Yang Tidak Terlupakan
"Nggak!" tegas Amo sambil melahap sosis.
"Gue mohon, Mo!" Rendi menyatukan telapak tangannya agar Amo mau membantu.
"Nggak, Ren! Lo boleh suka sama cewek lain, kecuali Nisa! Kalo lo mau nembak cewek lain, gue bantuin! Kalo Nisa, gue nggak mau!" tegas Amo lagi.
"Yah, masa gitu, Mo? Emangnya kenapa kalo sama Nisa? Gue suka sama dia!" rengek Rendi.
"Nggak! Pokoknya lo nggak boleh pacaran sama Nisa!" teriak Amo kesal.
"Terus gue pacaran sama siapa?!" bantah Rendi.
Amo menoleh pada pria itu. "Gue mau nanya nih. Kenapa tiba-tiba lo mau punya pacar? Kenapa lo tiba-tiba minta tolong ke gue buat bikin lo sama Nisa jadian?"
"Sebenarnya ...."
***
Sebelum Rendi mengirim pesan kepada Amo malam ini.
"Nggak bisa Ren! Lo udah ikut taruhan. Minggu depan batas waktunya. Lo harus siapin 5 juta. Karna lo bakalan kalah!" ucap Adit (Rival abadi Rendi di kampung).
Rendi sempat menyepakati taruhan untuk menentukan siapa yang terbaik di antara mereka. Adit menantangnya untuk memiliki pacar. Karena pria itu memang sering gonta-ganti wanita. Sementara Rendi berdalih bahwa ia tidak ingin berpacaran bukan karena dirinya tidak laku.
Rendi menyepakati tantangan tersebut. Dengan syarat, jika Rendi gagal maka ia harus membayar 5 juta rupiah kepada Adit. Namun, jika Rendi berhasil mendapatkan pacar, Adit yang akan memberinya uang sebesar 5 juta rupiah.
"Tapi kan itu dulu! Sebelum Ujian Nasional! Sekarang kita udah SMA, Dit!" bantah Rendi.
"Nggak bisa! Taruhan tetap taruhan! Kalo lo gagal, lo masih ingat kan konsekuensinya?" balas Adit.
Rendi terdiam sejenak. Memandang wajah Adit yang menjengkelkan. "Oke! Siapin 5 juta! Gue bisa pacarin siapa aja yang gue mau!" tegas Rendi di kala itu.
***
Rendi menceritakan itu semua kepada Amo. Dengan cepat Amo mengambil air mineral dan meraupkannya ke wajah Rendi.
"Woi woi! Mo! Gila lo! Basah baju gue!" pekik Rendi.
"Biar lo sadar!" bentak Amo. "Ngapain lo bilang kayak gitu ke Adit?! Sekarang lo mau gue bikin lo pacaran sama Nisa?!" omelnya.
"Bantuin lah, Moooo! Kalo gue nggak punya pacar sampai minggu depan, gue harus bayar 5 juta! Gue mesti dapat duit dari mana?! 5 juta kan banyaak! Bantuin dooong!" rengek Rendi sambil mengguncang tubuh Amo.
"Mending gue bantuin lo nyari duit 5 juta, dari pada bantuin lo nyari pacar. Suer!" umpat Amo.
"Kenapa?! Lo nggak mau liat gue punya pacar?! Lo takut gue ngebucin sampai lupain lo?!" balas Rendi.
Amo tertegun menatap pria itu. "Bukan itu, Bangke!" umpat amo lagi. "Bantuin lo nyari pacar lebih susah dari pada nyari duit! Mending gue bantuin lo nyari duit!" lanjutnya.
"Plis lah, Mo! Lo kan best friend gue nih! Masa nggak mau bantuin! Kalo gue dapet pacar, duit dari Adit, gue bagi dua deh! Lo 2 setengah juta. Gue 2 setengah juga! Gimana? Ya elah, Mo! Kapan lagi sih gue minta tolong ampe ngemis kayak gini!" oceh Rendi.
