"Ikh! A- aron" suara Lolita tercekat karena menahan tubuh Aron di atas tubuhnya.
"Pakai baju atau ku habisi" ancam Aron sembari mengendus telinga Lolita dari belakang.
"Iya iya iya" tidak ingin Aron menghabisinya, akhirnya Lolita menurut. Meski Aron berhak atas tubuhnya, namun Lolita belum siap jika harus menyerahkan tubuhnya kepada lelaki play boy itu.
Aron pun turun dari atas tubuh Lolita, membaringkan tubuhnya di kasur kosong sebelah.
"Kamu juga pakai baju dong!. Aku juga gak mau mataku ternodai setiap hari" ujar Lolita kesal, lantas turun dari atas tempat tidur untuk mengambil pakaiannya dari dalam lemari.
"Ini kamarku, dan aku tidak nyaman tidur pakai baju. Kalau kamu keberatan, kamu bisa tidur di kamar sebelah, kamar yang biasa kamu tempati ketika datang ke rumah ini“ balas Aron panjang lebar.
Mengingat sebelum mereka di nikahkan, Lolita sering datang ke rumah itu, dan di dalam rumah itu juga Lolita punya kamar sendiri.
“Kakek yang menyuruhku untuk tidur di kamar ini. Kalau keberatan, sana protes ke Kakek, itu pun kalau kau berani.“
Selesai mengenakan baju tidur longgar ke tubuhnya, Lolita kembali naik ke atas tempat tidur, membaringkan tubuhnya di samping Aron tanpa merasa canggung sama sekali.
Aron menghela napasnya, otaknya seketika berpikir kira kira bagaimana pernikahan mereka ke depan. Apa iya mereka akan bercerai setelah tujuannya tercapai?, yaitu mendapatkan jabatan tertinggi di perusahaan sang Kakek.
“Bagaimana kalau kita buat kesepakatan?“ tanya Aron tiba tiba.Lolita yang hendak memejamkan mata, seketika menoleh ke arah Aron."Setelah kita berhasil memberi Kakek cicit, kita bercerai“ lanjut Aron menoleh ke arah Lolita yang terbaring di sampingnya.
"Okeh! tapi anak itu ikut Ibunya." Lolita mengulurkan tangannya ke arah Aron sembari tersenyum, sebagai tanda kalau Lolita menyetujui kesepakatan yang di rencanakan Aron.
Lolita berpikir, jika anak yang di lahirkannya ikut dengannya, sang Kakek pasti berpihak padanya, dan akan mewariskan lebih banyak harta kepadanya. Dan setelah itu, Lolita pikir dia tidak perlu bekerja lagi. Cukup Aron yang mati matian bekerja, dan hasilnya dia dan anaknya yang menikmati.
Aron tidak langsung menerima uluran tangan Lolita. Pria itu memicingkan matanya ke arah gadis itu, menelisik apa yang ada di pikiran gadis itu sehingga membuat gadis itu langsung setuju. Apa lagi Lolita yang meminta hak asuh anak padahal anak mereka belum lahir dan bahkan belum di cetak.
"Aku gak mau anakku di asuh Ibu tiri" ujar Lolita melihat Aron curiga padanya.
"Baiklah, tapi kapan kita mulai mencetaknya?. Aku rasa lebih cepat kita berhasil itu lebih baik. Dan kita tidak perlu berlama lama menjadi suami istri. Karena setelah kita bercerai aku akan segera menikahi Cila" ujar Aron tanpa perasaan. Di antara beberapa pacarnya, hanya kepada Cila, Aron serius.
Lolita mendengus dan memutar bola matanya.Tidak sakit hati sama sekali mendengar ucapan Aron barusan. Jika Aron akan mencampakkannya setelah mereka berhasil memberi Kakek Batara seorang Cicit. Dan Aron akan menikah dengan wanita lain.
"Apa di otakmu hanya ada kata mesum? Sabar kenapa?. Sebentar lagi waktunya aku akan datang bulan, itu artinya aku dalam keadaan tidak subur. Nanti saja setelah aku selesai bulanan, dan tunggu masa suburku biar cepat berhasil. Dan kita tidak perlu sering sering melakukannya. Dan ingat ya, setelah aku berhasil hamil, tidak ada lagi yang namanya melakukan hubungan suami istri" balas Lolita.
"Itu tidak masalah, aku bisa memintanya kepada pacar pacarku" Aron mengedikkan bahunya, acuh.
Dia memiliki banyak wanita, jadi Aron tidak perlu khawatir untuk urusan mahluk kecil peliharaannya itu.
Malam pun semakin larut, sepasang suami istri itu semakin lama ngantuknya semakin tak tertahan, sehingga tanpa sadar keduanya sudah tertidur pulas saling berpelukan. Sangat manis, bahkan kepala Lolita berada di atas lengan Aron, dan Aron mendekap tubuhnya sangat erat. Sehingga tak terasa pagi sudah menjelang.
Lolita yang terbangun dari tidurnya, matanya mengerjap saat merasakan bibirnya seperti di sedot sedot.
'Apa itu, masa iya itu tawon?' batin Lolita. Saat membuka mata seketika bola mata Lolita membola sempurna melihat wajah Aron sangat dekat di depannya dan ternyata yang menyedot bibirnya bukan tawon, melainkan bibir Aron.
"Sebentar aja" gumam Aron menahan kepala Lolita yang berusaha menjauh. Lolita meronta, dan memukul dada Aron di sampingnya. Membuat pria itu membuka mata dan berdecak kesal, karena Lolita sudah menghentikan mimpi manisnya.
