BAB 4

~~

"Tidak masalah Nona, lagi pula itu salah kami yang terlambat memberi informasi" Dengan wajah sayu dia memutuskan panggilan diponselnya.

"Nyonya, ada apa?" Tanya seorang wanita berpakaian pelayan bernama Saul dengan cemas melihat perubahan raut wajah yang cukup membuatnya khawatir kepada wanita yang duduk didepannya. Wanita yang tetap terlihat cantik dan anggun meski usianya sudah mencapai 80 tahun. Dia adalah Monica istri dari Reyshen Moviek.

Monica menghembuskan nafasnya pelan sebelum menjawab pertanyaan itu

"Mutiara menolak!" Ucapnya pelan dengan pandangan jauh kedepan. Hening terasa beberapa menit.

"Beritahu Denaya untuk menghubungi Butik Raflesha agar mempersiapkan gaun yang akan digunakan saat ulang tahun perusahaan. Mereka pasti sudah mempersiapkan semuanya seperti biasa tinggal menunggu perintah." Ujar Monica sambil beranjak menuju kamarnya.

"Baik Nyonya" Jawab Saul dengan segera mengikuti langkah Sang majikan. Tugasnya sebagai seorang pribadi mengharuskan dirinya menjaga keselamatan dan kenyamanan Monica.

"Aku ingin istirahat, tinggalkan aku sendiri! " perintah Monica saat Saul masih tetap setia mengikutinya.

"Bagaimana dengan makan malamnya Nyonya?" Tanya Saul langsung.

"Aku akan keluar kalau aku lapar. Aku ingin sendiri sekarang, Keluarlah?! " Titah Monica pada Saul. Mengingat penolakan yang dilakukan Mutiara menjadikan beban pikiran pada Monica.

"Baik Nyonya selamat beristirahat. " Saul menjawab sembari menundukkan kepalanya dan segera memastikan Monica sudah berada di dalam kamar dengan aman.

Saul tidak langsung pergi menjauh, dia berdiri diam didepan kamar dengan perasaan tidak menentu.

"Eyang sudah beristirahat?" Terdengar suara dari arah belakang Saul. Dengan segera dia membalikkan badannya menghadap asal suara yang bisa dipastikan milik Tuan muda Moviek, Rayden Zafran Moviek.

"Iya Tuan muda" jawab Saul pelan kemudian diam ragu ingin menyampaikan perihal yang terjadi pada Monica. Melihat kediaman itu Rayden menyadarinya.

"Katakan apa yang terjadi? " Rayden bertanya dengan menatap tajam Saul yang terus menunduk.

"Nona Mutiara menolak permintaan Nyonya Monica untuk menyiapkan gaun yang akan dipakai di ulang tahun perusahaan dan itu membuat Nyonya Monica sepertinya bersedih" Lapor Saul dengan nada khawatir. Usia yang sudah tidak bisa dikatakan muda membuat Monica harus menjaga tubuh dan pikirannya.

"Sudah ku duga ini akan terjadi" gumam Rayden menatap pintu kamar Monica.

"Nyonya juga seperti tidak berniat untuk makan malam Tuan muda" Saul berkata dengan cemas.

"Pergilah, biar aku berbicara pada Eyang. Jangan lupa siapkan makan malam seperti biasa." Titah Rayden kemudian berjalan menuju kamar Monica.

"Di depan pintu, Rayden mengetuk dengan lembut berharap Eyang Monica belum benar-benar tertidur.

"Siapa?" terdengar suara lembut dari dalam kamar. Rayden tersenyum mendengar suara itu.

Suara yang banyak menemani dan menghibur Rayden dan seorang gadis kecil yang kadang bersama mereka saat Monica memintanya untuk datang dirumah kediaman keluarga Moviek.

Namun sejak kejadian yang tidak terduga saat perayaan ulang tahun ke 12,membuat gadis kecil yang selalu terlihat ceria dan cerewet tidak lagi berada dalam jangkauan mereka.

Gadis kecil itu seperti menjaga jarak dengan keluarga Moviek tanpa terkecuali dan itu membuat Eyang Monica menjadi bersedih.

Apalagi saat mengingat kata dari mendiang Opa Reisyen, suami Eyang Monica yang mengatakan untuk selalu menjaga Mutiara dengan baik. Mutiara akan selalu menjadi pelipur lara buat orang disekelilingnya.

Mengingat itu semua membuat Eyang Monica merasa telah gagal menjalankan amanat mendiang suaminya.

Mutiara memanglah bukan cucu langsung dari Monica namun cucu dari Ryinda Moviek saudara dari Reyshen yang menikah dengan Agustam Cahya seorang bangsawan dari tanah jawa.

