2

Akmal yang mendengar kalimat tegas Amo tersebut mendadak panik. "Ki! Gue nggak mau mati, Ki!" ucapnya berlindung di belakang Rizki.

Rizki duduk di atas meja Amo. Ia menaruh bunga mawar itu di depan wajah Amo. "Jadi gimana? Lo mau nerima gue? Kalo lo nerima gue, gue bakal kasih semua yang lo mau. Tinggal bilang aja," ucap Rizki.

Nisa menatap penuh kecewa. Ia juga sudah tidak pernah mengobrol dengan Amo lagi setelah kejadian Rizki menyatakan cintanya hari itu.

Kalimat tersebut malah memunculkan satu ide di kepala Amo. Ia merangkul Rizki.

"Am ...." Nisa menahan kalimatnya. Ia tak ingin Amo menyakiti Rizki. Tapi, Nisa tak ingin berbicara dengan gadis itu.

"Gue mau ngomong bedua sama Rizki! Jangan ada yang ngikutin!" tunjuk Amo pada mereka semua.

Amo membawa Rizki ke belakang kelasnya.

"Gue mau lo bikin Nisa jadi pacarnya Rendi!" ucap Amo.

Rizki menoleh pada wajah gadis yang berdekatan dengan kepalanya tersebut. "Lepasin dulu! Leher gue sakit," ucap Rizki.

Amo melepaskan rangkulannya.

"Gimana caranya? Nisa ngejar-ngejar gue!" bantah Rizki.

"Justru itu! Gue nggak mau tau caranya gimana. Pokoknya lo harus bikin Nisa pacaran sama Rendi selama 2 minggu. Kalo mereka bisa pacaran, gue terina lo jadi cowok gue!" ucap Amo.

"Serius?!" pekik Rizki.

Amo langsung memukul lengan ketua OSIS di sekolahnya itu. "Jangan berisik! Ntar ketauan! Pokoknya lo bikin mereka jadian, tanpa Nisa tau kalo gue yang nyuruh lo!" tegas Amo.

"Tapi gimana caranya?" tanya Rizki.

"Gue nggak mau tau. Lo pikirin sendiri!" balas Amo.

"Cuma buat 2 minggu aja kan?" tanya Rizki lagi.

"Iya!" jawab Amo.

"Kita jadiannya 2 minggu juga?" Rizki memperbaiki dasi sekolahnya.

"Kalo Rendi sama Nisa putus, kita juga putus!" ucap Amo.

"Kok gitu, Mo?!" protes Rizki.

"Lo mau apa nggak? Kalo nggak, ya udah! Gue cari orang lain!" ketus Amo.

"Eh, iya iya! Gue mau! Tapi ...."

"Nggak udah pake tapi tapi lagi! Gue mau balik ke kelas! Lo jangan masuk ke kelas gue sebelum lo berhasil bikin Nisa sama Rendi jadian!" Amo menunjuk batang hidung Rizki dan kembali ke kelas.

Akmal, Rendi dan Nisa menatap pada gadis itu. Amo tersenyum dan duduk di tempatnya.

"Rizki mana?!" tanya Akmal.

"Mal! Balik ke kelas!" perintah Rizki di depan pintu dan berlalu. Akmal langsung mengikutinya.

"Lo abis ngapain si Rizki?!" tanya Rendi.

"Nggak gue apa-apain!" jawab Amo.

***

Sementara itu, yang terjadi di sepanjang koridor.

"Lo dipukulin dia, Ki?" tanya Akmal.

"Nggak!" jawab Rizki singkat.

"Terus? Lo diapain?!" tanya Akmal lagi.

"Amo mau jadi cewek gue kalo gue bisa bikin Nisa sama Rendi pacaran!" ucap Rizki.

"Hah?! Apa hubungannya sama lo?!" Akmal benar-benar tak mengerti akan apa yang ada di otak Amo.

"Gue nggak peduli hubungannya apa, yang penting lo bantuin gue mikir, gimana caranya supaya Nisa sama Rendi bisa jadian? Kan lo tau sendiri kalo Nisa suka sama gue!" jelas Rizki.

"Ooohhh! Itu mah gampang!" balas Akmal.

"Gampang gimana?" Rizki menghentikan langkahnya.

"Lo deketin aja si Nisa sampai dia klepek-klepek, sampai dia nyatain perasaannya duluan! Terus lo kasih syarat, kalo dia mau jadi pacar lo, dia harus pacaran dulu sama Rendi! Gampang kan?" ucap Akmal.

Rizki terdiam sejenak. Perlahan-lahan senyuman terukir di bibir pria itu. Ia memukul kepala Akmal sambil terkekeh.

"Siapa yang ngajarin lo selicik ini, Mal?! Lo emang sahabat gue yang terbaik! Ha ha!" Rizki terus memukuli kepala Akmal.

Yang dipukuli pun ikut terkekeh. "Semenjak temenan sama lo, otak gue yang suci jadi kotor dan jahat! Ha ha!" ucap Akmal.

"Bangkeee!" umpat Rizki.

***

Sepulang sekolah, Rizki dan Akmal mulai beraksi.

Seperti hari-hari kemarin, Nisa pulang terakhir karena ia tidak ingin berbicara dengan Amo. Rizki dan Akmal menghampirinya di dalam kelas sendirian. Nisa yang melihat kehadiran Rizki, mendadak salah tingkah.

"Halo, Nis," sapa Rizki duduk di kursi milik Amo dan memutar tubuh menghadap Nisa.

"Ha—halo, Kak." Nisa mencoba mengontrol napasnya. Ini kali pertama Rizki menyebut nama gadis itu.

"Kak Rizki mau nyari Amo? Amonya udah balik sama—"

"Nggak! Gue nyari lo!" ucap Rizki memotong kalimat Nisa.

"Aku?!" Nisa menunjuk dirinya sendiri. Sebegitu ia tak mempercayai yang terjadi saat ini.

"Aku-kamu," bisik Akmal di telinga Rizki. Mengejek gaya bicara Nisa sambil terkekeh.

Rizki langsung menepis tangan sobat karibnya tersebut.

"Katanya lo suka baca novel ya? Boleh temenin gue nyari novel nggak? Gue nggak tau toko buku di mana, soalnya," ucap Rizki.

"Novel? Kak Rizki suka baca novel juga?" Nisa balik bertanya.

"Ya, lumayan. Kan gue pinjem kartu perpusnya Amo buat minjem novel di perpus," balas Rizki.

"Ohh." Nisa mendadak manyun karena Rizki membahas Amo.

"Eh. Jadi lo mau nggak? Nemenin gue nyari novel. Kalo mau, ntar sekalian gue anter balik," ucap Rizki.

Nisa termangu di depan pria itu. Matanya membulat sempurna. Nisa mematung selama beberapa detik.

"Lah, kenapa nih anak?" tanya Akmal.

"Mau, Kak! Mau bangeeeet!" teriak Nisa bersemangat mengemasi buku-bukunya dan menyandang ransel.

Akmal dan Rizki saling menatap. Mereka melontarkan senyum kemenangan. Lalu mereka bersalaman, pertanda bahwa misi pertama telah berhasil dilaksanakan.

Saat di parkiran, mereka tak sengaja bertemu dengan Amo dan Rendi yang sedang bercanda.

"Lagian, Mo! Ngapain sih lo nggak mau bawa motor sendiri?! Gue mesti anter jemput lo tiap hari! Kan lo punya motor sendiri, Anjir?!" omel Rendi yang terdengar oleh mereka.

"Hemat bensin, Bro! Kita harus berhemat untuk masa depan yang cerah!" ucap Amo sambil berlagak seorang motivator.

"Elah elah!" Rizki meraup wajah Amo. "Lo hemat, bensin gue habis gegara anter jemput lo!" omelnya.

Tiba-tiba mereka berdiam diri karena melihat Rizki membonceng Nisa. Sementara Akmal dengan motor ninja hitamnya mengikuti di belakang.

"Itu Nisa kan, Mo?!" tanya Rendi sambil mengucek matanya berkali-kali. "Gue nggak salah liat kan?!"

Ngerencanain apaan tuh anak? (batin Amo).

"Mo! Itu Nisa?!" Rendi mulai panik.

"Iyaaa!!" teriak Amo kesal.

"Kok dia balik sama Rizki?! Yaaah! Rizki maunya sama siapa sih, Anjir! Lo dideketin, sekarang Nisa juga dideketin! Gimana caranya gue bisa deketin Nisa kalo Rizki udah deket sama dia?! Nisa kan suka sama Rizki! Gue jadi nggak bisa dong! Gimana, Mo?! Aaahh! Kalah taruhan deh gue sama Adit! Gue mesti dapat duit 5 juta dari mana?! Tadi pagi lo ngomong apaan sama Rizki?! Lo nyuruh dia ngedeketin Nisa ya?! Kok lo jahat sih sama gue, Mo?!" oceh Rendi.

"Lah kok gue?! Gue nggak ngomong apa-apa sama dia! Kok lo jadi nuduh gue?! Gue ramas nih mulut lo!" umpat Amo.

"Ya terus, kenapa Rizki ngedeketin Nisa?!" rengek Rendi hendak menangis.

"Ya belum tentu juga si Rizki ngedeketin Nisa! Bisa aja Nisa pura-pura lemah tak berdaya biar bisa dianterin balik dari Rizki! Nisa kan punya seribu cara buat bikin dia terlihat sempurna!" bantah Amo.

"Buru, Mo! Kita ikutin mereka, Mo!" Rendi kalang kabut menyalakan motornya. Amo menuruti perintah pria itu.

Atau Rizki mau ngerjain gue? Dia malah ngedeketin Nisa biar rencana gue gagal?! (Batin Amo).

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!