Aku Yang Tak Di Anggap Keluarga

Aku Yang Tak Di Anggap Keluarga

bab 1

“Ma, kalau nanti mama mendapatkan warisan dari eyang, mama mau menggunakannya untuk apa ?” tanya Ana kepada mamanya.

Saat ini Kanaya berada dikamar putrinya untuk mengajaknya makan bersama.

Rani kanaya adalah seorang istri yang penurut. Hidup bersama keluarga suaminya yang begitu banyak sekali tuntutan membuat Kanaya terkadang merasa lelah namun sebisa mungkin dia bertahan dengan keluarga suaminya itu.

Kanaya memiliki seorang putri yang bernama Viola anasya, Kanaya memanggilnya Ana. Saat ini Ana Kelas XII. Walaupun keluarga suami Kanaya tidak mengizinkannya untuk melanjutkan sekolahnya karena mereka bilang biaya sekolah mahal akan, nanti bisa menghabiskan uang Riko suami Kanaya tetapi Kanaya berusaha membujuk suaminya agar mengizinkan Ana melanjutkan sekolahnya dan akhirnya dia mau. Karena dia juga malu jika nanti teman kerjanya mengetahui kalau anaknya tidak melanjutkan sekolahnya. Bisa-bisa dia akan menjadi omongan di kantornya.

Kanaya sedikit menakuti suaminya, saat itu Kanaya bilang kepada suaminya jika putrinya tidak melanjutkan sekolah maka teman kerjanya pasti akan menghinanya. Oleh sebab itu suami Kanaya mau tidak mau untuk mengizinkan putrinya melanjutkan sekolahnya Putri Kanaya satu sekolah dengan Sisi keponakan Kanaya.

Meskipun sebenarnya kebanyakan keluarga Kanaya lah yang banyak membiayai sekolah Ana. Bahkan bisa dikatakan suaminya tidak pernah memberikan biaya sekolah Ana sama sekali.

Jika Ana sangat sibuk dengan tugas sekolahnya pasti dia lupa untuk makan. jika Kanaya tidak memanggilnya untuk makan, makan bisa-bisa anaknya tidak makan sama sekali.

“Entah lah mama juga tidak tau nak.” ucap Kanaya.

“Kalau menurutku mama harus menyimpan uang itu, jangan serahkan kepada papa semuanya ya ma.” pinta Ana, Kanaya pun bingung kenapa putrinya itu berbicara seperti itu.

“Memangnya kenapa nak?” tanya Kanaya kepada putri satu-satunya itu.

“Tidak apa apa ma, itu kan warisan dari eyang untuk mama.” ucap Ana tapi sepertinya putri Kanaya merahasiakan sesuatu, tapi Kanaya tidak akan memaksakan putrinya untuk menceritakannya. Kanaya yakin nanti pasti putrinya akan menceritakannya kepada Dirinya.

“Nanti lagi kamu mengerjakan tugasmu, sekarang kita makan malam bersama.” ajak Kanaya kepada putrinya makan malam bersama. Ana dan Kanaya turun ke bawah dan ikut makan bersama yang lainnya. Keluarga Riko sudah lebih dulu makan mereka tidak menunggu Kanaya dan Ana untuk makan bersama.

Tidak ada pembicaraan pada saat mereka makan. Setelah makan Riko memulai pembicaraan. ibu Jihan, ibu mertua Kanaya, dan putri kakak iparnya Sisi, Mereka semua melihat ke arah Kanaya dan Ana. Seperti ada sesuatu yang penting yang akan mereka bicarakan.

“Sayang, nanti kalau warisan kamu sudah dikasih, aku mau beli mobil keluaran terbaru ya. Aku malu sayang ke tempat kerja hanya dengan mobil itu, itu saja. Sedangkan teman kerjaku sudah ganti mobil yang leBih bagus. Sekalian aku mau tunjukkan kepada teman-temanku yang selalu merendahkan aku. Aku mau tunjukkan ke mereka semua kalau aku juga mampu beli mobil yang lebih bagus dan mahal.” ucap Riko antusias setelah Ana dan Kanaya bergabung dengan yang lainnya. Sedangkan Kanaya hanya diam tidak menjawab.

Baru saja mereka bergabung Riko sudah membahas soal harta warisan istrinya itu.

“Iya Kanaya, ibu juga mau beli perhiasan yang ada di toko itu, ya. Ibu juga malu setiap arisan cuma pakai perhiasan imitasi, ibu juga mau membeli tas, masa tas ibu cuma itu itu saja lagi. Sekali kali ibu juga ingin terlihat wah di depan teman teman ibu.” Ucap ibu mertua Kanaya yang sangat senang dan antusias.

Ibu mertuanya sudah membayangkan tas, dan perhiasan yang akan dimilikinya nanti. Membayangkan temannya yang takjub melihat tas mewahnya serta mas asli yang akan dia pakai nanti.

“Oh ya mama sampai lupa Ria katanya mau motor baru.” ucap Jihan enteng.

Sinta adalah anak bungsu Jihan yang saat ini tidak tinggal bersamanya karena beberapa hari yang lalu izin pergi jalan-jalan bersama temannya merayakan kelulusannya itu. Ria baru saja menyelesaikan kuliahnya.

“Sisi juga, tante. Sisi cuma mau minta motor sama ponsel aja tante. Ga mahal kok harganya tante.” ucap Sisi keponakan Kanaya yang tanpa malu juga ikut-ikutan meminta banyak hal.

Sementara putri Kanaya hanya diam saja mendengarkan mereka bicara. Ana tidak meminta apapun kepada mamanya itu, padahal dia lebih berhak meminta apapun kepada mamanya di bandingkan yang lainnya. Tapi malah yang lainnya yang heboh dan sudah memikirkan banyak hal yang akan mereka beli dari warisan orang tua Kanaya. Mereka seakan-akan mengira bahwa Kanaya mendapatkan harta warisan milyaran padahal Kanaya belum tau pasti berapa yang dia dapat.

Kanaya sedari tadi hanya diam saja mendengarkan permintaan mereka membuat kanaya pusing mendengarkan. Belum apa-apa saja, mereka sudah minta ini itu.

Tadi pagi ibu Kanaya menghubunginya, katanya beliau akan menjual kebun dan beberapa hektar sawah yang ibu Kanaya miliki. Menurut ibunya usianya sudah tidak lagi muda, dan tentu akan kesusahan jika mengurus semuanya sendiri. Sementara ketiga anak Arumi memilih bekerja di kota di bandingkan mengurus kebun dan sawah.

Arumi memiliki dua rumah di desa dan di kota, dua rumah itu sering mereka tinggali. Orang tua Kanaya memiliki kebun dan beberapa hektar sawah yang mereka beli di desa. Mereka lebih banyak menghabiskan waktu di kota di bandingkan di desa. Karena mereka berasal dari kota bukan dari desa.

Mereka ke desa hanya pada saat liburan saja. Namun di desa ada juga rumah mereka. Karena dari sanalah awal keberhasilan keluarga Kanaya itu. Ayah Kanaya yang di pecat dari pekerjaannya dan sulit untuk mendapatkan kerja kembali, memutuskan untuk berkebun saja, dan mereka juga akan membeli kebun untuk mereka kelola.

Ayah Kanaya mendapatkan informasi dari temannya bahwa ada yang menjual kebun dan kebetulan saat itu ia memiliki uang untuk membeli kebun itu jadi ayah Kanaya memutuskan untuk membeli kebun saja sebagai ladang rezekinya. Semenjak saat itu ayahnya berhasil sehingga memiliki kebun dan beberapa hektar sawah.

