4

Sudah dua bulan berlalu Fira tinggal di pesantren, dirinya sudah terbiasa dengan tugas juga peraturan yang ada di pondok ini. Ia mengikuti semua kegiatan pondok dengan baik hanya saja jika bangun pagi yang ia susah, sering kali ustazah yang mengawas memergokinya masih tidur saat santriwati lain sudah pergi ke mesjid. Dari dulu ia memang susah bangun pagi, jika subuh mama nya harus teriak-teriak membangunkannya. Ditambah lagi saat di pesantren ia susah tidur, saat sudah larut barulah ia tertidur dan itu membuatnya sangat mengantuk.

"Astaghfirullah Safira. Ayo bangun fir, anti harus segera ke mesjid." Ustazah Ningsih membangunkan.

"Emm... ustazah sebentar lagi yah, aku ngantuk banget." Jawab Fira namun dengan mata yang masih terpejam.

"Tidak ada nanti-nanti Fira, anti cepat bangun jika tidak ustazah akan siram anti."

Dengan cepat Fira bangun saat mendengar ustazah akan menyiramnya. Ustazah Ningsih tidak pernah bermain dengan ucapannya, jika ia bilang akan siram pasti akan disiram beneran. Ia pernah sekali disiram ustazah Ningsih karena seperti biasa ia susah bangun dan akhirnya ia disiram dengan se_gayung air, dan itu menambah pekerjaannya harus menjemur tilam alas tidurnya.

"Iya-iya ustazah, aku bangun. Galak amat sih jadi cewek nanti gak laku lho ustazah." Fira berdiri sempoyongan karena masih mengantuk.

"Hey, saya sudah menikah ya!" jelas ustazah Ningsih.

"Ntar suami ustazah bosan jika ustazah galak plus cerewet terus, mau ustazah ditinggal suami karena bosan?" Sambung Fira sambil mengucek matanya.

"Astaghfirullah hal aziim... Fira, anti mendoakan saya berpisah dengan suami saya?" Ustazah Ningsih mengelus dadanya bersabar.

"Tau ah, aku pergi dulu assalamualaikum." Safira langsung pergi menuju mesjid menyusul santriwati lain.

"Waalaikumsalam, Fira... Fira." ustazah Ningsih menggeleng dengan tingkah Safira, sudah beberapa bulan dia masih belum bisa berubah jika bangun subuh. Padahal untuk hal lain ia sudah sangat baik jauh dari saat ia baru masuk pondok ini.

Seperti biasa Safira akan berangkat pagi ke sekolahnya. Ia berdiri di halte yang tidak begitu jauh dari ponpes.

Tin... tin...

Klakson motor membuat Safira menoleh ternyata sahabatnya sila.

"Ayok" Sila memberikan helm pada Fira.

"Tumben cepat" Fira melihat jam dipergelangan tangannya, untuk hari ini sila lumayan pagi datang menjemputnya."Kita kan tuk ujian dodol, masa iya gue datang siang. Gak dapat kunci jawaban dong gue."

"Uh... dasar lo, gunain otak lo, jangan cuma nyontek." Fira memukul pelan lengan sila sembari naik ke atas motor. Hari ini mereka ujian untuk kenaikan kenaikan kelas, sebentar lagi mereka akan naik ke kelas tiga.

Sila melajukan motornya dengan kecepatan sedang hingga kini mereka sudah sampai di sekolah.

"Lama banget kalian" ucap Tomi saat Fira dan sila memasuki kelas.

"Nih sila naik motor kayak siput, gue yang bawa gak mau.", tunjuk Fira pada sila.

"Eh, gue hanya jaga keselamatan, gak mau ngebut-ngebut, jika terjadi sesuatu gimana mau ujian coba." Jawab sila protes.

Batu saja mereka sampai bel pun berbunyi, semua siswa dan siswi berhambur masuk ke kelas masing-masing dan guru untuk memberi soal serta mengawasi mereka sudah masuk.

"Jangan lupa kasih jawaban ke gue yah." Tomi mengingatkan, selama ini hanya Safira yang mereka andalkan untuk jawaban soal-soal jika ujian berlangsung. Bukan karena mereka bodoh, hanya saja mereka yang tidak mau usaha juga belajar. Padahal jika dilihat mereka cukup cerdas.

