Keesokan harinya, di kelas, sensei (guru) sudah masuk ke dalam kelas dan mulai mengabsen murid murid, setelah beberapa murid di panggil,
“Eiyama Satoru.....Eiyama Satoru....tidak ada ya.”
“Sreeg.” Pintu kelas di buka, Satoru yang terengah engah masuk ke dalam kelas dan langsung duduk di kursinya yang berada di dekat jendela.
“Hadir sensei....” Satoru langsung mengangkat tangannya.
“Kamu terlambat....berdiri di depan....cepat.” Teriak sensei.
“Baik sensei.” Ujar Satoru.
Dia berdiri dan berjalan ke depan melewati teman teman sekelasnya, dia berdiri di sudut paling depan tempat murid yang di hukum. Sensei melihat ke arah wajahnya,
“Kenapa wajahmu, siapa bilang kamu boleh pakai hoodie di dalam kelas hah ?” Tanya sensei.
Satoru membuka hoodie nya dan memperlihatkan perban di kening dan pipi nya kepada sensei.
“Saya jatuh dari sepeda sensei....” Ujar Satoru.
Seluruh teman sekelas yang mendengarnya tahu kalau alasan wajah Satoru bonyok adalah karena di pukuli, mereka diam saja tidak menggubris perkataan Satoru dan tidak melaporkan kejadian yang sebenarnya pada sensei supaya tidak menjadi sasaran seperti Satoru oleh para pemukulnya kemarin.
“Ya sudah...berikutnya...” Ujar sensei.
Setelah seluruh teman sekelas di absensi, sensei mempebolehkan Satoru duduk kembali dan mengikuti pelajaran. Ketika kembali ke meja, barulah Satoru menyadari kalau mejanya penuh dengan tulisan yang bertuliskan “Stalker mati.” Di tambah caci maki lainnya. Di laci mejanya juga penuh sampah yang sepertinya sengaja di masukkan ke dalam oleh seseorang.
Satoru melirik melihat beberapa orang yang memukuli dirinya kemarin menoleh melihat dirinya sambil tersenyum sinis. Tapi karena Satoru berwajah kaku tanpa ekspresi, beberapa orang yang kemarin memukulinya malah kesal sendiri karena Satoru di anggap tidak terpengaruh oleh lelucon mereka.
Dengan santai, Satoru mengeluarkan kain dan menghapus tulisan di mejanya kemudian menaruh tasnya di samping tempat duduk. Setelah itu dia mengeluarkan buku bukunya dan mengikuti pelajaran seperti tidak ada sesuatu apapun yang terjadi, tentu saja beberapa orang yang melihatnya malah menjadi semakin geram. Satoru mengetahui dirinya menjadi sorotan. Dia tetap tenang berusaha tidak memperhatikannya.
*****
Jam makan siang, ketika Satoru bersiap untuk keluar dan merapihkan buku bukunya di dalam tas, beberapa orang yang memukulinya menghampirinya,
“Hei...mana uangmu.....” Ujar seorang pria bertubuh besar dan berambut cepak.
Tanpa menjawab, Satoru membuka tasnya dan mengambil uang kemudian memberikan pada pria itu. Setelah itu, Satoru berdiri dan melangkah keluar dari kelas meninggalkan para pria yang kesal karena Satoru menuruti permintaan mereka dengan santai dan wajah tanpa ekspresi membawa tasnya.
Semua murid teman sekelas atau dari kelas lain menghindar ketika Satoru melewati mereka menuju ke kantin, alasannya karena Satoru adalah objek pembullyan, mereka tidak mau mengalami nasib yang sama.
Selesai membeli makanan, Satoru naik ke atap, dia membuka pintu kemudian keluar ke dak atap yang luas, dia bersender di sebelah pintu dan duduk untuk makan bekal yang sudah dia beli di kantin.
“Hei....” Tegur seorang gadis.
Satoru tahu dia tidak sendirian di atap, dia tetap makan roti yang dia beli dengan tenang sambil melihat ke langit di atas. Tiba tiba wajah seorang gadis cantik yang berambut pendek dengan mata kiri di perban dalam posisi terbalik berada di hadapan nya. Satoru menarik nafas dan menghembuskannya,
“Ada apa Aya ?” Tanya Satoru.
“Hehe....aku mau makan bersama kamu Satoru...” Jawab Aya.
Kemudian Aya bersalto turun ke bawah, dia duduk di sebelah Satoru. Aya membuka bekalnya dan mulai menyantapnya, Satoru melirik melihat Aya yang bertubuh seksi tapi sedikit kurus dengan bilur bilur lebam menghiasi tubuhnya, di lehernya ada lebam berwarna biru dan terlihat masih baru berbentuk seperti jari tangan seseorang, sebuah perban di tempel di pipinya dan matanya.
“Mama mu lagi ?” Tanya Satoru.
Aya tidak menjawab karena mulutnya sedang penuh, tapi dia mengangguk dan tersenyum melihat Satoru. Keduanya kembali diam dan menikmati makanan masing masing.
“Kamu sendiri ? gara gara si Kido ?” Tanya Aya.
“Ya...seperti biasa...” Jawab Satoru.
“Hmm...begitu ya...” Balas Aya.
Walau tubuhnya terlihat banyak luka dan penuh lebam, Aya selalu terlihat ceria, dia sering dan selalu menghibur Satoru walau wajah Satoru selalu tetap tanpa ekspresi apapun, tapi jika di depan orang lain, Aya tidak pernah tersenyum sedikitpun, dia hanya tersenyum dan pecicilan di depan Satoru.
“Pulang sekolah mau jalan jalan ?” Tanya Aya.
“Mau kemana ? nanti kamu di hajar lagi sama mama mu...” Jawab Satoru.
“Tidak masalah, aku tinggal ke tempat mu saja hehehe....” Balas Aya.
“Aku harus bekerja....” Balas Satoru.
“Yaaah...sayang sekali, tapi tidak apa apa lah....aku pulang saja...” Balas Aya.
Keduanya kembali terdiam dan menikmati makanan mereka sambil melihat langit yang biru dan awan awan putih di langit,
“Kamu masih kerja sama polisi itu ?” Tanya Aya.
“Masih...” Jawab Satoru.
“Kalau di pub itu ?” Tanya Aya.
“Masih....” Jawab Satoru.
Tiba tiba Aya berdiri, dia langsung berbalik dan berdiri di depan Satoru sambil bertolak pinggang menunduk melihat wajah Satoru.
“Aku mau kamu bersamaku malam ini...aku menginap ya....mama ku membawa laki laki pulang dan aku tidak mau bersama mereka....” Ujar Aya.
“Tapi...aku harus kerja....” Balas Satoru.
“Huuuh...ya sudah baiklah....” Aya kembali duduk tapi kali ini di pangkuan Satoru.
“Lehermu....” Ujar Satoru yang melihat jelas lebam di leher Aya.
“Oh ini ? pria yang di bawa mamaku yang melakukan ini padaku....” Ujar Aya menunduk.
“Kamu tidak apa apa ?” Tanya Satoru.
“Menurutmu ?” Tanya Aya.
Satoru mendekap tubuh Aya yang duduk di depannya dan menempelkan dagunya di bahu Aya yang juga memegang tangannya.
“Baiklah, hari ini aku libur....” Balas Satoru.
“Asiiik...terima kasih....Satoru...hik...hik...terima kasih....” Balas Aya yang mulai menitikkan air mata.
Satoru semakin erat mendekap tubuh Aya di depannya yang menitikkan air mata. Bagi Satoru, Aya adalah sahabatnya yang tidak tergantikan, karena dari sejak smp hanya Aya lah yang mengajaknya bicara dan akhirnya menjadi ingatan awal baginya.
“Kamu sudah ingat sesuatu ?” Tanya Aya.
“Belum....aku tidak ingat apa apa sebelum smp kelas 2.” Jawab Satoru.
Aya menaikkan tangannya dan memegang pipi Satoru yang menempel di bahunya, kemudian Aya menoleh melihat wajah Satoru.
“Matamu...masih sakit ?” Tanya Aya.
“Tidak, tapi kalau aku ingat sesuatu....iya.” Jawab Satoru.
Tiba tiba Aya berdiri dan berbalik menghadap Satoru sambil tersenyum lebar, kemudian dia merentangkan tangannya,
“Coba lihat, isi hatiku seperti apa hehe...” Ujar Aya.
Satoru melihat dan menatap Aya yang berdiri di depannya, dia melihat ada seorang Aya lagi di sebelahnya dan ada sebuah layar menempel di dadanya dengan banyak tulisan kecil kecil yang isinya, “Aku mau mati...aku sedih...aku tidak ingin hidup...aku ingin pergi jauh...aku mencintai Satoru...aku ingin bersamanya selalu dan lain sebagainya.” Satoru berdiri dan memeluk Aya.
“Hehe kamu lihat ya...dasar curang.” Ujar Aya sambil memeluk Satoru.
“Ya....aku lihat semuanya.” Balas Satoru.
Mata Satoru yang berwarna hijau memiliki kelebihan, dia pernah memeriksakan ke dokter perihal matanya karena di minta oleh Rika, tapi hasil analisa dokter hanyalah kesalahan genetika kemungkinan Satoru keturunan orang asing, padahal tidak.
Ketika Satoru mengatakan kalau mata kanan nya bisa melihat isi “hati” dan “pikiran” orang lain ketika dia menatapnya, sehingga dia bisa mengetahui orang yang di lihatnya berbohong atau tidak, berpura pura atau tidak dan bagaimana kondisi hatinya, dokter malah tertawa dan tidak percaya padanya. Hanya Aya yang percaya padanya dan menanggapinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments