Bab Lima

Rambut gadis berseragam perawat itu berkibar ditiup angin, bibirnya sedikit cemberut. Di depannya berdiri seorang pemuda tampan, jaket hitam yang melekat di badan terlihat sangat pas, menambah kesan cerah pada kulit putih pemuda itu. 

“Kamu nanti lupa aku mas?” ucapnya masih dengan tatapan mata menunduk menatap paving rumah sakit. Ya, wanita itu bekerja disana, sejak lulus kuliah beberapa waktu lalu gadis itu langsung bekerja disana sebagai perawat.

“Kamu masih tak mempercayaiku Rain? bahkan setelah aku melamarmu?” 

“Bukannya gitu mas, bahkan mas Rizwan tak membawaku menemui Umi dan Abi mas,” ucapnya lagi. 

“Mas sudah bilang ada syaratnya kan?” Pemuda itu kembali mengingatkan gadis yang dicintainya itu. 

“Apa? pake hijab? hijrah? bukannya aku nggak mau mas, hanya saja aku belum siap. Aku nggak mau hijrahku ini karena seorang lelaki, aku mau hijrahku ya berasal dari hati terdalamku,” jawabnya lagi, lebih serius. 

“Aku tak memintamu hijrah karena ku Rain, aku akan menunggu kamu siap dari hatimu sendiri, dan ketika waktu itu datang, bilang pada mas, mas akan langsung membawamu menemui Umi.”  

“Janji ya mas?” kata Raina, gadis manis berkulit sawo matang itu itu tersenyum manis. 

“Tentu saja, mas janji. Makanya mas melamarmu. Untuk mengikatmu.” 

“Tapi setelah ini kita jauh mas, bagaimana kalau nanti mas ada cewek lain disana?” ucap Raina, kembali cemberut. Gadis itu masih setia berdiri di samping taman rumah sakit bersama kekasih yang menemaninya hampir empat tahun ini. 

“Mas malah takut kamu digoda lelaki lain Rain, karena kamu cantik. Di rumah sakit ini pasti akan banyak lelaki yang menyukaimu,” ujar Rizwan jujur dengan kekhawatirannya sendiri. 

“Aku tipe wanita setia mas, tak kan aku berpaling darimu. Justru aku takut kamu tergoda santrimu sendiri, secara pesantren orang tua mas pasti banyak santri wanita yang cantik, dan berhijab tentunya. Mas kan suka wanita berhijab,” sindirnya pada sang pria. 

“Mas lebih suka kalau kamu yang berhijab, sudahlah Rain. Keputusan ada ditanganmu. Mas akan selalu menunggumu. Saat kamu siap telepon saja mas, mas akan datang menjemputmu, membawamu bertemu Umi dan Abi, dan kita akan melanjutkan mimpi-mimpi kita selama ini.” 

“Baiklah mas, Raina percaya pada mas. Semoga Allah akan segera menyatukan cinta kita mas,” ucapnya penuh harap. Pemuda tampan itu hanya tersenyum, ditatapnya lama wajah yang selalu menghiasi malam-malamnya selama empat tahun belakangan, Rizwan sungguh tergila-gila dengan Raina.

Dulu Raina tak menyukainya, dia wanita yang sangat sulit ditaklukkan oleh Rizwan. Butuh banyak pengorbanan dan air mata hingga mereka kini bisa bersama. Raina adalah wanita baik-baik, ayahnya telah tiada. Ia hanya tinggal bersama ibunya. 

Karena itu Raina hanya fokus belajar, ia ingin menjadi perawat dan bisa membantu merawat orang tua atau saudaranya yang sakit. Hingga Rizwan datang padanya, mengejarnya mati-matian berusaha meyakinkan hatinya, hingga Raina menerima pemuda itu. 

“Ya sudah Rain, mas berangkat sekarang. Doakan mas,” ucapnya berpamitan pada sang kekasih.

“Iya mas, hati-hati dijalan ya.” 

Sepasang kekasih akhirnya berpisah, Rizwan masuk kedalam mobil pribadinya, melambaikan tangan pada gadis yang amat dicintainya. Terpaksa harus berpisah meski hati terasa sangat berat. Demi Abi, dan menebus kesalahan pada sang adik, Rizwan akan fokus pada pesantren mulai detik ini. Sudah seharusnya karena sekarang ia lah satu-satunya putra kyai Ali. 

***

Pagi ini keluarga kyai Ali sedang sarapan bersama, mereka tampak tenang diatas meja. Hanya ada kyai Ali, bu nyai Insyirah dan Rizwan. Lelaki itu baru saja tiba kemarin sore, dan ini adalah sarapan pertamanya dengan kedua orangtuanya. 

Usai sarapan kyai Ali mengajak Rizwan duduk bersantai di ruang keluarga. Bu Nyai Insyirah juga diminta untuk datang. Tapi wanita itu masih membantu Alifa santri yang ikut ndalem membersihkan meja makan. Ummi Iin memang terkenal sangat ramah dan sabar pada santri, bahkan ketika beliau memberi perintah, beliau selalu berusaha ikut membantu, tak serta merta pasrah pada para santri. 

“Ayo ummi,” ajak kyai Ali pada sang istri.

“Iya Abi, sebentar. Tunggu saja di ruang keluarga, ummi akan segera menyusul.” 

“Ada apa sih Abi? sudah kaya pengantin baru aja nggak mau pisah dari ummi,” kelakar Rizwan pada Abinya. 

“Ada yang mau Abi dan ummi sampaikan padamu,” jawab kyai Ali. 

“Apa Abi? sepertinya sangat penting.” 

Kyai Ali hanya diam, beliau memilih mengambil potret Athar yang dipajang diatas meja belajar kyai Ali, disamping ruang tamu. 

“Le, Rizwan. Kamu tak rindu adikmu?” tanya kyai Ali pada putranya. 

Rizwan tersenyum getir, tentu saja ia rindu adiknya, bahkan rasa bersalah dihati yang membuatnya rela meninggalkan sang kekasih sendiri di kota sebelah. Abinya tak tahu itu. “Kita semua merindukannya Abi,” jawab Rizwan. 

“Kamu mau membantu adikmu Rizwan?” 

“Membantu apa maksud Abi disini?” tanya pemuda itu, matanya menatap kehadiran sang ummi yang turut duduk disampingnya. 

“Rizwan, kamu belum pernah bertemu putri Athar kan?” Kini Umi Iin yang berbicara, wanita itu membuka ponsel mencari foto cucu kesayangannya itu, “lihatlah nak, bukankah bayi ini sangat mirip dengan Athar?” 

Rizwan tersenyum, bayi lucu itu memang terlihat mirip adiknya. “Siapa nama bayi ini umi?” tanya Rizwan. 

“Aura Hana Kalani, nama itu pemberian Athar sebelum ia pergi,” jawab ummi Iin, wajahnya berubah sendu, “kita semua ingin Hana bisa hidup bersama kita le, agar kita bisa selalu merasa dekat dengan Athar,” ucap Ummi Iin lagi. 

“Ide bagus itu ummi, bawa saja Hana kesini, rumah juga sepi. Dinda sedang di pesantren. Hanya ada Rizwan disini.” Pemuda tampan itu benar-benar tak menyadari kemana inti pembicaraan mereka akan berakhir. 

“Masalahnya disitu nak, Hana masih bayi, dia akan membutuhkan ibunya, dan Jenna bukan lagi menantu ibu. Kalau sampai wanita itu menikah lagi, maka ia akan jadi suami orang, menantu orang lain. Dan Hana akan ikut bersamanya,” ujar Ummi Iin terlihat sedih. Rizwan mengerti perasaan sang ibu. 

“Rizwan, dengarkan Abi. Karena hal itu Abi ingin Jenna tetap menjadi menantu Abi,” kata Kyai Ali, menatap putranya yang mulai terlihat curiga. 

“Maksud Abi?” 

“Menikahlah dengan Jenna, ini demi adikmu. Kamu menyelamatkan keluarga Athar jika melakukannya. Kamu juga membantu Abi dan Umi agar tak kehilangan cucu kami.” Ummi Iin mendahului sang suami, menyampaikan maksud keinginan mereka pada sang putra. 

Apa yang didengar Rizwan membuat alisnya terangkat, mata terbelalak sempurna, dahi mengkerut dan rahang terbuka kebawah menyebabkan bibir dan gigi terpisah. “Apa Ummi? Ummi salah bicara? atau Rizwan yang salah mendengar?” ucapnya lirih, ada getar dalam suara yang ia keluarkan. 

“Tidak Rizwan, ummi mu benar. Nikahi Jenna. Ini permintaan Abi dan Ummi. Kami tak pernah menolak permintaanmu selama ini, bahkan ketika kamu menentang Abi, ummi mu juga selalu melarang Abi untuk memaksa. Tapi kali ini Abi terpaksa memaksamu,” tutur kyai Ali. 

“Tapi, tapi Rizwan.”

“Tapi apa nak? kamu mau bicara apa? tak bisakah kali ini saja kamu menuruti kami Le?” pinta ummi Iin, wanita itu bahkan telah berlinang air mata sedari tadi. 

Lidah Rizwan terasa kelu, bahkan untuk jujur dirinya telah memiliki kekasih saja ia tak mampu. Apalagi mengatakan bahwa ia telah melamar kekasihnya, sungguh pemuda itu tak berani. Bukan saatnya ia menjadi seorang pembangkang. Keluarganya baru saja mendapat musibah, dan perasaan bersalah dihatinya pada sang adik tak mampu dipungkiri telah menyiksanya beberapa bulan terakhir. 

Akankah ini menjadi kesempatanku menebus kesalahanku padamu Athar? apa yang harus kakak lakukan?

“Daripada Hana harus dirawat orang lain, bukankah lebih baik jika ayahnya adalah dirimu nak? kakak dari ayah kandungnya sendiri.” Ummi Iin kembali menyerang hati Rizwan yang mulai rapuh, terbukti dari bagaimana air mata kesedihan mengalir dari pipi sang pemuda.

“Abi tak bertanya pendapatmu le, Abi juga tak meminta tolong. Tapi Abi memerintahmu. Inilah saatnya kamu membuktikan pada kami, bahwa keputusan kami menuruti keinginanmu selama ini tak pernah salah. Abi harap abi dan Ummi tak akan mendapat jawaban yang mengecewakan dari dirimu. Dan perlu kamu ketahui, Jenna telah bersedia menjadi istrimu,” terang kyai Ali, seraya berlalu meninggalkan putranya yang jatuh terduduk diatas sofa. 

“Sabar Rizwan, ummi berani bersumpah, kelak kamu akan menyesal bila menolak keinginan ummi dan Abi, sekarang cobalah berpikir jernih, ummi ke kamar dulu.” 

Dalam kebingungan Rizwan menjadi bungkam, pemuda itu mengutuk dirinya sendiri yang tak berdaya di depan orangtuanya. Bagaimana ia bisa melindungi kekasihnya jika seperti ini. Rizwan sangat malu pada gadis itu. 

Terpopuler

Comments

Ade Diah

Ade Diah

Rangkaian katanya sangat bagus, hebat, pasti karyanya bakalan diminati banyak pembaca.

2024-01-02

1

lihat semua
Episodes
1 Bab Satu
2 Bab Dua
3 Bab Tiga
4 Bab Empat
5 Bab Lima
6 Bab Enam
7 Bab Tujuh
8 Bab Delapan
9 Bab Sembilan
10 Bab Sepuluh
11 Bab Sebelas
12 Bab Dua Belas
13 Bab Tiga Belas
14 Bab Empat Belas
15 Bab Lima Belas
16 Bab Enam Belas
17 Bab Tujuh Belas
18 Bab Delapan Belas
19 Bab Sembilan Belas
20 Bab Dua Puluh
21 Bab Dua Puluh Satu
22 Bab Dua Puluh Dua
23 Bab Dua Puluh Tiga
24 Bab Dua Puluh Empat
25 Bab Dua Puluh Lima
26 Bab Dua Puluh Enam
27 Bab Dua Puluh Tujuh
28 Bab Dua Puluh Delapan
29 Bab Dua Puluh Sembilan
30 Bab Tiga Puluh
31 Bab Tiga Puluh Satu
32 Bab Tiga Puluh Dua
33 Bab Tiga Puluh Tiga
34 Bab Tiga Puluh Empat
35 Bab Tiga Puluh Lima
36 Bab Tiga Puluh Enam
37 Bab Tiga Puluh Tujuh
38 Bab Tiga Puluh Delapan
39 Bab Tiga Puluh Sembilan
40 Bab Empat Puluh
41 Bab Empat Puluh Satu
42 Bab Empat Puluh Dua
43 Bab Empat Puluh Tiga
44 Bab Empat Puluh Empat
45 Bab Empat Puluh Lima
46 Bab Empat Puluh Enam
47 Bab Empat Puluh Tujuh
48 Bab Empat Puluh Delapan
49 Bab Empat Puluh Sembilan
50 Bab Lima Puluh
51 Bab Lima Puluh Satu
52 Bab Lima Puluh Dua
53 Bab Lima Puluh Tiga
54 Bab Lima Puluh Empat
55 Bab Lima Puluh Lima
56 Bab Lima Puluh Enam
57 Bab Lima Puluh Tujuh
58 Bab Lima Puluh Delapan
59 Bab Lima Puluh Sembilan
60 Bab Enam Puluh
61 Bab Enam Puluh Satu
62 Bab Enam Puluh Dua
63 Bab Enam Puluh Tiga
64 Bab Enam Puluh Empat
65 Bab Enam Puluh Lima
66 Bab Enam Puluh Enam
67 Bab Enam Puluh Tujuh
68 Bab Enam Puluh Delapan
69 Bab Enam Puluh Sembilan
70 Bab Tujuh Puluh
71 Bab Tujuh Puluh Satu
72 Bab Tujuh Puluh Dua
73 Bab Tujuh Puluh Tiga
74 Bab Tujuh Puluh Empat
75 Bab Tujuh Puluh Lima
76 Bab Tujuh Puluh Enam
77 Bab Tujuh Puluh Tujuh
78 Bab Tujuh Puluh Delapan
79 Bab Tujuh Puluh Sembilan
80 Bab Delapan Puluh
81 Bab Delapan Puluh Satu
82 Bab Delapan Puluh Dua
83 Bab Delapan Puluh Tiga
84 Bab Delapan Puluh Empat. TAMAT
Episodes

Updated 84 Episodes

1
Bab Satu
2
Bab Dua
3
Bab Tiga
4
Bab Empat
5
Bab Lima
6
Bab Enam
7
Bab Tujuh
8
Bab Delapan
9
Bab Sembilan
10
Bab Sepuluh
11
Bab Sebelas
12
Bab Dua Belas
13
Bab Tiga Belas
14
Bab Empat Belas
15
Bab Lima Belas
16
Bab Enam Belas
17
Bab Tujuh Belas
18
Bab Delapan Belas
19
Bab Sembilan Belas
20
Bab Dua Puluh
21
Bab Dua Puluh Satu
22
Bab Dua Puluh Dua
23
Bab Dua Puluh Tiga
24
Bab Dua Puluh Empat
25
Bab Dua Puluh Lima
26
Bab Dua Puluh Enam
27
Bab Dua Puluh Tujuh
28
Bab Dua Puluh Delapan
29
Bab Dua Puluh Sembilan
30
Bab Tiga Puluh
31
Bab Tiga Puluh Satu
32
Bab Tiga Puluh Dua
33
Bab Tiga Puluh Tiga
34
Bab Tiga Puluh Empat
35
Bab Tiga Puluh Lima
36
Bab Tiga Puluh Enam
37
Bab Tiga Puluh Tujuh
38
Bab Tiga Puluh Delapan
39
Bab Tiga Puluh Sembilan
40
Bab Empat Puluh
41
Bab Empat Puluh Satu
42
Bab Empat Puluh Dua
43
Bab Empat Puluh Tiga
44
Bab Empat Puluh Empat
45
Bab Empat Puluh Lima
46
Bab Empat Puluh Enam
47
Bab Empat Puluh Tujuh
48
Bab Empat Puluh Delapan
49
Bab Empat Puluh Sembilan
50
Bab Lima Puluh
51
Bab Lima Puluh Satu
52
Bab Lima Puluh Dua
53
Bab Lima Puluh Tiga
54
Bab Lima Puluh Empat
55
Bab Lima Puluh Lima
56
Bab Lima Puluh Enam
57
Bab Lima Puluh Tujuh
58
Bab Lima Puluh Delapan
59
Bab Lima Puluh Sembilan
60
Bab Enam Puluh
61
Bab Enam Puluh Satu
62
Bab Enam Puluh Dua
63
Bab Enam Puluh Tiga
64
Bab Enam Puluh Empat
65
Bab Enam Puluh Lima
66
Bab Enam Puluh Enam
67
Bab Enam Puluh Tujuh
68
Bab Enam Puluh Delapan
69
Bab Enam Puluh Sembilan
70
Bab Tujuh Puluh
71
Bab Tujuh Puluh Satu
72
Bab Tujuh Puluh Dua
73
Bab Tujuh Puluh Tiga
74
Bab Tujuh Puluh Empat
75
Bab Tujuh Puluh Lima
76
Bab Tujuh Puluh Enam
77
Bab Tujuh Puluh Tujuh
78
Bab Tujuh Puluh Delapan
79
Bab Tujuh Puluh Sembilan
80
Bab Delapan Puluh
81
Bab Delapan Puluh Satu
82
Bab Delapan Puluh Dua
83
Bab Delapan Puluh Tiga
84
Bab Delapan Puluh Empat. TAMAT

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!