberitahuku itu sekarang? Kenapa tidak tadi kamu bilang kalau dia terluka?”

Nova menunduk, “Saya minta maaf, Nyonya. Saya merasa kalau itu bukan waktu yang tepat untuk memberi tahu Anda tentang keadaan Tuan.”

Karena tidak mungkin juga Nova membicarakan hal itu saat berpapasan langsung dengan orang bersangkutan. Dia tidak berani, bukan tidak enak. Narendra sangat kejam sampai dia tidak bisa menatapnya.

“Apa lukanya sangat parah? Apa sampai mengeluarkan darah juga?” tanya Lareina menarik-narik tangan Nova untuk menceritakan semuanya.

“Sepenglihatan saya tidak ada bekas darah. Hanya itu yang saya lihat. Saya berkata seperti ini karena Anda adalah istrinya.” Nova berkata jujur.

“Iya, katakan apa pun yang kamu lihat. Kalau kamu merasa Narendra begitu mencurigakan, kamu harus tetap memberitahuku.” Tidak boleh tidak.

Yang memenuhi pikiran Lareina sekarang adalah dari mana luka Narendra itu berasal. Kalau Narendra memang berkelahi dengan seseorang itu sudah menjadi hal yang biasa. Tetapi, bagaimana dengan yang lain?

Lareina mencoba mengingat-ingat kembali apa yang sebenarnya terjadi. Walaupun dia tidak bisa melihat, tetapi Lareina memiliki sesuatu yang bisa meyakinkan perasaannya soal apa pun yang dianggap mencurigakan.

“Nova.”

“Iya, Nyonya?”

“Apa kamu tahu tempat di mana rumah sakit yang Narendra datangi tadi pagi?” Sudah ada niatan mendatangi rumah sakit itu untuk mencari tahu.

“Saya tidak tahu, Nyonya. Saya hanya tahu kedatangan Tuan saja dari luar dengan tangan yang sudah diperban.” Nova selalu ada bersama Lareina.

“Coba kamu tanyakan pada sopir yang mengantar Narendra. Kemungkinan dia tahu besar soal rumah sakit yang Narendra datangi.” Memberi perintah.

“Saya akan coba menanyakannya.” Nova meninggalkan tempat itu. Perintah yang Lareina ucapkan padanya harus diselesaikan dengan baik.

Lareina hanya penasaran. Dia merasa seperti ada sesuatu yang aneh antara kejadian semalam dengan tangan Narendra yang katanya sudah terluka bahkan sampai diperban. Apa itu ada sangkut pautnya dengan Narendra?

Tidak membutuhkan waktu sampai beberapa menit, Nova sudah kembali dari luar dengan membawa secarik kertas di tangannya yang mungkin berisikan alamat rumah sakit yang Narendra datangi untuk berobat.

“Nyonya.”

“Bagaimana? Kamu sudah mendapatkan alamatnya?” tanya Lareina. Dia sungguh tidak bisa menahan diri dan ingin secepatnya mengetahui sesuatu.

“Saya sudah mendapatkan alamatnya. Kita hanya perlu mendatangi rumah sakit ini yang memang tidak terlalu jauh dari sini,” ucap Nova mengangguk.

“Kalau begitu, bagaimana kalau kita keluar sekarang? Kira-kira Narendra tidak akan mencariku tidak, ya?” Lareina dihadapkan dengan keraguan.

Jika ingin keluar, ada baiknya Lareina meminta izin terlebih dahulu agar Narendra bisa tahu ke mana istrinya akan pergi. Itu juga untuk mencegah kecurigaan tersendiri suaminya kepada istrinya yang dikira tidak setia.

“Anda harus meminta izin kepada Tuan Narendra lebih dahulu, Nyonya. Kita tidak bisa langsung pergi begitu saja tanpa izin dari suami Anda,” ujar Nova.

Lareina mengangguk, “Kamu benar. Aku harus meminta izin Narendra dulu dan meyakinkannya. Aku akan ke kamarnya dulu. Kamu tunggu saja di sini.”

“Baik.”

.

.

.

Semuanya sangat gelap. Lareina memasuki sebuah ruangan yang diduga adalah kamar Narendra dengan meraba-raba barang yang berada di sana. Tongkat di tangannya juga sering kali membantunya untuk berjalan.

‘Kalau saja aku bisa melihat semuanya, aku tidak akan mungkin melakukan ini dan berjalan dengan tegap ke arah suamiku,’ batin Lareina begitu lelah.

