"Baca apaan lo?!" Amar memasuki kamarnya dan merampas buku yang masih berbungkus plastik bening itu. "Sejak kapan lo suka baca novel? Novel romance pula. Eh! Friendzone? Lo beneran suka kan sama Rendi?!" pekik Amar.
"Emamg Friendzone artinya apaan?" tanya Amo.
"Friendzone itu artinya zona pertemanan. Jadi Friendzone itu kisah persahabatan dua insan cewek dan cowok. Tapi salah satu dari mereka jatuh cinta. Kalo diungkap, bisa bikin persahabatan ancur. Tapi kalo dipendam, namamya Friendzone!" jelas Amar.
Amo langsung mengambil buku itu dan merobek palstiknya.
"Kenapa? Lo beli buku tapi nggak ngerti, gimana sih?!" omel Amar.
"Gue beli ini karena Rizki, Nisa sama Rendi beli ini!" jelas Amo.
"Beli novel kok ikut-ikutan?" ejek Amar.
"Kenapa Nisa sama Rizki pilih buku ini? Kan temen cowok Nisa satu-satunya cuma Rendi. Kalo dia Friendzone, beradti dia suka sama Rendi?!" oceh Amo.
"Ya belum tentu juga, Bambang! Bisa aja dia cuma mau beli! Takut amat Rendi diambil orang," ejek Amar lagi.
Amo tak menghiraukan kalimat tersebut. Ia langsung membaca prolog dari buku itu.
"Oh iya, Mo! Semalam lo dijemput Rendi ya? Papa sama Mama ngomel ke gue, Biawak! Mama juga bilang kalo kita ketauan pacaran, kita bakalan berhenti sekolah!" ucap Amar dengan jengkel.
Amo menoleh padanya. "Gue kan nggak pacaran. Lo yang pacaran!" bantah Amo.
"Gue nggak pacaran! Gladis nolak gue!" tegas Amar.
"Tapi lo udah berusaha buat dapet pacar! Gue mah nggak pernah! Gue sama Rendi temenan dari SD! Dari dulu juga dia sering jemput gue naik sepeda! Kita main bareng, makam bareng! Kita nggak pernah kepikiran buat jadi pacar!" tegas Amo.
"Cowok sama cewek beda dong! Gue sama lo juga beda! Ya tanggal lahir kita emang sama! Tapi kita beda! Mungkin lo bisa pendam perasaan lo, tapi gue nggak bisa! Gue harus ungkapin apa yang gue rasa!" bantah Amar.
"Ya itu kan lo! Udah ah jangan ganggu gue! Gue mau baca!" ucap Amo mendorong Amar untuk pergi.
"Elaaaaaah! Baru nemu novel gini nih!" ejek Amar dan menuruti perintah Amo untuk keluar dari kamarnya.
***
Malam itu, Amo menangis tersedu-sedu. Ia mengambil air minum di dapur untuk menangkan diri. Gadis itu juga membuang ingusnya di wastafel cuci piring.
Aisyah dan Kaspian yang mendengar suara tangisan itu langsung keluar dari kamar dan bersiap untuk memarahi Amo.
"Heeegh! Heeegh!" Suara tangisan Amo sambil memegang buku novel. Lagi-lagi gadis itu hendak membuang ingus dan menaruh bukunya di atas meja makan.
"Amooo!!" teriak Aisyah berjalan ke dapur.
Suara itu mengejutkan Amar yang sedang asik main PS di kamar. Pria itu ikut berlari ke dapur.
"Kenapa lagi tuh?" gerutu Amar.
"Mama kan udah bilang sama kamu! Mama juga bilang sama Amar! Kalian nggak boleh pacaran-pacaran! Sekarang nangis-nangis kayak gini, berisik seisi rumah!" teriak Aisyah.
Amar berlindung di belakang ayahnya. "Kenapa nih?" tanyanya.
"Heeeeeegh!" Amo masih menangis.
"Bilang sama Mama! Siapa pacar kamu?! Yang sering ke sini itu?! Siapa namanya?! Bilang! Berani-beraninya ngajakin anak orang pacaran! Masih kecil itu fokus sekolah! Jangan pacaran-pacaran!" teriak Aisyah lagi.
"Heeeghh! Maaar!!" jerit Amo.
"Amar?!" pekik Aisyah.
Amar mendadak panik. "Kok gue? Gue nggak tau apa-apa, Mo!" bantahnya.
"Bilang! Siapa pacarnya Amo!" teriak Aisyah penuh amarah.
"Nggak tau, Ma! Suer! Amar nggak tau, Maaaaa!" jerit Amar yang mendapatkan sebuah pukulan di bokongnya.
"Mama kan udah bilang jangan pacaran-pacaran!" teriak Aisyah sambil terus memukul bokong Amar.
"Awww! Ampun, Maaaaa!! Aku nggak tau soal pacar Amo!" jerit Amo.
"Heeegh, ini pada kenapa sih? Pacar siapa? Aku nggak punya pacar!" teriak Amo sambil menangis.
"Terus kenapa kamu nangis-nangis kayak gini?" tanya Kaspian.
"Dengerin Amo dulu, Ma!" jerit Amar menahan tangan ibunya untuk tidak memukul lagi.
"Tadi aku baca novel ini! Ceritanya sedih! Sahabatnya nyimpen perasaan. Terus mereka berantem karena perasaannya masing-masing. Heeeeegh!" Amo kembali menangis.
Aisyah dan Kaspian saling menoleh.
"Amooooooo!!" teriak Amar penuh amarah. "Gue sampe dipukulin dari Mama cuma gegara novel lo?!" teriaknya lagi.
"Udah ah! Aku mau lanjut baca." Amo berlalu namun ia menghentikan langkahnya sejenak. "Oh iya, itu aer galon habis!" Ia kembali menuju kamar.
"Amooooooooooooooooo!!" teriak Amar semakin menjadi. Sedangkan yang punya nama malah acuh dan cuek saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments