[Keesokan Harinya]
Diana berdiri dengan perasaan tak tenang di lapangan basket yang sedang sepi,gadis cantik berambut blonde itu tengah menunggu seseorang.
Sejak tadi dirinya tak bisa tenang,setelah mendengar vonis Dokter kemarin,itu membuatnya sungguh cemas.
Diana tak tahu apa yang harus dilakukan sekarang,dia tengah hamil,tentu saja tanpa menikah, bagaimana jika orangtuanya tahu?
"Lu ngapain ngajak gue ketemuan disini?" tiba-tiba suara itu mengejutkan Diana.
"Sini" Diana menarik tangan Gaga,membawanya ke tempat yang sepi.
"Ada apa sih Di? kalo mau ngomong ya di kelas aja kan bisa" tanya Gaga tak mengerti,mengapa harus berbicara di tempat sesepi itu.
"Gue pengen ngomong penting sama lu Ga,makanya gue ajak lu ketemuan disini" ucap Diana.
"Penting apaan?" tanya Rangga lagi.
Diana melirik kesana-kemari,memastikan situasi aman.
"Gue hamil Ga" ucap Diana,sambil memberikan alat tes kehamilan bergaris dua pada Gaga.
Mata Gaga membulat.
"Lu serius? gak mungkin lah,kita cuma sekali ngelakuin itu!" Gaga menolak percaya jika Diana hamil.
Seingatnya,mereka hanya melakukan satu kali,itupun saat keduanya tengah berada dalam pengaruh minuman k*ras.
"Kenapa gak mungkin? buktinya gue hamil!" tanya Diana.
"Bisa aja itu bukan anak gue,lu kan sering jalan sama cowok,bisa jadi itu anak cowok lain!" Gaga tak percaya itu anaknya.
'plakkk' telapak tangan Diana mendarat keras di pipi kiri Gaga.
"Jadi,lu pikir gue sering tidur sama cowok lain?! lu pikir gue cewek apaan?! jelas-jelas waktu itu lu yang pertama ambil keperawanan gue,kenapa lu malah nuduh gue kayak gitu?!" Diana tak terima dituduh sebagai perempuan yang bisa tidur dengan siapa saja.
Air mata Diana luruh membasahi pipinya, Gaga tega menuduhnya sehina itu.
Rangga terdiam,hanya tangannya yang mengusap pipi yang memerah.
"Masalahnya,gue gak inget apapun Di,gue gak tau apa emang kita melakukannya atau nggak,gue beneran gak sadar akibat pengaruh minuman itu!" Gaga selalu berusaha mengingat,tetapi tetap tak ingat.
"Gue juga gak ingat apapun,tapi hari itu keperawanan gue hilang Ga,dan cuma lu yang tidur sama gue.Gak mungkin orang lain yang ngelakuin,kalo bukan lu!" Diana menangis.
Gaga terdiam,memang saat itu mereka bangun di kamar yang sama,di atas kasur dan selimut yang sama,tanpa pakaian pula.Bagaimana pun juga,pasti sesuatu telah terjadi pada mereka.
"Udahlah... cuma itu yang mau gue bilang,gue gak mau debat,gue cuma mau ngasih tau itu aja" Diana berlalu dari hadapan Gaga,tak mengatakan apapun lagi setelahnya.
Diana tak meminta Gaga bertanggung jawab atau semacamnya,hanya itu yang di katakan.
Gaga tertegun,merasa bersalah telah mengatakan hal sbeuruk itu pada Diana.
*****
Sepulang sekolah, Diana berjalan sendirian ke arah parkiran, langkahnya lebih gontai dari kemarin,gairah hidupnya seakan redup.
"Diana!" Angel memanggil.
Diana menoleh.
Angel berlari ke arahnya dengan senyum merekah.
"Lu kok murung terus? memangnya Dokter bilang apa kemarin?" tanya Angel.
"Nggak kok,gue cuma masuk angin" jawab Diana berbohong.
Diana tak berani jujur kepada Angel,meski Angel adalah sahabatnya,tetapi Diana tetap tak berani untuk jujur.
"Lah,kalo cuma masuk angin,kenapa lu masih aja murung?" tanya Angel lagi.
"Gak bersemangat aja Ngel,gue balik duluan ya" Diana mencoba untuk tersenyum.
Gadis dengan tinggi 160cm itu masuk ke dalam mobilnya,dimana sang sopir telah menunggu.
Angel hanya menatap mobil Diana keluar dari halaman sekolah, Angel masih heran dengan sikap Diana belakangan ini,sahabatnya lebih banyak diam,tak seceria biasa.
Dari pintu masuk gedung sekolah, Gaga juga memperhatikan bagaimana mobil Diana pergi.
Gaga tadinya ingin berbicara lebih banyak dengan Diana,tetapi tadia dia sudah menyakiti hati Diana,tentu saja Gaga tahu Diana akan marah padanya.
Gaga mengendarai motornya untuk pulang,hari ini Mamanya baru kembali dari Solo,setelah pergi selama 5 hari,untuk urusan bisnis.
Anggara Putra Soebono,18 tahun
Siswa kelas 3 SMA teman Diana.
Anak bungsu dari dua bersaudara.
Gaga,biasa dia dipanggil,putra dari seorang pengusaha batu bara bernama Hasan Basri Soebono dari pernikahannya dengan seorang wanita Nining Soebono.
Gaga memiliki seorang Kakak laki-laki bernama Devano Putra Soebono,29 tahun.
Seorang pria kantoran,yang menjabat sebagai CEO di perusahaan Ayahnya.
Devan sendiri masih melajang,belum memikirkan rencana untuk menikah di usianya yang sudah cukup matang.
Gaga dan Devan memiliki kepribadian dan sifay yang berbeda,mereka juga memiliki wajah yang tak identik sama, seperti bukan adik Kakak.
Devan lebih mirip dengan Ayahnya,baik dari rupa ataupun sifat, sementara Gaga lebih mirip pada Ibunya.
Devan memiliki kepribadian yang tertutup,sedikit bicara dan terkesan dingin.
Sementara Gaga lebih supel,sering bercanda dan juga hangat kepada siapa saja.
*****
[Rumah Keluarga Riddick]
Diana mengurung dirinya sejak kembali dari sekolah,dia bahkan belum mengganti seragam sekolanya.
Diana melipat kedua kaki dan memeluk lututnya,air mata terus menerus luruh membasahi pipinya.
Orangtua Diana kini ada di rumah,tetapi Diana tak bergabung bersama mereka,biasnya Diana akan sangat gembira jika berkumpul dengan mereka.
Tapi kali ini tidak, Diana menghindari mereka dan tak mau berbicara dengan mereka lebih lama, Diana merasa bersalah.
'tok tok tok' pintu kamar Diana di ketuk dari luar.
"Di,kamu lagi apa? makan siang dulu Nak!" Mamanya Diana memanggil,memintanya untuk makan siang.
Diana tak menyahut,malah semakin menenggelamkan wajahnya di antara dua lutut.
"Diana,kamu kenapa sih? kamu sejak kami pulang cuek terus,kamu marah sama Mama Papa gara-gara kita pulang telat?" Mamanya Diana kembali bertanya sambil megetuk pintu.
Diana tak menyahut juga,malah air matanya bertambah deras saja, Diana sangat takut dengan kedua orangtuanya.
Saat tengah menangis seperti itu, Diana merasakan perutnya mual kembali.
"Hufffttpph....hmmmpphh!" Diana berlari ke kamar mandi yang terletak di dalam kamarnya.
"Diana,kamu kenapa?!" Mamanya Diana mendengar sang putri mual-mual seperti itu menjadi panik.
Mamanya Diana berlari ke arah suaminya yang tengah berada di kamar, memberitahukan jika anak mereka mual-mual di kamarnya.
Dengan cepat Tuan Riddick berlari ke arah kamar putrnya itu.
""Hoekk.... hoekkk... hoekkk...!" Diana terus menerus ingin memuntahkan sesuatu dari mulutnya,tetapi tak mengeluarkan apapun.
Diluar kamarnya ,sang Papa menggedor-gedor pintu kamar dengan keras,sambil terus berteriak meminta Diana membukakan pintu.
"Pah,dobrak saja Pah!" pinta istrinya.
Tuan Riddick mendobrak pintu kamar anaknya dengan tubuh tinggi besarnya,hanya beberapa dobrakan saja,pintu kamar Diana terbuka.
Mamanya Diana dan Tuan Riddick langsung masuk ke kamar mandi,dimana Diana berada.
"Ya Tuhan,apa yang terjadi padamu Nak?!" Mamanya yang panik langsung menghampiri sang putri dan mengurut tengkuknya.
"Hoekkk... hoekkk... hoekkk" Diana terus seperti itu,rasa mualnya semakin parah.
"Diana,ada apa? kenapa kamu mual-mual seperti itu?!" tanya Tuan Riddick lantang.
Diana menggelengkan kepalanya,tak mau jujur.
"Pah, jangan-jangan Diana..." mamanya sudah bisa menebak apa yang terjadi dengan putrinya.
"Diana apa?!" tanya suaminya tegas.
"Hamil" jawab istrinya pelan,takut membuat suaminya murka.
"Hamil?! bagaimana bisa? Diana belum menikah!" Tuan Riddick langsung murka mendengar kata 'hamil',meskipun belum tahu benar apa tidak.
Tuan Riddick membalikkan tubuh Diana agar menghadap padanya dengan kasar.
"Katakan,apa yang Mama kamu bilang itu benar? heh?!" Tuan Riddick melotot,kedua tangannya mencengkeram dua bahu Diana.
Diana ketakutan,tangisannya semakin kencang.
"Jawab Diana!!!" bentak Tuan Riddick,dengan mengguncang tubuh Diana.
"Pah,jangan terlalu kasar,kasihan Diana" Mamanya Diana tak suka suaminya terlalu kasar pada Diana.
"Diam! biarkan Papa melakukan apa yang harus Papa lakukan!" Tuan Riddick membentak istrinya,tak suka dicampuri.
Mamanya Diana tak melawan,suaminya memang sangat menakutkan jika marah.
"Jawab Papa, Diana!!" Tuan Riddick memaksa Diana untuk menjawab pertanyaannya.
Diana tetap tak menjawab, Diana sangat takut.
"Baik,kalau kamu gak mau menjawab, Papa akan bawa Mama kamu pergi dari sini dan gak akan pernah kembali lagi!" ancam Tuan Riddick.
"Jangan Papa,jangan..." Diana langsung merespon,tak mau jika Mama dan Papanya meninggalka dirinya sendiri.
"Kalau begitu cepat,jawab pertayaan Papa,apa benar kamu hamil,hah?!" tanya Tuan Riddick tak sabar.
Diana denga terpaksa mengaggukkan kepala, sebagai jawaban jika memang dirinya hamil.
Seketika,mata kedua orangtuanya membulat sempurna, Diana menangis semakin kencang.
"Anak kurang ajar!" teriak Tuan Riddick murka.
'plakkk' sebuah tamparan keras mendarat di pipi putih Diana.
Tuan Riddick benar-benar murka,tak terima anak gadisnya hamil diluar nikah.
Tuan Riddick tanpa basa basi mengangkat tubuh Diana,membawanya ke kamar dan membantingnya ke tempat tidur, kedua tangannya mencengkeram leher Diana, menekannya kencang,seakan telah kehilangan akal sehatnya.
"Lebih baik kamu mati! Papa gak sudi memiliki cucu dari hasil yang tak jelas!" Tuan Riddick menekanka tangannya pada leher Diana.
"akkhhkhhakkkhkkhhh" Diana kesulitan bernafas,tangannya meronta-ronta, mencengkeram sprei,air mata Diana mengalir.
"Papa! jangan,sadar Pah!!" Teriak Mamanya Diana mencegah suaminya melakukan tindaka bodoh pada Putri mereka.
"Lebih baik dia mati!" Tuan Riddick seolah kerasukan setan.
"Papa,janga Pah! jangan!!!" Mamanya Diana berusaha melepaskan tangan suaminya dari leher Diana.
"akkkhhkkkkkhhh" Diana sangat sulit untuk bernafas,dia suda ikhlas jika harus mati di tangan Papanya,asal itu bisa menebus kesalahannya.
"Pa...pa... ma...af....Di...a...na...." Diana dengan terbata-bata meminta maaf pada Papanya,dia sisa-sisa waktunya itu, Diana ingin Papanya bisa memaafkannya.
"Pa...pa..." Suara Diana terpotong-potong,kesadaran Diana hampir hilang, tenaganya habis.
"Papa!!!!" Mamanya berteriak histeris saat melihat tangan putrinya terkulai.
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments