ERANGAN TAKDIR
Jika hati bisa berbicara, mungkin hatiku telah berkoar dengan kerasnya menyampaikan rasa yang singgah ini kepadamu langsung.
Jika tekad dan keinginanku yang kuat untuk memilikimu kuterusterangkan, maka bisakah aku memilikimu?
Apakah aku sudah menjadi seorang wanita yang baik dalam pandanganmu??
Apakah menurutmu aku pantas menjadi calon ibu dari anak-anakmu kelak???
"Astagfirullah, apa yang telah aku pikirkan ya Allah, ampunilah zina mata dan pikiran jorok hambamu ini," gumam Riani segera melepas pandangannya dari pria ganteng itu sambil menampar-nampar pipinya agar segera sadar.
"Ada apa riani?" tanya pria yang ditatap Riani sedari tadi tiba-tiba muncul dihadapan Riani dengan memasang senyum manis diwajahnya itu.
Melihat senyum pria itu membuat pipi Riani jadi merah merona dan detakan jantungnya bergerak cepat serta berbunyi keras membuat Riani mundur 3 langkah secara refleks dari pria itu agar bunyi jantungnya yang kencang itu tidak ketahuan.
"Apakah saya mengejutkanmu?" tanya pria itu dengan tatapan bersalah.
Riani mengelengkan kepalanya dengan cepat. "Tidak-tidak....kamu sama sekali tidak mengejutkan aku Ndi, aku tadi hanya bengong saja," jelas riani gelagapan pada pria yang bernama Andi itu.
"Kalau begitu maafkan saya yang mengangetkanmu tiba-tiba, Riani," tunduk Andi dan berpamitan pada Riani untuk memulai kembali kelasnya.
Riani secara tak sadar kembali menatap Andi dari belakang dengan tatapan kagum dan penuh cintanya.
"Hayooo looo, ketahuan nih menatap sang pujaan hati," ledek Kirana, seorang sahabat baik Riani sekaligus teman sekamarnya itu yang datang tiba tiba dari samping Riani.
"Aaa... apa sih," ujar riani gelagapan dengan wajah memerah nya.
"Ya udah ayo masuk kelas udah ditungguin kiai dari tadi tuh," ajak Kirana.
Riani mengangguk mengikuti langkah sahabatnya itu untuk memulai kelas pesantrennya.
***
Pelajaran materi pun selesai dan seluruh santri segera kembali ke asrama mereka masing masing kecuali sebagian dari santri laki-laki yang harus kekebun mengecek tanaman dan ke kandang membersihkan kotoran hewan yang menjadi patokan penghasilan dan konsumsi pesantren.
"Kok bengong gitu Ni?" tanya kirana sambil meletakkan Qur'an yang dipegangnya sedari tadi ke atas meja belajarnya.
Riani menggelengkan kepalanya dan kemudian bergegas ke kamar mandi untuk bersih bersih diikuti oleh Kirana yang juga mau mandi.
***
Riani mengambil buku diary-nya yang motif polos bewarna hijau itu beserta sebuah pulpen bertinta hijau favorit Riani kemudian membuka gembok kecil buku diary-nya dan kembali membalik helaian buku itu menorehkan tinta penanya ke atas kertas.
17 November
Kali ini aku kembali berbicara dengannya
walau hanya dengan beberapa kalimat saja namun aku bahagia bisa berjumpa kembali dengannya.
Entah apa yang telah membuat cintaku begitu besar pada dirinya apakah karna ketampananya? Kebaikan hatinya? Kepintarannya? Atau ibadahnya? Yang pasti aku bahagia dan jiwaku sejuk saat mendengar suaranyanya hatiku tenang saat berjumpa dengannya dan setiap waktu aku selalu memikirnya tak lupa aku mendoakannya seusai shalatku.
Kalau aku boleh berharap maka tolong jadikan dia selalu dekat dan selalu disisiku ya Allah, jadikan dia orang yang selalu kuliat setiap hariku....... Aamiin.
Rasaku yang akan selalu mencintaimu.
---RIANI PUTRI---
Riani kembali menutup dan mengembok lembaran diary yang ditulis nya kemudian memeluk diary itu.
Kret....
Pintu kamar asrama dibuka oleh Kirana yang tampak sibuk mengaduk telur dalam sebuah mangkuk, "Ni tolongin mbak Ayu masak makan malam gih!" seru kirana sambil terus fokus mengaduk telurnya dan segera berjalan kembali ke dapur.
"Oh iya, sekarang jadwalku ya untuk bantu masak," guman Riani sambil segera bergegas ke dapur.
***
Makan malampun berlalu secepat kilat oleh santriwati asrama kemudian mereka segera membereskan alat alat makan dan kembali ke kamar masing masing untuk bersiap siap ke masjid melakukan shalat isya berjamaah.
