Riko yang mendengar ucapan mamanya itu langsung setuju dengan mamanya, anak sama ibu sama-sama tidak memikirkan perasaan Kanaya.
“Kamu atur saja semuanya. Dapat sepuluh persen pun adik dan kakak kamu itu juga tidak akan menjadi masalah!. bukankah kamu sendiri yang mau pisah rumah sama ibu?. nanti kita beli rumah yang bagus, sekalian buat ibu. Jadi kita tidak tinggal di rumah ini lagi.” Timpal suami Kanaya, yang membuat aliran darahnya terasa mendidih.
Bisa-bisanya suami Kanaya berbicara seperti itu, walau bagaimana pun semua harus mendapatkan bagian sama rata agar adil. Ucapan anak dan ibunya sama saja memang tidak bisa dikontrol. Belum apa-apa saja mereka sudah mengatur Kanaya.
“Pa tidak bisa gitu dong, mama pasti juga ingin membeli sesuatu dengan uang itu” ucap Ana membela Kanaya di hadapan keluarga papanya.
Ana sudah jengah dengan sikap keluarga papanya yang semena-mena itu. Tanpa memikirkan perasaan mamanya sama sekali. Ana juga melihat mamanya yang sendu mungkin sakit hati mendengar ucapan omanya yang tidak di saring itu.
“Kamu tidak usah ikut campur Ana, kamu diam saja” ucap Riko membentak putrinya itu.
“Tapi pa, itu kan warisan mama, pa” ucap Ana masih berusaha membela mamanya.
“Kamu ini ya melawan orang tua saja bisanya, percuma saja kamu itu berhijab tapi kelakuan kamu seperti ini” ucap omanya memarahi cucunya itu.
Sungguh hati Kanaya perih mendengar ucapan ibu mertuanya terhadap putrinya itu. Bahkan suaminya hanya diam tidak membela anaknya atau mencegah mamanya menghina anaknya itu. namun beda halnya jika Ana berbuat salah atau menjawab ucapan oma, adik dan kakaknya pasti Riko akan langsung memarahi Ana habis-habisan. Bahkan Riko pernah menyebut Ana anak pembawa sial. Saat itu Kanaya sangat marah kepada suaminya saat mengatakan Ana anak pembawa sial.
“Nanti aku pikir-pikir lagi ya. Aku mau istirahat dulu” ucap Kanaya dan membawa putrinya ke kamarnya. kanaya tidak mau putrinya dimarahi lagi oleh mereka. Dan membuat anaknya sakit hati.
Kanaya hendak berdiri, namun ibu mertuanya mencegah Kanaya “piring tidak dicuci dulu, Kanaya? ini juga belum dibersihkan” ucap ibu mertua Kanaya.
Ibu mertuanya berdiri dan pergi ke kamarnya. Begitu juga suami dan keponakannya itu. Bahkan keponakannya tidak ada inisiatif untuk membantunya sama sekali.
Ada perasaan yang mengganjal dalam hati kanaya Bagaimana jika nanti Kanaya menuruti permintaan mereka. Apa mereka akan bersikap seperti ini atau akan baik terhadapnya dan juga putrinya itu.
Bahkan saat ini pada saat mereka mendengarkan Kanaya mendapat warisan saja mereka masih bersikap semena-mena seperti itu tidak ada sama sekali mereka bersikap baik padanya dan juga putrinya.
Kanaya merasa mereka akan tetap bersikap semaunya terhadap Kanaya dan juga putrinya. Mereka akan tetap mengatur, menyuruh Kanaya seperti pembantu di rumah mertuanya itu, Kanaya merasa Kanaya dan putrinya bukan bagian dari keluarga suaminya itu, melainkan orang asing yang menumpang hidup dengan keluarga Riko dan membayar sewa rumah ini dengan menjadi pembantu.
“Mama yang sabar ya ma, aku akan membantu mama” ucap Ana yang prihatin dengan mamanya itu.
Yang membuat Kanaya kuat dan bertahan di rumah itu adalah putrinya. Ana yang menguatkan Kanaya dan yang selalu membela Kanaya di rumah itu. Kanaya tidak mau anaknya tidak merasakan keluarga yang lengkap makannya Kanaya tetap bertahan dengan keluarga suaminya yang suka semena-mena dengan Ana dan Kanaya.
“Tidak usah nak, lebih baik kamu melanjutkan mengerjakan tugas kamu saja ya” ucap Kanaya melarang anaknya untuk tidak membantunya. lagi pula hanya sedikit saja lagi pekerjaan yang belum terselesaikan, tapi putrinya menolak dan tetap membantu Kanaya. Ana tidak tega melihat mamanya mengerjakan semuanya sendiri.
Gegas Ana membereskan bekas makan malam mereka. sedangkan Kanaya mencuci piring-piring yang kotor. Kanaya yang melihatnya menjadi terharu, putrinya tidak pernah membiarkan Kanaya itu mengerjakannya sendiri, pasti Ana akan membantu mamanya itu.
Sementara suami Kanaya, ibu mertua dan keponakannya sudah berada di kamarnya masing-masing. Tanpa mau membantuku sedikit saja. Namun bukan masalah bagi kanaya, ini sudah menjadi pekerjaan kanaya setiap harinya. Untungnya ada putrinya yang selalu membantu Kanaya di waktu luangnya.
Setelah selesai, Kanaya dan putrinya kembali ke kamar. Di sana Kanaya melihat Riko yang tengah senyum-senyum sendiri memandang layar handphonenya. Jujur hati Kanaya nyeri sebenarnya, ketika dengan Kanaya dan putrinya Riko jarang sekali menampakkan senyumannya yang seperti itu. Tapi dengan handphone miliknya, dia seolah sangat bahagia.
