BAB 3

Mutiara membuka matanya saat mendengar suara gelas diletakkan diatas meja agak keras hingga menimbulkan bunyi yang dapat membangunkan dirinya dari ingatan masa lalunya.

Mutiara memusatkan netranya pada pelaku didepannya sambil mengerutkan kening.

"Sorry Bu Bos, Aku sudah mengetuk pintu dan memanggil nama Anda beberapa kali namun Anda tidak menjawab!" Ucap Salana sok formal sambil tersenyum memperlihatkan deretan giginya.

Sebagai sahabat Salana terbiasa dengan sikap dan sifat Mutiara yang cukup berbeda.

Salana merupakan sekretaris sekaligus orang yang hingga saat ini mampu dipercaya oleh Mutiara. Banyak yang bilang hubungan mereka lebih dari sekedar teman, lebih dari sekedar atasan dan bawahan.

Entahlah, perasaan Mutiara terlalu rumit untuk mengartikan hubungan seperti itu.

Mutiara dan Salana sudah berteman saat baru pindah dikota itu. Salana gadis yatim piatu adalah cucu dari asisten rumah tangga Eyang Murti yang terkadang membantu pekerjaan Neneknya agar cepat selesai dan bisa beristirahat lebih cepat.

Usia Mutiara dua tahun lebih muda namun berada ditingkat yang sama membuat Salana dipercayakan untuk menemani dan melindunginya.

keberadaan Mutiara membuat Salana terbantu saat menyelesaikan sekolah yang menurutnya sangat merepotkan, apalagi dirinya sendiri tidak memiliki mimpi dalam hidupnya. Di mulai dari hal itu Salana seperti menjadi bayangan dari Mutiara.

"Ada apa?" Tanya Mutiara pada Salana yang sudah duduk santai didepannya sambil memperbaiki posisi duduknya.

"Keluarga Moviek menanyakan kesediaan Bu bos menghandle pakaian mereka untuk perayaan perusahaan mereka bulan depan" Ujar Salana penuh binar. Dia selalu terlihat senang saat membahas tentang keluarga Moviek padahal menurut Mutiara keluarga mereka sama dengan keluarga lainnya yang hanya dibedakan dengan banyaknya harta dan kekuasaan. Bukankah itu memang yang membedakan tingkatan sebuah keluarga

Mutiara mendelik mendengar panggilan yang ditujukan padanya.

"Hentikan kelebayanmu Sal!" Tegur Mutiara dengan raut wajah tidak suka dengan panggilan yang baru beberapa diucapkan Salana.

Protes yang dilayangkan Mutiara membuat Salana tertawa geli. Dia menyukai jika Mutiara menunjukkan ekspresi wajah yang lain selain wajah datar dan sedihnya.

Bertahun-tahun berada disamping Mutiara membuatnya mengetahui kebiasaan gadis itu. Mutiara bukanlah seseorang yang akan membiarkan dirinya terlelap dalam keadaan duduk.

Mutiara tipe orang yang mementingkan kesehatan dan kenyamanan dirinya saat waktunya untuk benar-benar istirahat.

Gadis itu akan memenjamkan mata ketika duduk jika ada sesuatu yang salah dan membuat moodnya buruk. Disitulah perannya dibutuhkan sesuai pesan dari Eyang Murti saat ekspresi wajah Mutiara perlahan berubah keruh.

"Kamu tahu tadi aku baru nonton acara gosip disitu ada pengacara kondang yang selalu muncul disetiap pertikaian artis, dia dipanggil Pak Bos! Imut tahu dipanggil kayak gitu.Jadi kepikiran panggil kamu seperti itu." Ucap Salana dengan ekspresi lucu diakhiri dengan kekehan.

Mutiara hanya bisa mendengus mendengar perkataan Salana yang terlalu cepat terpengaruh dengan apa yang dilihatnya.

Melihat respon yang diberikan Mutiara, Salana melanjutkan tujuannya untuk bertemu langsung dengan atasannya itu.

"Jadi Bagaimana keputusanmu?" Tanya Salana dengan ekspresi berubah serius namun tetap dengan mata penuh harap dan Mutiara menyadarinya.

"Bagaimana pendapatmu?" bukannya menjawab Mutiara mencoba balik bertanya dengan tujuan menggali seberapa banyak informasi yang diketahui oleh Salana.

"Ambil kesempatan itu! berhubungan dengan keluarga Moviek bisa menjadi batu loncatan buat kita bukan?" cetus Salana mencoba meyakinkan Mutiara."Kita semua tahu pengaruh mereka dinegara ini" Sambung Salana lagi yang hanya dibalas anggukan oleh Mutiara.

"Benarkah?" tanya Mutiara singkat.

"Tentu saja, mereka memiliki sumber kekayaan yang tidak sedikit dan lingkup pergaulan mereka tidak kaleng-kaleng. Siapa pun yang menjadi langganan mereka dari sektor manapun dijamin akan menjadi salah satu terbaik" Salana masih kekeh dengan apa yang menjadi keinginannya menjadikan keluarga Moviek sebagai salah satu pelanggan di butik mereka.

"Bagaimana kalau kita tidak mampu menuruti keinginan mereka dan mereka tidak merasa puas dengan apa yang kita berikan?"

"Maksudmu?" Tanya Salana bingung dengan ucapan Mutiara yang menurutnya menggambarkan rasa pesimis.

"Kamu pasti tahu kalau mereka pasti sudah memiliki desainer lain sebelumnya dan kita tidak tahu kenapa orang seperti mereka menanyakan kesediaan kita yang tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan desainer tetap mereka selama ini? lagipula kita juga tidak tahu bagaimana selera mereka apalagi kita hanya diberi waktu tidak cukup dua bulan tanpa pemberitahuan sebelumnya." Mutiara mencoba memberi pemahaman pada Salana.

"Bukankah kemampuanmu tidak kalah dengan mereka?"

"Ini bukan masalah kemampuan Sal. Seharusnya mereka sudah memberitahu jauh sebelumnya jadi kita bisa lebih mempersiapkan diri"

"Bukannya kita punya team"?

"Benar tapi semuanya masih dibawah pengawasanku langsung"

"Kamu juga harus lihat itu" Tunjuk Mutiara pada salah satu desain belum sempurna yang terpajang " kita harus menyelesaikannya dalam minggu ini dan minggu setelahnya kita juga harus menyelesaikan pesanan Nyonya Ruzyn dan Nona Adella" Sambung Mutiara.

"Apa menurutmu aku masih harus menerima permintaan keluarga Moviek?"

"Jadi kita menolak tawaran itu? "

"Kamu sudah tahu jawabannya"

"Bagaimana jika mereka kecewa" sanggah salana yang masih tidak percaya dengan keputusan Mutiara.

"Kecewa sekarang lebih baik daripada kita mengecewakan mereka nanti yang akan berimbas pada usaha kita" Mutiara berucap dengan tenang. "lagi pula mereka takkan sekecewa yang kamu pikirkan Salana" Sambungnya yang hanya bisa berucap dalam hati.

"Bagaimana kalau Pesanan Nyonya Ruzyn dan Nona Adella team yang menyelesaikannya jadi kamu bisa fokus pada pesanan Keluarga Moviek"

Mutiara menghembuskan nafas pelan kemudian menatap Salana dengan intens. Salana yang diperlakukan demikian hanya bisa tertunduk dan merasa bersalah.

"Salana, ketahuilah kepercayaan pelanggan menjadi salah satu terpenting dalam berbisnis. Selama ini kita bisa mencapai tahap ini berkat rasa kepercayaan pelanggan terhadap kita. Aku kira kamu sudah tahu semua"

"Jangan hanya karena ada seseorang yang lebih berkuasa dan menjadi idola kita harus mengeyampingkan orang lain yang lebih dulu memberi kita kesempatan untuk berdiri"

"Nyonya Ruzyn dan Nona Adella memang tidak bisa dibandingkan dengan keluarga Moviek tapi mereka salah satu bagian yang pertama kali memberi kita banyak bantuan saat sedang awal-awal membangun usaha ini " Jelas Mutiara panjang lebar berharap Salana memahami alasan penolakannya.

"Baiklah aku mengerti, kalau begitu aku akan kembali menghubungi dan memberitahu mereka tentang keputusanmu" ucap Salana meski dengan nada mengandung kekecewaan.

"Hm, itu lebih baik"

Salana segera berdiri namun sebelum beranjak dia menggeser gelas yang diletakkannya tadi ke depan Mutiara.

"Ini segelas coklat, katanya bisa memperbaiki mood seseorang"

"Harusnya kamu yang meminumnya, bukan? " sindir Mutiara dengan tersenyum.

"Itu milikmu aku sudah punya bagianku sendiri. Sepertinya kita berdua butuh banyak coklat hingga akhir bulan ini" Balas Salana tersenyum sambil melangkahkan kakinya keluar dari ruangan Mutiara.

"Sorry Sal" Ucap Mutiara sebelum Salana keluar. Mutiara tahu bagaimana obsesi teman sekaligus sekretarisnya itu pada keluarga Moviek terlebih pada putra mahkota keluarga itu.

"Tidak apa-apa, lagi pula alasannya jelas" balas Salana setelah itu menutup pintu ruangan Mutiara.

"Jangan pernah berhubungan dengan keluarga itu Mutiara"

(Ω Д Ω)

Terpopuler

Comments

Rose_Ni

Rose_Ni

maksudnya?

2024-01-26

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!