Lolita menyorotnya tajam, tidak terima Aron melecehkannya seperti itu. Ini melanggar undang undang suami istri. Jika istri tidak mau, maka suami tidak boleh memaksa.
“Sepertinya kita harus membuat peraturan. Tidak ada cium cium, dan peluk peluk. Siapa yang melanggar, akan kena denda" cetus Lolita. Berpikir jika Aron telah memanfaatkan keberadaannya di kamar itu.
Aron memutar bola matanya malas, lantas kembali mencium bibir Lolita, tidak peduli wanita itu meronta ronta menolak ciumannya. Menurutnya Lolita terlalu jual jual mahal, padahal mereka suami istri, cepat atau lambat mereka pasti akan menyatu. Dan tindakan Aron mencium bibir Lolita, bukan sebuah kesalahan.
“Aron, kamu itu ya!. Bisa gak menghargai aku sedikit aja." kesal Lolita setelah Aron melepas ciumannya.
Aron malah terkekeh, setelah berhasil membuat wanita itu kesal. Wajah Lolita malah terlihat menggemaskan kalau sedang marah seperti itu.
"Gak bisa, aku gak bisa nahan kalau ada wanita di sampingku“ ujar Aron malah, membuat Lolita tambah kesal dan memukuli pria itu dengan bantal.
“Dasar cicak“ maki Lolita gemas. Rahang wanita itu mengeras ingin rasanya mengulek kepala Aron di atas ulekan cabe.
Hap!
Aron yang tidak tahan di pukuli, menangkap bantal itu dan membuangnya ke lantai. Kemudian menangkap tubuh Lolita dan membaringkannya kembali di sampingnya, melilit tubuh kurus itu dengan pelukannya.
"Lepasin!“ pekik Lolita tambah kesal.
"Gak mau" tolak Aron, semakin erat memeluk tubuh Lolita.
“Aroon!“
“Ssst! Diamlah."
"Aku gak mau sekarang, lepasin."
**
Keluar dari dalam kamar, wajah Lolita nampak cemberut, jalannya juga sedikit pincang. Entah apa yang dilakukan Aron pada wanita itu tadi subuh.
Sedangkan Aron yang berjalan di belakang Lolita, pria itu senyum senyum tidak jelas, meski wajahnya terlihat lelah dan lega sekalian.
Melihat sepasang suami istri itu, membuat para pembantu di rumah itu saling pandang dengan pikiran masing masing, kemudian tanpa di komando, para wanita jarang di belai suami itu sama sama tersenyum. Jadi tambah kangen suami di kampung, namun cuti lebaran masih lama.
"Lolita, kamu kenapa sayang?" tanya Ibu Erin yang sedang menghidangkan sarapan di meja makan. Pak Lingga dan Kakek Batara pun refleks menoleh ke arah Lolita dan Aron yang baru masuk ke ruang makan.
Lolita tidak menjawab, wanita itu semakin mengerucutkan bibirnya. Namun melihat rambut keduanya basah, dan Aron senyum senyum tidak jelas. Membuat ketiga orang tua itu menahan senyum, bisa menebak apa yang sudah terjadi dengan sepasang suami istri itu.
Jika Ibu Erin kembali ke dapur. Pak Lingga dan Kakek Batara mengalihkan pandangan mereka ke piring di depan mereka.
’Dasar anak muda' maki Kakek Batara dalam hati. Mengingat keduanya sama sama jual mahal di nikahkan. Eh! Ternyata langsung gercep juga mencetak cicit untuknya.
"Lolita, ayo duduk di samping Mama, sayang" ujar Ibu Erin yang sudah kembali dari dapur. Wanita itu melangkahkan kakinya ke arah Lolita yang masih berdiri di samping Aron, membawa menantunya itu ke samping kursi yang biasa di duduknya. Sambil tersenyum, Ibu Erin mengusap lembut rambut Lolita dari belakang. Tentu wanita itu senang, berpikir tak lama lagi dia akan mendapatkan cucu.
Melihat Lolita hanya diam saja, Ibu Erin pun mengisi piring di depan Lolita dengan nasi beserta lauk, kemudian menyuapkannya ke mulut menantunya itu dengan sayang.
“Mama suapin ya" ucap wanita paru baya itu dengan lembut.
Lolita tidak menjawab, namun mulutnya langsung terbuka menerima makanan dari tangan Ibu Erin. Sambil mengunyah makanan di mulutnya, Lolita menatap tajam ke arah Aron yang makan dengan lahap. Senyum pria itu masih merekah dari tadi, seperti orang yang sedang kasmaran, membuat Lolita tambah kesal setengah mati.
Bagaimana tidak kesal, tadi subuh Aron memaksanya, sehingga Lolita harus rela kehilangan keperawanannya. Rasanya Lolita tidak rela, tapi sudah terlanjur.
“Ehem! Aron.“
Mendengar namanya di sebut, Aron langsung menoleh ke arah sang Kakek. Begitu juga dengan Lolita, Ibu Erin dan Pak Lingga, sama sama menoleh ke arah Kakek Batara.
"Iya Kek, ada apa?" tanya Aron.
“Kakek ingin pensiun. Seperti Janji Kakek, Kakek akan menyerahkan jabatan Kakek sama kamu" ujar Kakek Batara.
Sontak membuat Aron menghentikan kunyahan di mulutnya dan menatap wajah Kakek Batara semakin intens. Tidak percaya, jika semudah itu Kakek Batara menyerahkan jabatan itu kepadanya. Hanya dengan menikah dengan Lolita.
Sedangkan Lolita yang tidak terima langsung protes, berdiri dari tempat duduknya.
"Kok gitu Kek?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments