...•••••••••••••••...
...Larutnya malam telah melarutkan semua asa yang kumiliki..........
...••••••••••••••••...
...***...
Arinta merapatkan cardigan putih yang ia kenakan. Cewek itu berdiri didepan toko roti tempat ia bekerja sambil menunggu ojek online yang telah dipesan beberapa menit yang lalu. Sebenarnya Arinta sedikit was-was, sebab baru kali ini ia menggunakan jasa ojek online. Karena setelah mengantarkan ia bekerja tadi, Gina langsung pulang. Sahabatnya itu harus menjemput Papanya yang baru pulang dari Dubai. Jadi berakhir Arinta yang menunggu disini, ditemani langit malam yang terasa sangat dingin.
Cling
Arinta melihat layar ponselnya yang menyala menampilkan notifikasi dari ojek online yang ia pesan. Setelah membaca pesan yang dikirim si tukang ojek tersebut, Arinta menghela nafas kecewa. Driver ojol itu menolak pesanannya.
Kemana lagi Arinta harus mencari tumpangan dimalam hari begini. Tidak mungkin ia memberhentikan pengendara dijalan raya. Bisa masuk kantor polisi dirinya setelah itu.
Arinta membalikkan badannya menatap toko yang sudah gelap dan sunyi itu. Seluruh karyawan Nana bread's sudah pulang sejak tadi. Dan Arinta yang pada dasarnya terlalu introvert sulit untuk meminta tolong kepada teman seprofesi-nya. Salahkan ia yang menolak tawaran Rian untuk pulang bersama tadi. Tapi jika Arinta menerimanya pun, ia tidak yakin jika tidak gemetaran selama perjalanan. Duh, jadi serba salah.
"Kok apes banget sih hari ini", gumam Arinta pelan. Daripada berdiri ditepi jalan seperti gembel, Arinta memilih membeli air mineral terlebih dahulu di sebuah mini market yang tidak jauh dari tempat kerjanya. Kenapa malam ini begitu terasa sunyi, bahkan didalam mini market hanya ada dirinya dan dua orang penjaga kasir. Arinta jadi merasa hidup didunia antah berantah yang hanya ada dirinya sendiri.
"Terima kasih, silahkan datang kembali", Arinta menganggukkan kepalanya dan tersenyum kaku. Lalu keluar dari mini market dengan kantung belanja yang berisi air mineral dan beberapa camilan untuk dirinya dan kedua adik kembarnya.
Arinta berjalan menuju halte bus, yang tidak ada siapapun disana. Kemana semua penghuni bumi, apa sudah berubah menjadi makhluk nokturnal yang tidak bisa berkeliaran dimalam hari.
"Duh, hujannya dipending dulu bisa nggak sih?", Arinta menatap bulan yang sudah mulai tertutupi oleh awan hitam. Pantas saja malam terasa begitu dingin dan sunyi. Ternyata sang hujan ingin menumpahkan segala keluh kesahnya.
Arinta menatap kearah jalan yang biasa dilewati bus, tapi sepertinya tidak ada tanda-tanda angkutan umum itu untuk datang. Sementara hari sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, dan itu tidak bagus untuk ia yang notabenenya adalah perempuan lemah.
Arinta menoleh ke minimarket tadi dan ia melihat laki-laki yang berjalan sempoyongan baru keluar dari sana.
"Eh, itu dompetnya jatuh", gumam Arinta pelan sambil memandangi laki-laki yang sudah masuk kedalam mobil.
Dengan keberanian yang dimilikinya, Arinta berjalan kearah mobil tersebut dan mengambil dompet kulit berwarna coklat gelap itu. lalu dengan gugup Arinta mengetuk kaca jendela mobil berwarna hitam tersebut.
Tok tok tok
Kaca jendela terbuka setengah dan menampakkan sepasang mata yang dihiasi dengan bulu mata yang lentik. Tetapi pandangan itu sedikit berbeda.
Kemudian Arinta mundur ketika merasa ada yang aneh dengan tatapan itu. Belum sempat Arinta berbalik badan, tangan kekar itu lebih dulu menarik tangannya dan membuat Arinta jatuh kedalam pangkuan cowok yang berada didalam mobil tersebut.
Arinta memejamkan matanya dan ketika ia ingin berteriak minta tolong, cowok tersebut lebih dulu membungkam mulutnya dengan sesuatu yang basah dan kenyal.
Sontak Arinta membuka matanya lebar-lebar, dan ia merasa dunia berhenti seketika. cowok itu....
Rea....gan?, batin Arinta terkejut. Cowok yang sedang memagut ganas bibirnya sekarang adalah cowok yang sangat ingin dihindarinya.
Arinta mencoba berontak dengan memukul kuat kedua dada Reagan. Tetapi apalah daya, ia hanya gadis lemah yang tak mampu melindungi dirinya sendiri.
"Lep-pas", Arinta mendorong kepala Reagan yang sedang mendekap erat dadanya.
Reagan yang sedang gelap mata pun langsung menghempas tubuh Arinta kekursi disamping pengemudi. Kemudian cowok itu menutup pintu mobil dan menguncinya, agar Arinta tidak bisa keluar. Reagan menancapkan gas dengan kecepatan tinggi, dan itu membuat Arinta mati ketakutan. Untung keadaan jalan sedang sepi, sehingga tidak akan memakan korban jiwa. Tetapi itu tidak menguntungkan untuknya.
"Turunin aku!", Arinta mencoba sekuat tenaga membuka pintu mobil yang berada disampingnya.
Sementara itu Reagan tidak mempedulikan apa yang dilakukan oleh Arinta. ia memejamkan matanya sejenak ketika merasakan gejolak itu datang. Reagan mengumpati kebodohannya yang menerima minuman dari bartender wanita di bar tadi tanpa memeriksanya terlebih dahulu. Dan, sialnya semua kawan laknat nya itu malah menyodori ia kepada tante-tante girang yang ada disana. Dasar kawan tak ada akhlak.
Arinta semakin takut ketika Reagan menghentikan mobilnya disebuah gang yang sepi. Sekali lagi ia mencoba kembali untuk membuka pintu mobil, tapi nihil. Pintu itu tertutup dengan rapat tanpa celah. Sedangkan mengalahkan Reagan yang notabenenya sama-sama manusia saja ia tidak bisa. Apalagi mengalahkan besi berjalan tersebut.
"Tolong lepasin aku, biarin aku turun", mohon Arinta sambil menyatukan kedua tangannya didada.
Tapi lagi-lagi Reagan menulikan telinganya, ia perlahan mendekat kearah Arinta, dan itu membuat gadis yang belum genap berusia tujuh belas tahun itu gemetaran.
"Ka-kamu mau ngapain?", Arinta menyilangkan kedua tangannya didada sebagai respon perlindungan utama dari tubuhnya. Kemudian Arinta perlahan mundur ketika merasa Reagan semakin mendekat.
Reagan mengangkat dagu Arinta dan mencengkeramnya ketika Arinta berusaha memberontak. Lalu Arinta menggelengkan kepalanya, "Jangan" cicitnya pelan.
"Sorry", lirih Reagan sambil menahan sesuatu didalam tubuhnya. Cowok itu tau jika tindakannya ini salah, tapi hasutan setan lebih menguasai dirinya sekarang. Reagan kalah. Ia kalah dalam mengendalikan dirinya sendiri.
Arinta kembali menggelengkan kepalanya, "Jangan, aku mohon", ujarnya bercampur isakan tangis.
Tanpa mempedulikan permohonan Arinta. Reagan mencium habis bibir gadis yang sebentar lagi berubah menjadi wanita itu. Arinta memberontak, mencoba memberi perlawanan terhadap Reagan yang sudah menjelajahi area lehernya,"Hiks, aku mohon. Jangan", lagi-lagi permohonan pilu Arinta tidak dihiraukan oleh Reagan.
"JANGAN!", Arinta menjerit ketika sesuatu yang seharusnya ia berikan kepada suaminya kelak, telah direnggut secara paksa oleh laki-laki yang paling tidak ingin ditemuinya di Allandra itu. Setelah ini dimana pun ia berada, Arinta tidak ingin melihat laki-laki itu lagi. Ia tidak ingin melihatnya. Arinta telah membenci Reagan sampai ke tulang-tulangnya.
Air mata Arinta turun bersama dengan turunnya sang hujan. Sepertinya langit tau jika malam ini ia akan menghabiskan seluruh air matanya, makanya hujan hadir untuk menyamarkan tangisannya. Tapi kali ini ia benci malam, dan ia benci hujan.
Arinta membenci hari ini. Dirinya membenci segalanya. Tidak ada yang mendengar tangisan pilunya. Tidak ada yang memperdulikan permohonannya.
Dimalam yang larut dan ditengah hujan yang mendera. Arinta sudah kehilangan segalanya. Mimpinya, hidupnya, dan kesuciannya yang telah diambil paksa oleh cowok yang bernama Reagan Zarvio Allandra. Cowok yang akan ia benci seumur hidupnya.
"Aku benci kamu........"
...~Rilansun🖤....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Edah J
like like like sekebon yg luas buat ka author Rilansun😘
2023-01-18
0
mojang banten
waw. aku suka..lanjut
2021-06-02
1
Wulandari
sukaaa
2020-12-18
1