Turun dari taxi yang mengantarnya, Lolita melangkahkan kakinya masuk ke rumah besar dan megah yang ada di depannya. Rumah itu bukanlah rumah orang tuanya, melainkan rumah Kakek Batara. Lebih tepatnya rumah yang akan di wariskan kepada Aron. Dan kini rumah itu akan menjadi tempat tinggal Lolita setelah menikah.
"Lolita, kalian sudah pulang, dimana Aron?.“
Lolita yang baru masuk ke rumah itu, langsung mengulas senyumn ke arah wanita paru baya itu. Tak lain wanita itu adalah Ibunya Aron, alias istrinya Pak Lingga.
“Tante" ucap Lolita.
Wanita paru baya itu pun menyambut Lolita dengan pelukan hangatnya.
“Panggil Mama dong. Kan udah jadi mantu di rumah ini" ucap Wanita itu ramah.
“Hehehe!“ Lolita menyengir.“ Iya ya, sekarang jadi mantu."
“Dimana Aron?." Wanita paru baya itu bertanya sekali lagi karena tidak melihat Aron.
Senyum Lolita langsung memudar, wajahnya cemberut dengan bibir mengerucut.“ Dia pergi ke rumah pacarnya."
Ibu Erin langsung saja mengeraskan rahangnya, gemas dengan tingkah anaknya itu." Anak itu" geramnya. Bagaimana tidak gemas, setelah menghabiskan malam pertama dengan menantunya, pria itu tega membiarkan pulang sendiri dan pergi ke rumah pacarnya.
“Setelah dia merenggut semuanya, dia...." Lolita tidak melanjutkan kalimatnya, gadis itu tiba tiba menangis terisak di pelukan sang mertua.
“Ada apa? Kenapa Lolita menangis?."
Mendengar suara Pak Lingga, Lolita melepas pelukannya dari Ibu Erin dan menghambur ke pelukan sang Paman yang sudah menjadi mertuanya itu.
"Paman hiks hiks hiks!" tangis Lolita lagi. Setelah ini berharap Aron akan mendapat hukuman dari sang Paman.
"Ssst! Tenanglah, Aron pasti pulang ke sini. Sekarang istirahatlah ke kamar." Pak Lingga mengusap usap lembut kepala Lolita, ponakan kesayangannya.
"Aron membiarkanku pulang sendiri, Paman. Dia lebih memilih mengunjungi pacarnya" adu Lolita. Padahal sebenarnya dia tidak peduli dengan Aron, terserah pria itu mau apa dan mau ngapain. Lolita hanya ingin menjatuhkan Aron di depan keluarganya, berharap Aron mendapat kemarahan dari Kakek dan orang tuanya.
"Tenanglah, kali ini Paman sendiri yang akan memberinya hukuman, karena sudah membuat keponakan Paman ini menangis.“
Di tempat lain, Aron sudah memarkirkan mobilnya di sebuah basement Apartement. Pria itu segera masuk ke dalam lif, untuk naik ke lantai atas. Sambil bersiul siul riang pria itu merapikan rambutnya, berkaca pada dinding ruangan segi empat yang mengantarnya ke lantai dimana sang pacar berada.
"Ternyata aku sangat tampan, pantas aja aku menjadi cowok rebutan" gumamnya bangga, tanpa menyadari seorang wanita mengulum senyum di belakangnya.
Aron memang tampan dengan tubuhnya yang tinggi, parasnya yang rupawan dengan kulit tidak terlalu putih, tapi terlihat bersih dan terawat. Senyumnya menawan dengan bibirnya yang tidak terlalu tebal dan tidak juga tipis. Giginya rapi, hidungnya mancung, alisnya hitam tebal dan rapi, sorot matanya nakal, dan Aron juga memilki pipi yang sedikit cabi yang di tumbuhi bulu bulu halus.
Aron terus memperhatikan penampilannya, dari atas hingga ke bawah, tanpa menyadari jika seorang perempuan memperhatikannya di belakang tubuhnya.
"Kamu ingin menemui Cila kan?" tanya wanita itu tersenyum.
Mendengar suara seorang wanita dari belakang tubuhnya, Aron yang sempat kaget langsung menoleh dan memutar tubuhnya ke arah wanita tersebut.
"Kok kamu tau?" Aron mengerutkan keningnya, heran.
“Aku sepupunya, dia pernah menunjukkan fotomu" jawab wanita itu.
“Oo!“ Aron mengangguk anggukkan kepalanya.
Wanita itu semakin mengulas senyumnya sembari memperhatikan wajah tampan Aron, benar benar sangat tampan.
“Bagaimana kalau aku menjadi pacarmu juga?."
Aron langsung menghela napas lemah mendengar pertanyaan wanita itu. Aron memang tidak heran lagi jika kaum wanita tidak bisa menahan diri jika bertemu dengannya. Selalu saja wanita yang menawarkan diri untuk menjadi kekasihnya.
“Kau serius?" tanya Aron memastikan wanita itu serius dengan perkataannya. Kalau Aron sih oke oke aja, yang penting baginya, wanita itu tidak pernah menuntutnya apa pun. Aron siap menjadi pacar wanita mana pun.
Wanita itu semakin mengulas senyumnya, langkahnya mendekati Aron, menjinjitkan kakinya untuk mengecup pipi Aron, namun gagal karena pintu lif tiba tiba terbuka.
"Aron, Kak Meta?"
Aron langsung memutar tubuhnya ke arah sumber suara yang sangat di kenalnya itu. Senyum pria tampan itu semakin mengambang melihat sang gadis kesayangan berada di depan mata.
"Cila, kamu mau kemana my darling.“ Aron melangkahkan kakinya keluar dari dalam lif, dan mendekati gadis berusia sembilan belas Tahun itu.
Cila adalah pacar kesayangan Aron, yang usianya paling muda di banding pacarnya yang lain. Wajahnya cantik dan imut, dan juga menggemaskan. Baik hati dan juga penurut, tidak pernah membantah apa lagi menuntut apa pun dari Aron.
"Aku udah nunggu dari tadi, tapi kamu gak datang datang" Rajuk wanita itu dengan bibir mengerucut.
"Aku minta maaf" ujar Aron memeluk leher gadis itu dari belakang, dan menuntunnya masuk ke apartement gadis itu, di ikuti Wanita bernama Meta itu dari belakang.
Sampai di dalam Apartement, tanpa permisi Aron langsung saja menyerang bibir Cila tanpa mempedulikan wanita yang mengikuti mereka itu. Membuat wanita bernama Meta itu terdiam ketar ketir di tempatnya berdiri.
'Ya Tuhan, dia sangat bringas' Meta menutup mulutnya tidak percaya. Pria itu benar benar tidak punya malu.
**
Malam hari Aron baru pulang dari Apartement milik Cila. Saat memasuki rumah, pria itu berjalan santai menaiki anak tangga seperti orang yang tak memiliki dosa.
"Aron!"
Langkah Aron terhenti mendengar suara sang Papa memanggilnya dari bawah tangga.
"Kamu gak lupa kan, kalau kamu sudah menikahi Lolita?“ tanya Pria paru baya itu menatap punggung putranya dari bawah tangga.
" Gak Pa, ingat banget malah, Lolita sudah menjadi istriku“ jawab Aron enteng setelah memutar tubuhnya ke arah Pak Lingga.
“Ingat Aron, Lolita itu sepupu kamu. Masih keluarga kita, putri dari Tante kamu sendiri. Pikirin perasaan Tante Aprilia jika ingin menyakiti Lolita?" ucap Pak Lingga lagi mengingatkan anak semata wayangnya itu untuk tidak menyakiti Lolita.
"Papa tenang aja gak perlu khawatir, Lolita itu gak punya hati, jadi dia tidak akan pernah yang namanya sakit hati. Dia kan siluman.“ Tak ingin mendapatkan kemarahan, Aron langsung berlari setelah mengatakan Lolita adalah siluman.
“Aron!“
Dan benar saja, Pak Lingga langsung mengeram setelah mendengar apa yang di katakan Aron. Anaknya itu benar benar tengilnya kelewat. Susah di ajak bicara serius, dan tingkahnya selalu bikin sakit kepala.
“Tenanglah Pa, mereka butuh waktu untuk berproses. Berjalan seiring waktu, aku yakin mereka pasti saling mencintai“ ujar Ibu Erin mengusap lembut lengan suaminya. Mengingat sebelumnya Aron dan Lolita saling menyayangi di masa lalu.
“Semoga saja Aron bisa meninggalkan kebiasaan buruknya, Ma." Pak Lingga menghea napasnya. Tidak habis pikir dengan jalan pikiran anak satu satunya itu, yang berprofesi sebagai play boy cap cicak. Mempunyai banyak wanita di luar sana. Dan bodohnya para wanita itu, mau maunya di jadikan mainan oleh Aron, hanya karena Aron tampan dan berduit.
Aron yang sudah menginjakkan kaki di lantai dua rumah itu, langsung membuka pintu kamarnya. Pemandangan Aron langsung tertuju ke arah ranjang, dimana seorang wanita di atasnya tidur lelap tidak memakai baju.
“Oh my God" gumam Aron, melihat itu tentu saja membuat mahluk kecil kesangannya meronta ronta. Aron pria normal, wajar jika melihat wanita seksi sesuatu langsung bereaksi dalam tubuhnya.
Setelah menutup pintu di belakangnya, Aron melangkahkan kakinya ke arah ranjang, tanpa aba aba menarik kasar selimut yang di timpa Lolita, sehingga membuat wanita itu berguling jatuh kelantai.
"Awu!" ringis Lolita kesakitan di bagian pantat dan punggungnya.
"Pakai bajumu kalau kau gak ingin kuhabisi di kamar ini" cetus Aron. Meski bergelar play boy cap cicak. Tapi Aron masih punya perasaan tak ingin memaksa Lolita melayaninya, meski sebenarnya Lolita sudah menjadi haknya. Aron masih ingat, jika Lolita adalah sepupunya, putri dari Tantenya sendiri yang sangat menyayanginya. Secara pisik, tidak mungkin Aron berani menyakiti Lolita, meski yang barusan dia lakukan adalah hal yang sudah membuat Lolita kesakitan.
"Aron!" teriak Lolita menyadari jika Aron lah yang menyebkannya jatuh dari atas tempat tidur.
Aron mengabaikannya, pria itu masuk ke dalam kamar mandi untuk mencuci muka, sikat gigi dan urusan kamar mandi lainnya. Setelah selesai langsung Aron keluar. Di lihatnya Lolita kembali berbaring di atas tempat tidur, tetap tidak memakai baju.
"Mancing mancing ini anak" gemas Aron, melihat Lolita tak mendengar ucapannya tadi. Aron pun mendekati tempat tidur dan langsung menindih tubuh Lolita yang terbaring tengkurap.
“Ikh! A- aron" suara Lolita tercekat karena menahan berat tubuh Aron di atas tubuhnya.
“Pakai baju atau kuhabisi“ ancam Aron sembari mengendus telinga Lolita dari belakang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments