Apa aku bisa hidup normal?

Suara pada layar monitor memecah kesunyian. Suara hembusan nafas yang teratur terdengar dari arah brangkar dan tubuh yang tertidur disebelahnya.

Pelan-pelan, Damar mengangkat dan memindahkan mama Erna ke sofa. Membenarkan posisi tidurnya dan membenamkan tubuh tua itu dalam selimut.

"Biar Damar yang gantian jagain ya, Ma" ucapnya lirih lalu berjalaj mendekati brangkar.

Matanya menatap sosok gadis yang sejak tadi hanya tidur itu. Wajahnya tidak terlalu cantik kulitnya bahkan tampak tidak terawat.

"Kamu nggak pake skincare ya, Neng. Nanti kalau kamu bangun aku hadiahin paket skincare aku deh. Dijamin sebulan aja kamu bakalan glowing! Bangun ya, Sayang. Makasi udah nyelamatin mama aku. Aku hutang budi sama kamu" ucap Damar dengan dialeg ala lady Amara seperti yang biasa diketahui oleh khalayak selama ini.

Siapa yang tidak kenal dengan lady Amara, wajahnya yang cantik, bodynya yang aduhai serta kesuksesannya dibidang kecantikan menghantarkan menjadi salah satu orang terkaya di negara ini.

Mata Arliana mengerjap, membuka kelopak netra itu dengan sangat perlahan. Silauan cahaya lampu membuat mata itu kembali menutup.

"Eh, kau sudah bangun" Damar yang sadar dengan gerakan Arliana menyambutnya dengan senyuman tulus

Arliana menatap sosok disebelahnya dengan kening berkerut.

"Kau sedang dirumah sakit sekarang. Terimakasih karena telah menyelamatkan mama ku." ucapan Damar membuat Arliana dapat menyimpulkan sendiri siapa sososk yang memenuhi penglihatannya kini

"Apa pelurunya sudah tidak ada lagi di dalam badanku?" Gadis itu meraba bagian tubuhnya yang tempo hari terkena tembakan

"Aau!" erangnya, saat jarum infus sedikit menusuk pergelangan tangan gadis itu karena bergerak tanpa memikirkan posisinya saat ini

"Hati-hati! Kau masih tidak boleh banyak bergerak, Sayang!" Damar mencoba menenangkan Arliana, membaringkan kembali tubuh pesakit itu dan membenarkan selimut yang menutupi setengah tubuhnya

Tatapan Arliana membuat Damar harus segera menjelaskan kondisinya. Laki-laki cantik itu menarik nafas terlebih dahulu.

"Peluru yang bersarang ditubuhmu sudah berhasil dikeluarkan beberapa jam yang lalu. Sayangnya aku tidak ingin menyimpannya sebagai bukti untuk ditunjukkan kepadamu" entah apa yang ada dalam pikiran Damar sehingga berkata seperti itu

"Ya ... Alhamdulillah. Saya juga tidak membutuhkan peluru itu, untuk apa? Menyimpannya sebagai kenang-kenangan!

Oh ... Ya, bagaimana keadaan ibu tadi? Apa mereka juga .... " Arliana tidak meneruskan pertanyaannya. Ngeri rasanya mengingat kejadian siang tadi

"Tidak, tidak! Mama saya baik-baik saja. Terimakasih karena sudah menyelamatkannya." Damar melihat kearah ibunya yang masih terlelap dalam mimpi. Arliana mengikuti kemana arah pandangan sosok cantik disampingnya itu

"Alhamdulillah .... " Arliana bernafas lega

"Tapi maaf ... Kau jadi kehilangan satu ginjalmu karena luka tembak itu cukuo dalam dan mengganggu fungsi ginjalmu" ucap Damar, terbesit rasa bersalah dalam hatinya

Arliana menutup mulutnya terkejut. Matanya mulai berkaca-kaca dan blash! Air mata tidak dapat ia bendung. Gadis itu menangis meratapi nasib malangnya

"Bagaimana ini! Apa aku bisa hidup normal? Apa yang bisa dilakukan orang sepertiku kalau hanya mempunyai satu ginjal saja. Aku ini hanya seorang pekerja diminimarket, tak jarang aku harus mengangkat beban yang berat saat bekerja.

Kau tamat, Arliana! Kau tidak akan bisa membahagiakan mamakmu" Gadis itu menyandarkan tubuhnya pasrah, seluruh tulangnya terasa lemas tak berdaya. Hiduo hanya dengan satu ginjal membuatnya membayangkan hal yang sangat menakutkan. Dia bukan gadis berpendidikan tinggi yang bisa mendapatkan pekerjaan senang seperti menjadi orang kantoran yang hanya duduk diam didepan monitor komputer atau apapun itu. Dia hanya gadis lulusan SMA yang hanya bisa mendapatkan pekerjaan kasar.

"Ada apa ini? Apa dia kesakitar, Nak?" mama Erna terbangun mendengar tangisan Arliana yang terdengar pilu

"Alhamdulillah ... Kamu sudah sadar, Nak" Mama Erna memeluk gadis itu. Arliana semakin terisak dalam pelukan tersebut

"Maafkan Mama, Sayang. Karena menolong mama kamu jadi seperti ini. Maaf .... " mama Erna sudah bisa menebak apa yang membuat gadis itu se-terpukul ini

"Kami akan bertanggung jawab terhadapmu, Nak. Kau akan tinggal dirumah kami. Dan kamu akan bekerja dengan kami" ucapan mama Erna membuat Damar menajamkan pandangannya

"Kau ingin jadi perawat jompo kan? Salah satu karyawan mini market yang katanya kerabatmu tadi cerita semuanya pada mama. Kau bisa memberikan nafkah pada ibu mu di kampung dengan gaji yang kau dapatkan dari bekerja dengan kami. Merawatku! Ya ... Mama ini sudah jompo kan?" mama Erna menatap Damar dengan tatapan penuh harap

"Hm ... Ya. Kau akan menjaga ibu ku. Ini bukan pekerjaan berat kan!" jelas Damar mengelus puncak kepala gadis itu, mama Erna menepis tangan itu dan memelototinya

"jangan asal menyentuhnya, dia ini gadis yang menjaga auratnya!" mata Mama Erna membulat

"Siapa namamu, Nak?" mama Erna membingkai kedua pipi gadis dalam dekapannya

"Arliana, Bu. Nama saya Arliana"

Terpopuler

Comments

White Rose

White Rose

hehe bukan muhrim damar

2024-04-22

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!