Ryinda dan Agustam Cahya memiliki putra bernama Dwi Cahya yang merupakan Ayah dari Mutiara.

Sedangkan Ibunya, Tiana adalah putri dari orang kepercayaan Reisyen. hubungan itulah yang membuat Mutiara dekat dengan keluarga Moviek.

"Ini Rayden Eyang" Jawab Rayden. Kamar Monica memang tidak menggunakan peredam suara untuk menjaga agar saat terjadi sesuatu orang diluar akan mendengar. Apalagi kebiasaan Monica yang selalu ingin sendiri setelah kepergian suaminya.

"Masuklah" Titah Monica.

Rayden membuka pintu kamar Monica kemudian menutupnya kembali lalu berjalan menuju ke arah Monica berada yang bangun perlahan ingin menyandarkan badannya pada headboard ranjang.

"Eyang, biar Ray bantu" Segera Rayden melangkahkan kakinya setengah berlari agar bisa cepat membantu Monica.

Setelah berhasil duduk dan mengambil posisi yang diinginkan Monica tersenyum pada cucu tunggalnya.

"Kenapa cepat pulang? Apa Ayahmu lagi berbaik hati padamu hingga membuat anak bujangnya ini tidak lembur lagi?" Sindir telak Monica pada Rayden hingga pemuda itu tersenyum sambil mengelus punggung tangan Monica yang telah berada dalam genggaman tangannya.

"Ray pulang karena tiba-tiba teringat Eyang. Ray berpikir Eyang pasti membutuhkan pelukan cucu tampan kesayangan keluarga Moviek" Canda Rayden yang hanya bisa dilihat dan dinikmati oleh keluarga inti Moviek.

Candaan yang keluar dari Rayden membuat Monica tersenyum dan terkekeh pelan.

"Dasar anak nakal" Monica memukul pelan lengan Rayden "Coba saja kamu mengeluarkan kalimat dan ekspresi seperti itu di depan gadis-gadis diluar sana mereka pasti tidak akan bisa tidur tujuh hari tujuh malam karena terus membayangkannya"

"Maaf Nyonya, tapi ini semua khusus Ray persembahkan untuk wanita paling cantik dikeluarga Moviek" ucap Rayden mencoba terus membuat Monica tersenyum.

Namun perkataan Rayden membuat Monica terdiam. Dalam keluarga Moviek wanita tercantik masih berada ditangan Arana, Ibu mertua Monica dan sekarang wajah itu tergambar dan dapat dilihat dalam wajah Mutiara.

"Ray, Eyang ingin bertemu dengan Rara. Eyang sangat rindu padanya, pertemukan Eyang dengan si cantik itu ya Rey"

"Eyang sudah beberapa mencoba untuk bertemu dengannya tapi selalu gagal."

"Rara pasti masih sangat marah pada kita yang tidak bisa melindungi bundanya. Eyang ingin minta maaf secara langsung."

Rayden mengangguk paham dan berbicara pelan "Apa sekarang Eyang sudah yakin membutuhkan bantuan Ray?" Tanya Rayden dengan kerlingan nakal dan membuat Monica kembali memukul pelan Rayden.

"Dasar anak nakal. Tidak usah mengatakannya juga." Sergah Monica dengan cemberut dan hal itu membuat Raydem seketika memeluk Monica dengan sayang.

"Ray berjanji akan membuat Eyang bertemu dengan Rara" Rayden berkata dengan penuh keyakinan.

"Eyang percaya padamu dan jangan patahkan kepercayaan wanita tua ini" keadaan seketika hening. Monica menatap wajah Rayden dari samping. Pemuda sempurna namun tidak pernah terdengar kabar dekat dengan seorang gadis.

"Ray"

"Iya"

"Bagaimana dengan kencanmu apa berhasil?"

"Daripada Eyang menanyakan itu lebih baik kita makan malam. Cucu Eyang ini membutuhkan energi extra agar bisa mewujudkan setiap keinginan yang mulai ratu Monica"

"Jangan mengganti topik Ray. Cepatlah menikah dan berikan Eyang cicit yang banyak dan kalau bisa satu harus mirip dengan Rara" Ucap Monica sambil tertawa.

"Maaf Nyonya, Sekarang waktunya untuk makan malam bukan mengatakan hal yang tidak masuk diakal". Ray menggendong Eyang Monica kemudian berjalan keluar.

"Aku berjanji Eyang akan memberikan satu cicit seperti Rara" bisik Rayden dalam hati.

(Ω Д Ω)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!