Allahu Akbar Allahu Akbar.....
Suara adzan yang menyentuh hati itu terdengar telah dikumandangan dengan merdunya.
"Ayo ni!" sahut Kirana yang telah memakai mukenah berwarna putih bersihnya itu.
"Ayo!" jawab Riani membuka pintu kamar dan kembali menutupnya setelah Kirana keluar.
Mereka menunaikan panggilan Allah itu dengan segera dan setelah selesai berdoa mereka keluar teratur dari masjid.
"Assalamu'alaikum," salam andi.
"Eh wa... wa'alaikumsalam Ndi, ada apa?" tanya Riani gelagapan.
Kirana yang baru keluar memakai sendalnya segera, "Ah ada Andi" sapanya diangguki oleh andi.
"Gak ada apa apa kok, saya cuman ingin menyapa saja, bukankah baik jika kita saling menjalin tali silaturahmi bersama orang lain dan juga waktu kita untuk bertemu di pesantren ini hanya 1 bulan lagi," nyata Andi sambil melebarkan senyum di wajah ganteng, kinclong, glowing, putih dan bersihnya itu.
"Ii... iya," jawab riani.
"Hati-hati sama senyum kamu loh Ndi," sahut Kirana.
"Eh kenapa dengan senyum saya Kirana?" tanya Andi tampak bingung.
"Senyum kamu tuh mematikan loh," ledek Kirana.
"Kok gitu?" tanya andi cemas.
"Hahahah, maksudnya mematikan hati wanita," tawa Kirana.
"Ah saya pikir apa. Senyum itu berkah Kirana, jadi saya harus banyak banyak senyum biar pahala saya banyak juga dan mengalir terus hahaha," tawa andi yang membuat wajah Riani makin memerah.
Melihat wajah Riani yang tampak memerah membuat Kirana langsung peka dan berpamitan segera ke andi kembali ke asrama bersama riani.
"Ya udah Ndi, aku dan Riani balik ke asrama dulu ya!" pamit kirana sambil melambaikan tangannya.
"Oke, hati-hati," sahut andi yang diangguki oleh riani dan kirana.
"Ucapan bisa bohong tapi hati gak bisa loh Ni," ledek kirana.
"A... apa sih!" bentak Riani malu dengan wajah yang masih memerah.
***
1 bulan kemudian
Pagi hari di pesantren An-Nur kota Binaraga menggelar acara kelulusan santriwan santriwatinya dengan syukuran dan acara sederhana, sebagian santri ada yang tetap dipensantren menjadi guru dan pengelolaan perkebunan dan peternakan dan ada yang melanjutkan sekolahnya ke university jurusan agama dan dakwah, serta ada yang kembali ke kampung halamannya untuk melanjutkan bisnis orang tua dan menikah muda.
"Assalamu'alaikum," salam Andi dan Abra teman sekamar andi.
"Wa'alaikumsalam," jawab Riani dan Kirana sambil memasukkan barang barang ke mobil yang mereka sewa.
"Mau langsung pulang?" tanya Abra.
"Iya udah ditunggu sama keluarga," jawab kirana yang diangguki oleh Riani.
"Kirana..." panggil Abra.
"Ya, ada apa Abra?" tanya Kirana.
"Bisa bicara di sana sebentar?" tanya Abra sambil menunjuk pondok diseberang taman.
Kirana mengangguk mengiyakan.
Sedangkan Riani dan Andi masih berdiri di belakang mobil memperhatikan apa yang akan dilakukan dua insan itu.
"Langsung berangkat Mbak?" tanya sopir yang punya mobil sewa itu.
"Eh, bisa tunggu sebentar Pak?" tanya Riani.
"Owh bisa Mbak, saya tunggu di dalam aja ya Mbak," pamit supir itu tak mau menganggu mereka.
Riani mengangguk mengiyakan.
"Kira-kira Abra mau ngomongin apa ya Ndi?" tanya Riani angkat bicara memecah keheningan antara mereka berdua.
"Abra mau ngelamar Kirana," jawab Andi.
"Masya Allah, beneran?!" kaget Riani.
"Iya," angguk Andi.
"Kok bisa?!" kaget Riani.
"Cinta gak bisa ditebak," jawab Andi singkat.
"By the way, kamu ada wanita yang disukai juga Ndi?" tanya Riani terang-terangan.
Andi menatap lama ke arah Riani dan menyunggingkan bibirnya tersenyum tipis, sangat menawan, membuat wajah Riani kembali memerah, malu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
Pipit Sopiah
hai Thor aku mampir nih
2021-01-11
1
L i a Z i e n t a 💕
haaii kak..
aq mampir nc.. 😀
2020-10-24
1
Dhina ♑
keren thor,,cerita pondokan
2020-09-01
1