...••••••••••••••••...
...Malam itu misterius, tetapi sangat memukau kan setiap mata yang memandangnya.........
...•••••••••••••••••...
...***...
Dibalkon kamarnya Reagan memandang langit malam yang indah diatas sana. Langit malam memang gelap tapi ia memiliki bulan yang cerah, dan beribu bintang yang berkelap-kelip indah. Tuhan itu memang adil, ia tak mengizinkan sang malam sendirian maka dari itu ia menciptakan bulan dan bintang untuk menemani nya.
Cowok blasteran indo-Australia itu memejamkan matanya, merasakan hembusan angin yang menyapa pelan wajah tampannya. Hari ini malam terasa begitu dingin, tapi itu tak menutupi semua keindahan yang dimiliki sang malam. Menurut Reagan, malam itu misterius tetapi sangat memukau.
Reagan membuka matanya ketika ia merasa lupa akan sesuatu. Cowok itu memandang lama kearah bulan, berharap itu dapat mengingatkannya pada satu hal tersebut. Reagan berdiri ketika ia sudah tahu apa hal yang ia lupakan itu. Kemudian ia berlalu masuk kedalam kamarnya, dan mengobrak-abrik tempat baju kotor.
"Ck, kemana sih baju gue?", Reagan keluar dari kamarnya dan menghampiri Bik Surti diruang laundry rumahnya. Reagan melihat Bik Surti yang sedang memilih-milih pakaian kotor yang hendak dicuci.
"Bik!, keranjang dari kamar aku yang mana?", Reagan bertanya sambil mengamati semua keranjang yang ada disitu.
Bik Surti membalikkan badannya dan sedikit terkejut ketika melihat anak majikannya itu.
"Eh, Mas Reagan toh. Keranjang dari kamar Mas Reagan yang ini", ujar wanita paruh baya tersebut sambil menunjuk keranjang berwarna biru.
Tanpa aba-aba Reagan langsung membongkar semua isi keranjang dan mencari seragam sekolah yang ia kenakan tadi. Setelah dapat, Reagan merogoh saku seragamnya, dan mengambil sesuatu yang berada didalam sana.
"Apa itu?, surat cinta ya?", goda bik Surti ketika melihat secarik kertas yang dipegang Reagan.
Cowok itu menaikkan sebelah alisnya, lalu menatap Bik Surti dan kertas yang dipegangnya secara bergantian, "Enggak", jawabnya singkat. Setelah mendapat apa yang diinginkan, lantas Reagan pergi tanpa pamit dari ruangan tersebut.
Bik Surti yang melihat sikap Reagan barusan menggeleng-gelengkan kepalanya, "Ayah sama anak sama aja", gumamnya dan melanjutkan tugasnya kembali.
...***...
Reagan duduk diatas tempat tidurnya sambil membaca tulisan yang ada didalam kertas yang ia dapatkan di kantin tadi.
...Tuhan tahu jika tidak semua orang suka dengan matahari, maka dari itu Dia juga menciptakan malam. tapi kau tidak bisa terus bersembunyi dari terangnya mentari karena pada hakikatnya matahari tetaplah sumber kehidupan. sedangkan malam, ia hanya menjadi pelarian disaat orang-orang merasa lelah dan ingin beristirahat. seindah apa pun langit malam, ia akan hilang setelah fajar tiba. tapi aku tetap menyukai malam, karena hanya pada saat itulah aku mampu menatap dunia luar secara gamblang tanpa harus menunduk. lagipula aku tidak suka menyukai apa yang disukai banyak orang. malam itu gelap, tapi ia mendamaikan setiap mata yang memandang....
...Deltava...
Reagan mengernyitkan dahinya, "Deltava?", cowok itu merasa pernah melihat kalimat tersebut. Tetapi di....
"Ah, iya. Gadis cupu", gumam Reagan ketika ia mengingat jika kalimat tersebut adalah nama belakang dari gadis yang menabraknya tadi pagi. Gadis yang selalu menundukkan kepalanya ketika berjalan, gadis yang digadang-gadang menjadi siswi tercupu dan kutu buku di Allandra.
Drrt drrt
Reagan menatap ponselnya yang berada diatas nakas bergetar, lalu ia mengambilnya dan melihat nama yang tertera dilayar ponselnya. Reagan menghela nafas ketika tau siapa yang menelponnya.
" Hmm, kenapa?", tanya Reagan cuek sambil menyimpan kertas tersebut didalam laci nakas disamping tempat tidurnya.
"Join sama kita yok", ajak Revo dengan suara berisik mendominasi diseberang sana.
Reagan memutar kedua bola matanya. Ia tidak bodoh, ia tau dimana kawan kurang ajar nya itu berada.
"Males", balas Reagan datar, dan ia memilih menghempaskan badannya diatas kasur.
"Ah, enggak asik lo. Ayolah bro, sekali aja" , bujuk Revo.
"Gue besok ada briefing sama anak-anak Rev", jelas Reagan sambil memejamkan matanya.
"Ck, sekali aja Ketos. Biar lo bisa lihat dunia itu luas Reagan. Lagipula lo kan pdkt sama tuh anak baru. Traktir kita-kita lah, pelit amat lo. Bangkrut bokap lo baru tau rasa", sarkas Revo dari seberang sana.