“Sayang, sini lihat deh” Panggil suaminya, sambil menepuk kasur di sampingnya setelah melihat istrinya masuk kamar.
Kanaya lantas menghampirinya “Kenapa mas ?” tanya Kanaya duduk di sebelah Riko.
“Sini lihat, teman aku di bekerja di dealer mobil. Dia bilang mobil itu bagus dan mas suka dengan mobilnya harganya cuma enam ratus juta saja sayang. Gimana bagus kan?, teman-teman mas pasti iri melihat mas memakai mobil ini” ucap Riko senang dengan menunjukkan handphonenya yang menampilkan gambar mobil.
Disana terlihat foto mobil yang sangat bagus. Kanaya tidak habis pikir dengan riko. Kenapa suaminya itu membeli mobil dengan mengandalkan harta warisan dari orang tua kanaya, bukan dengan hasil kerja kerasnya.
Bukan Kanaya ingin mengungkit tentang pemberian suaminya, tapi sejujurnya selama Kanaya menikah dengan Riko, Riko tidak pernah sekalipun memberikan Kanaya hadiah. Suaminya hanya memberikan hadiah untuk ibu dan keponakannya.
Bahkan anaknya sendiri juga jarang Riko memberikan hadiah, disaat putrinya ulang tahun pun Riko jarang memberikan hadiah, sekalipun Riko memberikan hadiah, hadiah itu pasti kecil dan murah, berbeda dengan keponakannya itu, di setiap keponakannya ulang tahun pasti Riko memberikan hadiah yang mahal dan bagus.
Bukannya Kanaya ingin membandingkan namun itu lah kenyataannya. Kanaya merasa kasihan dengan putrinya Yang selalu saja dibedakan. Putrinya seperti tidak dianggap sebagai bagian dari keluarga. Putrinya selalu saja dikucilkan dan di rendahkan bahkan ibu mertuanya sering memarahi Ana cucunya itu, Berbeda dengan Sisi yang selalu di manja dan di perhatikan oleh keluarga Riko.
Bahkan selama Kanaya tinggal bersama mertuanya itu, uang gaji Riko selalu diberikan kepada ibunya, sementara Kanaya hanya diberi satu juta lima ratus, itu pun Kanaya kelola kembali untuk kebutuhan setiap harinya, bahkan bayar listrik dan air juga mengunakan uang itu dan juga uang belanja putrinya.
Sering Kanaya mengeluh kepada Riko perihal masalah keuangan. Tapi apa yang Kanaya dapat ? Riko malah marah dan dengan lantangnya Riko berkata bahwa Kanaya adalah istri yang tidak bersyukur. Tak jarang ibu mertua Kanaya ikut campur masalah rumah tangga Kanaya.
Bahkan suaminya menyalahkan Ana karena gara-gara Ana yang ingin melanjutkan sekolah membuat keuangan mengalami masalah karena tambah beban bagi Riko karena harus membayar uang sekolah Ana. sungguh Riko tidak punya hati. Dengan teganya Riko memarahi Ana karena keinginan Ana yang ingin melanjutkan pendidikannya. Padahal Riko tidak membantu Kanaya membayar uang sekolah ana.
Kakak nya Anisa sudah tau masalah yang terjadi dengan adiknya itu beberapa bulan yang lalu. Kanaya memutuskan menceritakan masalahnya kepada kakaknya itu karena sudah tidak sanggup lagi menyimpan dan menahan semuanya sendiri, Kanaya juga berharap ada solusi dari kakaknya itu perihal rumah tangganya itu. bahkan saking geramnya Anisa, Nisa pernah menyuruh adiknya berpisah namun Kanaya tetap ingin mempertahankan rumah tangganya itu.
yang mengetahui semua itu hanya kakaknya Anisa sedangkan adiknya belum mengetahui sepenuhnya walaupun Kanaya tidak menceritakannya kepada Rehan namun dari yang Rehan lihat dari sikap keluarga kakaknya itu, Rehan merasa ada rahasia yang mereka sembunyikan dari kakaknya itu, secara diam-diam Rehan mencari tahu tentang keluarga kakaknya itu. Rehan hanya ingin memastikan semua baik-baik saja.
Kanaya selalu berharap keluarga suaminya bisa menerima Ana dan dirinya di keluarga itu dan memperlakukan mereka layaknya keluarga. Dan tidak lagi memarahi, menghina putrinya itu.
Ketika Ana di marahi, Putri Kanaya hanya bisa menangis, karena dimarahi bapak dan ibu mertuanya itu Mereka benar-benar tidak memikirkan perasaan Ana dan menyayangi Ana. Entah mereka anggap apa Ana di rumah itu.
“Ya bagus mas” ucap Kanaya setelah Riko menunjukkan gambar foto mobil itu kepada Kanya.
“Ingat ya semua uangnya harus kamu kasih ke aku” ucap Riko seakan-akan mengancam.
Kanaya hanya diam tidak menjawab. Kanaya lebih memilih membaringkan tubuhnya yang membuat Riko kesal karena Kanaya tidak menjawab.
“kanaya kamu dengar aku bicarakan?” tanya riko.
“sudah malam mas, lebih baik tidur, besok lagi kita bahas soal ini” ucap Kanaya memejamkan matanya.
Riko pun juga membaringkan tubuhnya. Mereka tidur saling memunggungi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Sintia Dewi
dihh laki2 mekondo aja msih km pertahankan naya naya...mau dpt warisan cerai aja lah, anak jg udh gede ini
2024-09-17
0
Dee Nur
semoga Authornya makin sukses
2024-06-25
1
Essy Kehi🦋
semoga uang itu gak di kasih ke suaminya
2024-04-29
0