Suara langkah riuh bersatu dengan ban brangkar yang didorong cepat. Tubuh Arliana tampak sangat pucat. Gadis itu masih tak sadarkan diri.
"Tolong lakukan yang terbaik untuknya!" ucap perempuan tua itu, gamis dan jilbabnya sudah penuh dengan noda darah
Salah seorang polisi perempuan yang bersama waniya itu tampak menenangkannya.
"Ibu juga harus diperiksa, mungkin ada yang terluka" ucap polwan itu
"Saya baik-baik saja, tolong selamatkan anak-anak itu! Selamatkan dia!"
Suara langkah mengetuk-ngetuk lantai terdengar semakin jelas. Lady Amara dan asistennya sampai ke rumah sakit itu. Wajahnya tampak panik
"Mama! Mama baik-baik saja. Nggak ada yang luka kan, Ma?" Damar memeriksa seluruh tubuh mamanya, memeluk tubuh kuyu itu dengan penuh kecemasan.
"Mama baik-baik saja, Nak. Tapi gadis itu! Dia tertembak! Tolong selamatkan dia. Dia sudah nolongin mama. Jono! Kau harus temukan Jono, dia dalang dibalik semuanya, Nak. Jono menghianati kita! Mama benar-benar nggak nyangka. Hanya karena uang dia rela melakukan kejahan seperti ini! Apa salah mama? Kalau dia perlu uang tinggal bilang kan? Nggak perlu ngerampok dan berkhianat seperti ini ... Ya, Allah .... " Wanita tua lemas, tenanganya benar-benar terkuras hari ini. Dalam tangis dia terus memohon kepada Tuhan untuk memberikan kesembuhan kepada gadis muda yang berani menolongnya.
Dalam ruang operasi, peluru berhasil dikeluarkan dari tubuh Arliana. Kabar buruknya tembakan itu mengenai ginjal sebelah kirinya sehingga dokter harus segera mengambil tindakan pengangkatan.
Setelah melewati beberapa jam, lampu operasi pun padam.
Arliana dipindahkan ke ruangan lain. Mama Erna yang sudah berganti pakaian kekeh ingin berada disana menjaga Arliana sampai gadis itu sadar. Meskipun Damar terus membujuk mamanya agar pulang dan beristirahat tapi wanita tua itu tidak mau.
Akhirnya mereka berdua, ralat bertiga dengab asisten Damar berada diruangan nyang cukup besar tersebut.
Para karyawan minimarket sempat menjenguk Arliana termasuk laki-laki yang dipanggil Bapak oleh gadis itu. Tapi mereka juga harus pulang karena malam mulai larut.
"Damar!"
"Iya, Ma"
"Bagaimana perkembangannya? Apa Jono dan komplotannya sudah ditemukan?"
Damar dan Amel sang asisten saling tatap. Amel menggelengkan kepala.
"Pokoknya cari dia! Mama nggak mau tau. Jono harus dihukum seberat-beratnya. Dia sudah merusak kepercayaan kita bahkan sudah membuat gadis itu hampir mati! Dan ... Dia sekarang hanya hidup dengan satu ginjal" Mama Erna menatap Arliana lekat, menggenggam lengan gadis yang masih belum sadarkan diri itu.
"Bangun, Nak. Mama mohon" ucapnya menangis. Pilu rasanya, apalagi setelah mama Erna mengetahui Arliana adalah seorang perantau dan hanya memiliki ibu jauh di luar pulau jawa. Bagaimana nanti kedepannya, sedangkan dia tau orang yang hanya hidup dengan satu ginjal akan rentan terganggu kesehatannya jika bekerja berat
"Besok Damar akan ke kantor polisi untuk memastikan kasus ini harus di usut tuntas, Ma. Sekarang mama tidur ya. Mama juga harus istirahat" bujuk Damar, laki-laki yang biasa diluar memakai hils ini kini hanya menggunakan sendal jepit dengan hodie dan celana jeans membingkai tubuhnya.
"Mama tidur disini saja. Amel pulang lah, sudah sangat malam" pandangan mama Erna beralih pada asisten sang anak.
"Iya, Bu. Kalau begitu Amel pamit" gadis itu mencium tangan mama Erna dan pergi meninggalkan ruangan vvip tersebut
"Damar sudah shalat Isya?" tanya mama Erna setelah Amel benar-benar meninggalkan ruangan itu
"Belum, Ma"
"Ambil wudhu gih! Mama tunggu disini, kita shalat sama-sama. Mama sudah lama nggak berimam shalat sama Damar" ucapan mama Erna barusan membuat Damar tertegun
"Shalat sendiri saja ya, Ma. Damar mau ngevape dulu di luar" tolak laki-laki cantik itu halus
"Ya udah sana keluar dulu. Nanti kalau sudah selesai masuk. Mama tunggu" jawab mama Erna tak terbantah
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
White Rose
damar tobat damarrr,, balik Jalan yg benarr
2024-04-22
0