"Bokap dirumah", jawab Reagan. Sebab jika Ayahnya itu sedang berada dirumah, mustahil kalau ia bisa melangkahkan kakinya keluar. Ayahnya itu begitu possesive. Pria itu selalu menganggap Reagan itu anak kecil, dan yang paling membuat cowok itu jengkel adalah disaat Ayahnya mengirim begitu banyak Bodyguard untuk menjaganya, seperti anak cewek.
"Ah, payah lo. Pokoknya gue enggak mau tau, dua puluh menit lagi lo harus udah sampai disini. Tempat biasa ya", belum sempat Reagan protes. Sambungan sudah lebih dulu diputus oleh Revo dari seberang sana.
Reagan menatap horor layar ponselnya yang telah mati, "Revo Bangs*t!", umpatnya dan berjalan menuju walk in closet. Dimana tempat yang paling ia benci didalam kamarnya.
Salahkan Ayahnya yang mendesain kamarnya itu. Menurut Reagan itu terlalu berlebihan, cukup beri ia lemari pakaian saja, tanpa harus membuat ruang khusus untuk mengganti pakaian. Buang-buang duit. Bahkan kata sang Bunda dulu Ayahnya ingin mengecat dinding kamar Reagan dengan warna pink menyala, dan untung saja langsung disergah oleh sang Bunda. Tetapi Ayahnya selalu menganggapnya anak cowok yang cantik, waktu kecil saja ia selalu di panggil Rere oleh laki-laki yang membuatnya berada didunia ini. Menyebalkan.
Reagan memakai jaket bomber biru metalik dipadukan dengan jeans berwarna hitam dan sneakers hitam bergaris putih kesukaannya. Ia turun dari tangga dan mendapati sang Bunda yang sedang bersantai didepan televisi ruang keluarga.
"Bun", panggilnya sambil mencium pipi sebelah kanan wanita yang telah melahirkannya itu.
Renata mengelus dadanya kaget. Putranya itu memang persis seperti jelangkung, "Mau kemana kamu?", tanyanya sambil mengamati penampilan anak cowok satu-satunya tersebut.
"Bun, Ayah dimana?", tanya Reagan setelah melihat tidak ada tanda-tanda kehadiran sang Ayah. Biasanya Ayahnya itu tidak pernah lepas dari sang Bunda. Dimana Bundanya berada pasti disitu ada Ayahnya. Dan jika Ayahnya ada, pasti ia sudah ditabok habis-habisan karena berani mencium pipi istri tercintanya. Ayahnya itu begitu possesive dan cemburuan.
"Ayah kamu ada meeting dadakan diluar kota", jawab Renata kesal mengingat suaminya yang pergi tanpa membawanya kali ini. Kan ia takut suaminya digondol kucing garong diluaran sana. Mana kejadian itu lagi marak-maraknya lagi. Bukannya ia tidak percaya, tapi ia pernah mendengar, se-setia apa pun seorang suami, jika disuguhkan sesuatu yang bagus lagi baru pasti ia akan tergiur, karena itu sudah suatu sifat alamiah dari seorang laki-laki.
"Kalau gitu aku pergi keluar ya Bun", ujar Reagan. Ia tau jika sang Bunda sedang galau saat ini, tapi jika ia tidak pergi. Maka ia akan dijadikan bahan bullyan oleh teman-teman kurang ajarnya itu.
"Mau kemana?, ketempat macam-macam ya kamu?", Renata menatap Reagan dengan tatapan intimidasi. Tapi itu tidak berpengaruh, karena bukan Reagan namanya, kalau ia tidak bisa bersikap santai dan tenang.
"Enggak kok."
"Seriusan?", Renata memicingkan matanya mencari kebohongan dari putranya itu. Namun nihil, Reagan itu terlalu pandai dalam mengendalikan ekspresinya
"Serius Bunda", Reagan mencium sekali lagi pipi Renata, agar bundanya itu luluh dan mengizinkannya untuk pergi.
"Yaudah, tapi jangan pulang malam-malam. Bunda takut sendirian", Renata mencebikkan bibirnya kesal. Sudah ditinggal oleh suami, ditinggal anak pula. Ini adalah hari tersial.
"Hmm, aku pergi dulu. Bunda hati-hati dirumah", pamitnya.
"Iya-iya", jawab Renata kesal.
Reagan langsung bergegas keluar dari rumahnya dan menatap langit malam yang masih terang disinari bulan. Lalu ia menghidupkan mobilnya, dan setelah gerbang hitam yang menjulang tinggi tersebut terbuka ia lantas menancap gas meninggalkan pekarangan rumahnya.
Reagan memilih mengendarai mobil yang merupakan hadiah yang diberikan oleh Ayahnya, tapi jarang sekali digunakannya. Karena Reagan lebih suka mengendarai motor sport biru metalik kesayangannya. Namun, untuk malam ini ia berjaga-jaga. Mana tau kawan-kawan kurang ajarnya itu mabuk, maka tidak akan merepotkannya untuk memesan taksi online. Itu hanya akan membuang-buang kuota paket dan duitnya.
...~Rilansun🖤...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Ersa
ada2 aja ayahnya Rere eh Reagen 🤭
2023-08-13
0
Edah J
Emang ya sultan mh bebas mau pake kendaraan apa tinggal pilih😁
2023-01-18
0
Fakhriani Nur
mampir thor mg tdk mengecewakan
2021-06-01
1