“Kanaya mana sih, udah hampir mangrib belum pulang juga” kesal Jesika yang sudah lapar.
Sedari tadi mereka menunggu Kanaya pulang karena makan yang di masak oleh Kanaya sudah di habiskan pada waktu makan siang. Mereka menunggu Kanaya pulang di ruang tamu, disana sudah ada Jihan, Riko, Sisi, Vino, Jesika dan Joy. Cukup lama mereka menunggu akhirnya Kanaya pulang bersama anaknya Ana.
“Darimana saja kamu? Kelayapan kamu sampai malam begini belum pulang” ucap Jihan marah ketika Kanaya dan Ana baru sampai rumah.
“Lagi banyak pengunjung di lestoran ma, jadi Kanaya lama pulangnya” ucap Kanaya memberi alasan.
“Siniin belanjaan aku” ucap Jesika dengan tatapan tajamnya sambil mengambil kantong yang berisi pesanannya tadi beserta makanan.
“Ayo kita makan, dan kalian berdua jangan ikut makan bersama kami, nanti bikin nafsu makan kami hilang lagi” ucap Jihan ketus.
Mereka pergi dari sana bahkan Riko tidak membela Kanaya dan Ana sama sekali, semakin hari kelakuan mereka semakin menjadi, bahkan sama sekali tidak menghargai dan menganggap mereka sebagai keluarga.
Kanaya yang tidak mau ribut memutuskan mengajak anaknya masuk ke kamar untuk bersih-bersih lagi pula mereka juga sudah makan tadi di rumah eyangnya Ana.
Di dalam kamar Kanaya teringat akan ucapan adiknya, rehan mengatakan bahwa riko sudah naik jabatan sebagai menejer satu tahun yang lalu, kanaya heran kenapa suaminya tidak memberitahunya sama sekali, Kanaya merasa dia tidak akan tinggal diam lagi. Sudah cukup selama ini Kanaya di bohongi dan di perlakukan seperti itu, Kanaya bertekat mulai hari ini Kanaya tidak akan mengurus keperluan rumah ini lagi.
Kanaya keluar kamar menuju kamar anaknya, malam ini Kanaya memutuskan untuk tidur dikamar anaknya, meskipun Ana binggung namun Ana lebih memilih tidak bertanya dan mengizinkan mamanya tidur di kamarnya itu.
Kanaya belum mengetahui bahwa suaminya naik jabatan, riko sangat hebat menutupi hal itu.
. . .
“Kanayaaa.... apa-apaan kamu jam segini belum ada masakan sama sekali terhidang di meja makan, menantu macam apa kamu ini” teriak Jihan yang menggelegar di dalam rumah.
Jihan yang ke meja makan ingin sarapan namun yang dilihatnya hanya meja kosong tanpa ada makanan sedikitpun seketika kesal dan marah terhadap Kanaya menantunya itu.
“Kenapa sih ma, masih pagi juga sudah teriak-teriak saja” ucap Riko sembari membenahi seragam kerjanya agar terlihat rapi.
“Dimana istri kamu?, lihat meja makan kosong, jam segini istri kamu belum juga menyiapkan sarapan untuk kita” jawab Jihan yang membuat Riko menoleh ke arah meja makan lalu melototkan matanya karena dia melihat tidak ada makanan sama sekali di meja makan.
Riko merasa aneh tidak biasanya Kanaya jam segini belum memasak biasanya jam segini makanan sudah terhidang di meja makan.
“Perasaan Kanaya sudah tidak ada dalam kamar” ucap Riko dalam hati. Riko pikir tadi malam istrinya sudah kembali ke kamar.
Malam tadi pada saat Riko masuk kamar, istrinya itu tidak ada di dalam kamar, riko berpikir istrinya pergi ke kamar anaknya itu dan akan kembali nanti, itu yang dipikirkan riko. Tanpa riko ketahui kanaya lebih memilih tidur bersama anaknya.
“Loh dia tadi sudah tidak ada di dalam kamar, aku kira dia sedang berkutat di dapur bikin sarapan untuk kita” ucap Riko binggung.
“Ck sudah numpang tidak tau diri lagi” ucap Jihan yang geram dengan tingkah laku Kanaya.
“Loh oma kok belum ada sarapan?, mana sudah hampir jam tujuh lagi, yang ada nanti aku bisa telat kalau begini caranya” tanya Sisi yang tiba-tiba saja datang ke dapur.
“Ini itu ulah tantemu, sudah tau semua orang ini butuh sarapan pagi malah belum masak sama sekali” jawab Jihan mendengar ucapan cucunya itu.
“Terus gimana dong?, masa iya aku pergi sekolah tanpa sarapan, yang ada aku bisa kelaparan dan tidak fokus belajarnya nanti” jawab Sisi kesal.
Meskipun sebenarnya sisi tidak pernah serius dalam belajar dan lebih banyak bolos di bandingkan masuk kelas, atau Sisi akan masuk kelas sebentar setelah itu dia izin dan kembali pada saat jam pelajaran akan habis.
Guru pernah memberikan surat pangilan untuk orang tua Sisi karena Sisi yang jarang masuk kelas. Meskipun sering di marahi orang tuanya karena kelakuannya itu namun Sisi tetap melakukan hal itu dan Sisi masih menjadi cucu, anak dan keponakan tersayang di rumah itu.
Beda halnya jika Ana yang melakukan itu sudah pasti Ana akan di marahi habis-habisan oleh oma, tante dan papanya.
“Ya mau tidak mau kamu suruh mama kamu yang masak sana. Atau tidak kamu makan saja di kantin sekolah” ucap omanya yang membuat Jesika yang baru sampai langsung melototkan matanya.
“Mama kan tau aku tidak bisa memasak, gimana sih mama, suruh Ria saja itu ma” ucap Jesika seadanya sembari mengandeng tangan anaknya Vino.
Ria baru saja pulang tadi malam. Sekitar jam satu malam tadi Ria terbangun karena mendengar ribut-ribut di luar kamarnya
“Lagi pula aku juga harus mengurus vino ini ma” lanjut Jesika dengan alasannya.
“Mana bisa aku masak mbak, selama aku kuliah saja aku beli makanan, mbak ngarang aja deh, udah sini biar Vino aku yang urus, mbak masak saja sana buat kita” ucap Ria yang tidak terima dengan ucapan kakanya itu.
“Oma terus gimana ini” ucap sisi dengan rengekan dan juga memelas.
“Sudah kalian makan di kantor dan sekolah saja. Dan kamu kamu Jesika, kamu masak buat kita, Ria bantu kakakmu itu dan Vino biar Joy saja yang menjaganya” ucap Jihan memberikan solusi.
Mau tidak mau akhirnya Riko pamit pergi ke kantor dengan perut kosong begitu juga Sisi. Sedangkan Ria dan Jesika berjalan malas menuju kompor. Jihan duduk di kursi dekat mej makan dan Joy bersama anaknya Vino pergi ke kamar.
“Ma ini bumbu dapur kosong semua, gimana bisa kita masak kalau begini ma?” ucap Jesika yang celingukan mencari bumbu masakan.
“Kamu cari saja disitu, Kanaya tidak mungkin tidak belanja untuk bumbu dapur” jawab Jihan seadanya memainkan ponselnya.
“Tapi benar ma memang tidak ada ma, kosong semua, tidak ada bahan makanan sama sekali ma” jawab Ria membenarkan ucapan kakaknya itu.
Mendengar jawaban ke dua anaknya itu akhirnya Jihan berjalan mendekati Ria dan juga Jesika dan benar ternyata tidak ada sama sekali bumbu dapur. Hal itu membuat Jihan semakin kesal.
“Benar-benar ya Kanaya, sudah miskin, numpang hidup di rumah orang, memang tidak tau diri Kanaya itu” geram Jihan
“Ya sudah Jesika kamu beli sarapan saja untuk kita, nanti jika Kanaya sudah pulang akan mama caci maki dia” ucap Jihan yang langsung di angguki oleh kedua anaknya itu.
Dalam hati mereka berdua senang karena tidak jadi masak dan berakhir membeli makanan saja.
Joy heran melihat Jesika yang masuk kamar. Perasaan Jesika di suruh mamanya untuk masak tapi kenapa dia sudah kembali ke kamar, Joy berfikir apakah makan sudah matang. Namun Joy malas untuk bertanya. Jesika sendiri yang menjelaskan semuanya kepada suaminya sambil menggerutu dengan ulah adik iparnya itu yng membuat kekacauan pagi ini. Joy akhirnya memberikan Vino kepada Jesika setelah mendengarkan penjelasan Jesika tentang bumbu dapur yang habis dan Jihan menyuruhnya membeli sarapan saja.
Joy akan bersiap-siap ke toko sembakonya itu. joy tidak seperti yang lainnya yang harus pergi pagi-pagi, Joy bisa datang ke tokonya kapan saja dia mau. Joy memiliki dua pekerja di tokonya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Sintia Dewi
kalian lebih gk tau diri, dasar keluarga toxic...knapa kanaya gk racunin aja itu 1 keluarga
2024-09-17
0
Sintia Dewi
cuihhh ada ya keluarga macam ni..udh kanaya km cerai aja sm tu laki anakmu jg gk dianggep..mending dia gk punya ayahlah, udh gk dianggep boro2 diksik nafkah/Sweat/
2024-09-17
0
Sintia Dewi
ciahhhhh lucu kali keluarga toxic ini/Sweat//Sweat//Sweat/
2024-09-17
0