"Kapan lagi? Lo udah sering kayak gini, Anjir!" Amo mendorong Rendi menjauh darinya.
Rendi terkekeh. "Plis, Mo! Lo kan cewek! Nisa kan sering juga minta tolong sama lo! Nah nanti kalo Nisa minta tolong, lo bikin syarat dia harus jadi pacar gue, gimana?" tanya Rendi.
"Nenek lo minta tolong jadi pacar orang!" umpat Amo yang mulai kesal.
"Moooooo!" Rendi kembali merengek. Ia ingin terlihat menyedihkan, namun tak bisa. Rendi mengambil air mineral yang sempat digunakan Amo untuk meraup wajahnya. Lalu ia meneteskan air itu di kedua mata, agar terlihat seperti menangis. "Mooooo!! Gue nangis nih! Ingat, Mo! Air mata seorang laki-laki adalah kesedihan yang paling murni! Huaaaa—"
Amo menyuap sosis ke mulut Rendi yang hendak berteriak.
"Cari cewek lain! Jangan Nisa! Kalo Nisa, gue nggak mau bantuin!" ketus Amo.
"Tapi gue maunya Nisa!" balas Rendi.
"Tapi gue nggak mau bantuin kalo ceweknya Nisa!" tegas Amo.
"Kenapa sih?! Emangnya kenapa kalo gue maunya pacaran sama Nisa?! Lo punya dendam apa sama Nisa?!" omel Rendi.
"Nggak ada dendam! Gue nggak bisa bayangin aja. Nisa temen gue, lo temen gue. Terus lo berdua jadian? Kalo di kelas, gue jadi kambing congek gitu?!" Amo ikut mengomel.
"Tapi gue maunya Nisa, Mo!" rengek Rendi lagi.
"Nggak! Gue nggak mau! Cari cewek lain! Masih banyak cewek di bumi ini! Kalo pun cuma ada Nisa satu-satunya cewek di bumi, gue ke Mars! Gue cariin alien buat lo!" bentak Amo.
"Gitu amat lo sama gue, Mo!" Rendi mulai ngambek.
"Ya, gue bisa aja sih nyariin lo cewek. Gue bayarin mereka biar mau jadi cewek lo! Tapi, lo maunya Nisa!" Amo mulai terpancing emosi akan topik pembahasan mereka.
"Kan lo tau kalo gue suka sama Nisa! Ya sekalian gitu loh! Menangin taruhan, sekalian pacaran sama cewek yang gue suka!" bentak Rendi. "Ya udahlah kalo lo nggak mau bantu," lanjutnya.
Amo menoleh pada Rendi yang sudah lesu. Amo benar-benar kesal begitu mendengar Rendi mengatakan bahwa ia ingin berpacaran dengan Nisa.
"Lo dengerin gue ya, Ren. Nisa itu mantannya Alex," jelas Amo.
"Ya terus kenapa?! Gue nggak boleh pacaran sama mantannya Alex?!" omel Rendi.
"Selevel Alex aja diputusin dari Nisa, apa kabar elo! Bisa-bisa lo dibudakin dia!" balas Amo.
"Nggak kok! Nisa baik! Kalo gue pacaran sama lo, mungkin gue bakalan dibudakin!" balas Rendi.
Amo terdiam. Ia mendesahkan sebuah kekesalan. Namun gadis itu menahannya.
"Terserah lo aja! Kalo nantinya Nisa ngapa-ngapain lo, gue nggak ikut campur!" tegas Amo.
***
"Itu dia, Mo," ucap Rendi begitu Nisa baru memasuki kelas di pagi ini.
"Ya sabar!" omel Amo.
"Amooooo!" Rizki dan Akmal datang dengan sekuntum bunga mawar merah merekah.
Amo menoleh kesal pada dua pria itu. "Ambil piso, Ren!" tegas Amo.
"Hah?! Buat apaan?!" pekik Rendi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Tara
dasar playboy.. kalo uda jatuh cinta baru tau rasa😱😤😡
2023-12-24
0