"Enak aja, kerjain sendiri." Safira kembali duduk di bangku nya.

"Semua buku serta tas nya taruh ke depan, di meja hanya boleh kertas ujian tidak yang lain." ucap sang guru. Mereka semua pun meletakkan tas mereka didepan kelas tepatnya dekat meja guru.

Ujian pun berlangsung, hening tidak ada suara sedikitpun dikelas, semuanya sibuk dengan sebuah kertas yang ada dihadapan mereka. Waktu sudah berjalan beberapa menit, Safira dengan santai menjawab soal-soal ujian tanpa menoleh kesana kemari. Beda hal nya dengan Tomi dan sila yang sibuk meminta jawaban.

"Fir, bagi dong cepetan" ucapnya dengan suara pelan. Namun Fira cuek seperti tidak mendengar apa-apa. Tomi melihat ke arah sila, sila yang juga menunggu jawaban dari Fira hanya mengangkat bahu.

"Waktu tinggal lima belas menit lagi" Guru mengingatkan. Tomi dan sila semakin ketar ketir karena mereka belum menyelesaikannya, Masih mending sila yang sudah mengerjakan beberapa soal, sedangkan Tomi kertasnya masih bersih belum ada jawaban sedikitpun.

"Fir"

"Fira"

Tomi dan sila memanggil namun Fira masih cuek,

"Astaga ni anak." gerutu Tomi.

"Buk, saya sudah siap." Ucap Safira yang membuat semua siswa dan siswi melihatnya.

"Kumpulkan dan kamu boleh keluar." Jawab Bu guru.

Safira mengumpulkan kertas ujiannya ke depan dan itu membuat sila dan Tomi melongo, mereka gak nyangka ternyata Fira benar tega.

"Mampus lah gue" jerit Tomi dalam hati. Begitupun sila. Kemudian seseorang memberikan kertas pada Tomi dan sila, mereka mendongak ternyata Fira, seketika senyum mereka merekah.

"Gue duluan, gue tunggu diluar", Safira langsung pergi keluar kelas.

Tomi dan sila melihat kertas yang berisikan jawaban, dengan cepat mereka menyalin semua, dan akhirnya lembar jawaban mereka sudah terisi semua tepat bel berbunyi.

"Kumpulkan semuanya, siap atau tidaknya lembar jawaban kalian kumpulkan sekarang." ucap guru tegas.

"Alhamdulillah untung sudah siap" Tomi bersyukur lega.

"Bisa juga lo bersyukur", ujar sila meledek.

"Bisa lah"

Mereka pun keluar kelas dan menemui Fira di kantin. "Lo buat jantung gue hampir copot tau gak fir." Ujar tomi sambil duduk.

"Makanya Lo pada belajar, jangan cuma ngandalin gue, sampai kapan begitu?"

"Sampai selesai sekolah lah" Jawab Tomi santai dan langsung dapat tinjuan kecil dari Fira.

"Lo gak ada anggun nya sama sekali, main tonjok aja." gerutu Tomi dan Fira hanya tertawa. "Seperti apa sih suami nya kelak." sambungnya.

"Yang pasti tidak seperti Lo lah." Timpal sila.

"Emang kenapa seperti gue? tampan iya, tajir juga iya, apalagi?"

"Lo itu dodol kutu." Jawab sila tertawa.

Fira pun tertawa terbahak mendengar ocehan dua sahabatnya itu. "Gue doain kalian dua jodoh, aamiin." Fira menengadahkan tangannya berdoa.

"Gak mau", jawab mereka kompak dan itu tambah membuat Fira tertawa terbahak.

.

.

Bersambung.

Terpopuler

Comments

Ani Ani

Ani Ani

mian2 aja meraka

2024-05-19

2

❤️⃟WᵃfRahma

❤️⃟WᵃfRahma

Tidak mau nolak maksud nya kaaan🤣🤣🤣

2024-03-02

8

❤️⃟WᵃfRahma

❤️⃟WᵃfRahma

aku pun setuju sama Fira, Aamiin🤲🤲

2024-03-02

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!