Dia ingin bisa melihat lagi karena kebutaannya ini bukan dari lahir melainkan karena pernah terjadi sebuah kecelakaan besar yang mengakibatkan Lareina harus kehilangan penglihatannya. Itu menyakitkan.

“Narendra, kamu di mana?” Setelah meraba-raba tempat tidur dan meyakini keberadaan suaminya tidak ada di sana, Lareina mencari ke tempat lain.

Sebisa mungkin ingin menemukan suaminya tanpa bantuan dari siapa pun dan tanpa merepotkan orang-orang. “Narendra, aku mau meminta izin.”

KRIEET!

Lareina langsung menoleh ke arah sumber suara yang sepertinya ada sesuatu yang baru saja di buka. Tetapi, dia tidak tahu apa itu. Rasa-rasanya seperti pintu atau sesuatu yang memang dapat di buka atau di tutup.

“Narendra? Apa itu kamu? Kamu di mana? Aku bukan bermaksud untuk mengganggu, hanya saja aku ingin meminta izin untuk keluar sebentar.”

Ada bagusnya berbicara langsung ke intinya. “Kalau kamu mengizinkan aku keluar, aku akan segera pergi. Aku hanya akan pergi sebentar lalu kembali.”

Kenapa tidak ada suara sama sekali? Apa benar suara itu berasal dari Narendra? Bagaimana kalau orang lain yang memang sengaja menipunya? Itu tidak masalah. Namun, bagaimana kalau seorang pencuri masuk?

‘Pencuri?’

Dia mengangkat tongkatnya yang memang secara khusus digunakan untuk berjalan saja. Tetapi kali ini, Lareina akan menggunakannya sebagai tameng untuk mengusir pencuri yang masuk ke dalam kamar suaminya tanpa izin.

“Hey, pencuri! Aku tidak takut padamu! Tunjukkan dirimu dan keluar dari kamar suamiku! Beraninya kamu mencuri di rumahku!” ancam Lareina.

Tidak ada ketakutan apa pun kalau caranya ini untuk menjaga keselamatan suaminya sendiri. Insting orang buta kadang lebih tajam daripada orang-orang normal lainnya. Namun, tidak semua orang bisa menyadarinya.

“Jangan main-main denganku! Tunjukkan dirimu yang sebenarnya dan keluarlah dari rumah ini! Atau aku akan memanggil polisi sekarang juga!”

Narendra keluar dari dalam kamar mandinya dan langsung terkejut melihat keberadaan istrinya yang sudah memegang tongkat. Anehnya, ia juga mengucapkan kata-kata yang berhubungan untuk melawan para pencuri.

Memangnya di kamarnya ada pencuri? Dasar aneh. Dia mencoba mendekati Lareina dan menepuk pundaknya tanpa bersuara. Apakah Narendra tidak tahu kalau dengan cara seperti itu bisa membuat Lareina jadi salah paham?

SYUNG!

Tongkat kemudian dilayangkan ke belakang tanpa ragu-ragu karena memang berpikir itulah orang yang mengerjainya barusan. Narendra segera menghindar dan mencekik leher Lareina dengan lengan dari belakang.

“Ugh! Lepaskan aku! Jangan menggangguku! Keluar kamu dari kamar suamiku sebelum aku melaporkanmu kepada polisi!” Lareina mengancam.

Narendra masih belum mau membuka suaranya dan membiarkan Lareina bertingkah apa pun sesuai keinginannya. Dia ingin melihat apa yang akan dilakukan istrinya itu kala bertemu pencuri sungguhan di rumah.

“Kamu tidak mau melepaskanku! Jangan salahkan aku kalau tulangmu sampai patah! Asal kamu tahu saja kalau aku pernah belajar cara bela diri!”

Tertegun.

Narendra tidak pernah tahu kalau Lareina memang suka hal-hal yang menyangkut tentang fisik tubuh. Tetapi, tenang saja. Otot Narendra lebih besar daripada yang dimiliki Lareina jadi dia tidak mudah tumbang.

Ada sesuatu yang mencengkeram baju bagian belakang Narendra dan tidak ada yang tahu kapan Lareina melakukannya di sana. Dalam hitungan yang sangat cepat, Lareina membungkuk dan membanting tubuh Narendra.

BUGH!

“Akh...!”

Narendra meringis kesakitan. Tubuhnya sangat sakit bukan main dan bisa-bisanya dengan tubuh Lareina yang seperti itu mampu mengangkat tubuh pria yang ukurannya lebih kuat dan lebih berotot dari pada dirinya.

“Rasakan itu! Kalau mau bermain-main denganku, kamu latihlah dulu ototmu dan kembali serang aku kalau sudah kuat!” Sedang merendahkan.

“Kalau kau sudah memamerkan kemampuanmu, sebaiknya bantu aku berdiri! Beraninya kau melemparku semaumu!” pekik Narendra marah.

“Umph!” Lareina justru menutup mulutnya. ‘Astaga! Jadi, orang yang kubanting itu adalah Narendra? Gawat! Aku berada dalam masalah besar!’

Tubuhnya menjadi bergetar tidak karuan setelah mengetahui bahwa orang yang menjadi korbannya adalah suaminya sendiri. Lareina mengulurkan sebelah tangannya ke mana-mana untuk membantu Narendra berdiri.

“Ayo, raih tanganku.”

“Ugh!”

“Eh, eh-!! AAAA!!”

BRUK!

Dikarenakan tubuh Lareina tidak seimbang dan Narendra langsung meraih tangannya dengan cepat malah membuat tubuhnya oleng kemudian ikut ambruk di lantai. Bukan! Bukan di lantai. Tetapi di dada bidang Narendra.

‘Bau sabun.’

“Menyingkir dari tubuhku!”

Narendra mendorong tubuh Lareina sehingga gadis itu kini berada di posisi yang berbeda dari sebelumnya. Kali ini juga ia benar-benar terjatuh di atas lantai yang dingin. Lareina tidak akan melupakan momen berharga ini.

‘Rupanya dia habis mandi, ya. Bau sabunnya membuat perasaanku sangat tenang. Kapan lagi aku bisa mencium bau sabun dari tubuh suamiku?’

Pikiran Lareina menjadi sempit. “Maaf, aku tidak bermaksud melakukan itu. Aku kira tadi itu ada orang asing masuk ke kamarmu. Rupanya itu kamu, ya.”

“Kenapa kau berpikir ada orang yang masuk ke kamar ini selain aku? Dan dari mana kau mempunyai kemampuan seperti itu?” Narendra penasaran.

“Entahlah, aku juga samar-samar mendengar sesuatu yang terbuka dari arah sana.” Lareina menunjuk ke arah depan. “Asal suaranya ada di sana.”

Dia juga melanjutkan, “Kalau soal ilmu bela diriku, aku memang sudah memilikinya dari kecil karena memang pernah belajar sebelum kecelakaan.”

Narendra tidak fokus pada kemampuan Lareina. Tetapi, dia sedang fokus pada sesuatu yang katanya seperti terbuka. Sedangkan arah kamar mandi berada di belakang Lareina di saat gadis itu sibuk menghadap ke depan.

Jangan-jangan memang ada orang lain yang berada di kamar itu? Karena tidak ada barang atau pintu yang tiba-tiba terbuka selama Narendra menempatinya. Bisa jadi memang ada seseorang yang masuk ke kamarnya.

“Hey, pegang tanganku!”

“Apa?”

“Cepat pegang tanganku!”

“Iya.”

Dia membantu istrinya berdiri dan menuntunnya untuk duduk di atas tempat tidur. “Tunggu di sini. Jangan bergerak sedikit pun dari tempat ini!”

“Oh, oke.”

Lareina tidak tahu apa yang sedang terjadi tetapi sepertinya nada suara Narendra sangat berhati-hati sekarang. Ia juga menyuruhnya untuk diam di tempat tidur tanpa berdiri sama sekali. Kira-kira apa yang terjadi?

Pandangan pria itu sedang tertuju pada satu titik di depannya. Sangat fokus sampai tidak ada yang boleh mengalihkan pandangannya sama sekali karena bisa saja pelaku pencurian itu melarikan diri dari dalam kamarnya.

Mendadak...!

BERSAMBUNG

Terpopuler

Comments

Sadako

Sadako

Aduh, gak sabar pengen baca kelanjutannya!

2023-12-26

0

lihat semua
Episodes
1 Kamu yang Membunuhnya?
2 Aku Sangat Membencimu!
3 Mendadak Ada Pencurian
4 Adalah Seorang Permata
5 Mengulang Kembali Cerita
6 Matamu Bukan Masalah!
7 Perasaan yang Membara
8 Will You Marry Me?
9 Kepergianmu Itu Harapanku
10 Rein, Nama Tersembunyi
11 Tatapan Maut Mengancam
12 Menikah Karena Kasihan
13 Kesalahan yang Tak Disadari
14 Aku Menemukanmu, Audrey!
15 Misteri Jatuhnya Cangkir
16 Memiliki Niat Terselubung?
17 Ciuman Pertama Pernikahan
18 Memancing Emosi Monster
19 Surat Undangan Pernikahan
20 Rencana Untuk Membunuh
21 Sebuah Pertemuan Pertama
22 Seperti Omong Kosong
23 Detik-detik Menuju Tragedi
24 Cepat, Panggil Ambulance!
25 Pelakor Semakin Didepan
26 Kecanduan yang Berbahaya
27 Satu-satunya Keluargaku
28 Tuduhan Tidak Berdasar
29 Menyewa Pembunuh Bayaran
30 Kamu Berpihak Padanya?
31 Perkumpulan Kelas Atas
32 Perbincangan Dua Sejoli
33 Kebohongan yang Nyata
34 Dasar Pria Tidak Berguna!
35 Hidupmu Masih Panjang
36 Apa Aku Mengganggumu?
37 Pulanglah Sebelum Malam!
38 Perseteruan Dua Keluarga
39 Jangan Menangis Sendirian
40 Pembalasan Dendam Pertama
41 Tolong Aku, Narendra!
42 Kau Adalah Penyebabnya
43 Usulan Sewa Bodyguard
44 Lareina Sang Penengah
45 Apakah Terjadi Sesuatu?
46 Menghilang Tanpa Jejak
47 Hanya Satu Kesempatan
48 Ubahlah Cara Pandangmu
49 Ayo, Buka Mulutmu
50 Keributan Pasangan Selingkuh
51 Semuanya Segera Berakhir
52 Bertemu Teman Seumuran
53 Kencan Berakhir Jebakan
54 Nyawa Diujung Tanduk
55 Merenggut Satu Nyawa
56 Kembalilah Dengan Harapan
57 Apa Dia Sudah Menikah?
58 THE END
Episodes

Updated 58 Episodes

1
Kamu yang Membunuhnya?
2
Aku Sangat Membencimu!
3
Mendadak Ada Pencurian
4
Adalah Seorang Permata
5
Mengulang Kembali Cerita
6
Matamu Bukan Masalah!
7
Perasaan yang Membara
8
Will You Marry Me?
9
Kepergianmu Itu Harapanku
10
Rein, Nama Tersembunyi
11
Tatapan Maut Mengancam
12
Menikah Karena Kasihan
13
Kesalahan yang Tak Disadari
14
Aku Menemukanmu, Audrey!
15
Misteri Jatuhnya Cangkir
16
Memiliki Niat Terselubung?
17
Ciuman Pertama Pernikahan
18
Memancing Emosi Monster
19
Surat Undangan Pernikahan
20
Rencana Untuk Membunuh
21
Sebuah Pertemuan Pertama
22
Seperti Omong Kosong
23
Detik-detik Menuju Tragedi
24
Cepat, Panggil Ambulance!
25
Pelakor Semakin Didepan
26
Kecanduan yang Berbahaya
27
Satu-satunya Keluargaku
28
Tuduhan Tidak Berdasar
29
Menyewa Pembunuh Bayaran
30
Kamu Berpihak Padanya?
31
Perkumpulan Kelas Atas
32
Perbincangan Dua Sejoli
33
Kebohongan yang Nyata
34
Dasar Pria Tidak Berguna!
35
Hidupmu Masih Panjang
36
Apa Aku Mengganggumu?
37
Pulanglah Sebelum Malam!
38
Perseteruan Dua Keluarga
39
Jangan Menangis Sendirian
40
Pembalasan Dendam Pertama
41
Tolong Aku, Narendra!
42
Kau Adalah Penyebabnya
43
Usulan Sewa Bodyguard
44
Lareina Sang Penengah
45
Apakah Terjadi Sesuatu?
46
Menghilang Tanpa Jejak
47
Hanya Satu Kesempatan
48
Ubahlah Cara Pandangmu
49
Ayo, Buka Mulutmu
50
Keributan Pasangan Selingkuh
51
Semuanya Segera Berakhir
52
Bertemu Teman Seumuran
53
Kencan Berakhir Jebakan
54
Nyawa Diujung Tanduk
55
Merenggut Satu Nyawa
56
Kembalilah Dengan Harapan
57
Apa Dia Sudah Menikah?
58
THE END

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!