Ibu Kanaya akan menjual itu semua lantas memberikan uangnya pada anak-anaknya. Ibu Kanaya hanya menyisakan rumah yang ada di kota dan restoran saja sebagai harta yang ia tinggalkan. Karena bagaimanapun rumah itu tempat segala kenangan ketika masih kecil dan almarhum ayahnya masih ada. Sedangkan restoran dikelola oleh kakaknya Anisa.

Walau bagaimana pun mereka juga butuh usaha. Mereka tidak mungkin hanya mengandalkan harta warisan. Pasti harta itu akan habis jika hanya di gunakan untuk keperluan mereka tanpa adanya mereka punya usaha atau membangun usaha.

restoran itu di kelola Anisa karena kakaknya sudah menjadi janda karena suaminya meninggal dunia, jadi ibu Kanaya meminta Anisa mengelola restoran untuk pemasukannya. Kanaya dan adiknya tidak mempermasalahkan hal itu.

Kanaya tidak memberitahukan seberapa luas kebun dan sawah milik keluarganya itu. Keluarga suaminya hanya tau bahwa orang tua Kanaya memiliki kebun dan sawah.

“Aku tidak janji, ya. Soalnya kan warisan itu bukan cuma aku saja yang dapat ada kakak dan adikku yang pastinya warisan itu tentu dibagi empat.” Jawab Kanaya seadanya.

“halah, Kanaya, Kanaya Kamu itu yang pintar dong, masa kamu kalah sama kakak kamu, lihat ibumu memberikan kakakmu mengelola restorannya kan. Sedangkan adikmu kalau seandainya adik kamu tidak dapat warisan juga tidak apa-apa. Dan bagian ibumu itu ya kamu minta saja sisakan saja sedikit untuk ibumu itu.” Ucap ibu mertua Kanaya enteng tidak merasa bersalah sama sekali.

Tidak memikirkan sama sekali akibat jika besannya itu tidak membagikan sama rata, ibu mertuanya tidak memikirkan akan ada masalah nantinya.

“Oma itu namanya tidak adil.” ucap Ana angkat bicara. Ana yang sedari tadi diam akhirnya bersuara. Rasanya Ana kesal dengan omanya yang bicara seenaknya saja tanpa pikir panjang.

“Heh, anak kecil kamu tidak usah ikut campur.” ucap Jihan memarahi cucunya itu.

Ana seketika terdiam setelah mendengar ucapan omanya itu, mertua Kanaya, kakak dan adik ipar Kanaya selalu saja bicara tanpa memperdulikan lawan bicaranya. Kanaya sebenarnya sudah lelah dan sakit hati karena ucapan mereka, terlebih lagi saat putrinya disalahkan dan dimarahi oleh mereka.

Pada saat Ana di marahi papanya itu hanya diam saja tidak membela anaknya sama sekali. Terkadang Kanaya merasa suaminya sama sekali tidak peduli dengan anaknya. Bahkan Kanaya merasa Riko tidak menganggap Ana ada.

Kanaya yang tidak nyaman tinggal bersama keluarga suaminya itu, sudah beberapa kali Kanaya berusaha membujuk Riko suaminya untuk pindah rumah, tapi dia selalu menolaknya karena alasan ibunya. Dia juga mengatakan ibunya tidak ingin terpisah dengan anak-anaknya. Itu lah sebabnya suami Kanaya dan kakak iparnya tetap tinggal di rumah mertua Kanaya.

Di satu sisi dia berbakti pada ibunya, tapi di sisi lain dia tidak peduli dengan perasaan istri dan juga putrinya.

Terpopuler

Comments

BAROKAH99 HeartNet🔰π¹¹™

BAROKAH99 HeartNet🔰π¹¹™

keluarga mertua yg ngak tahu malu

2024-07-03

0

piyo lika pelicia

piyo lika pelicia

Ucap Ana

2024-05-13

0

piyo lika pelicia

piyo lika pelicia

Ucap Kanaya

2024-05-13

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!