Pulang sekolah, Satoru dan Aya pulang bersama ke kuil kuno tempat Satoru tinggal, Aya terlihat ceria dan senang walau Satoru terlihat datar saja. Mereka berbelanja bahan makanan untuk makan malam mereka, sementara Aya berbelanja, Satoru mengeluarkan smartphonenya untuk mengabari pub kalau dia tidak masuk bekerja hari ini.
Setelah selesai berbelanja, keduanya langsung pulang menuju ke kuil. Begitu sampai di rumah bobrok di belakang kuil, Aya melihat ada sepasang foto di altar yang ada di dalam ruang tengah. Satoru menghampiri altar itu dan berlutut di depan foto.
Aya juga langsung berlutut di sebelah Satoru dan mereka mengatupkan tangan mereka di dada sambil memejamkan mata. Setelah selesai,
“Satoru, kalau aku taruh foto papaku di sini boleh ?” Tanya Aya.
“Silahkan saja....” Jawab Satoru.
Aya membuka tasnya, dia mengambil sebuah bingkai foto yang dia bawa karena memang dia dari awal sudah berencana mau menginap di tempat Satoru. Aya meletakkan fotonya di sebelah foto kedua orang tua Satoru.
Mereka kembali mengatupkan tangan dan berdoa. Setelah selesai, Satoru berdiri berjalan keluar dari pintu samping,
“Mau kemana ?” Tanya Aya.
“Menyiapkan bak mandi....” Jawab Satoru.
“Oh ya sudah...aku tunggu di sini ya....” Balas Aya.
Satoru keluar ke halaman samping, di sana ada sebuah sumur, dua buah tong besar dengan dua buah perapian di bawahnya. Dia membuka seragamnya dan tubuhnya yang kekar terlihat jelas, Satoru mulai menimba air untuk mengisi dua buah tong besar tersebut.
Aya mengintip nya dari balik pintu, dia melihat punggung Satoru yang penuh dengan bekas luka seperti di sabet oleh rotan yang sudah mengering dan menonjol keluar. Wajah Aya berubah menjadi sedih melihatnya,
“Apa yang terjadi dengan nya dulu....dia tidak ingat apa apa....aku harus menolongnya memulihkan ingatannya...sekarang sebaiknya aku bantu dia.” Ujar Aya dalam hati.
Aya menepuk kedua pipinya untuk memantapkan diri, kemudian dia berjalan keluar untuk membantu Satoru, dia juga membuka seragamnya supaya tidak basah dan hanya memakai pakaian dalam.
Satoru yang melihat Aya berdiri di sebelahnya melihat tubuh Aya di balik seragam yang penuh dengan bilur lebam yang sudah menghitam dan pergelangan tangannya yang penuh dengan goresan benda tajam.
Tapi ketika dia melihat wajah Aya, dia melihat Aya tersenyum kepadanya, akhirnya dia meneruskan menimba air dan mengisi tong besar untuk mandi. Setelah kedua tong penuh, mereka menyalakan perapiannya untuk memanaskan air di dalam tong. Kemudian Satoru mengisi dua buah ember dengan air sumur untuk membilas tubuh sebelum masuk ke dalam tong.
Sambil menunggu air menjadi hangat, mereka masuk ke dalam rumah. Di dalam keduanya berbincang bincang sambil melihat smartphone mereka. Tiba tiba smartphone Aya berbunyi, dia melihatnya dan ternyata yang menelponnya adalah mamanya, Aya tidak mengangkat teleponnya,
“Mama mu ?” Tanya Satoru.
“Iya....diamkan saja.” Jawab Aya.
Tak lama setelah telepon mati, sebuah pesan suara masuk ke smartphone Aya, dia langsung mendengarkan pesan suaranya,
“Hei kamu kemana, cepat pulang, sudah di tunggu...jangan sampai mama susul kamu ke sekolah.” Ujar mamanya.
Aya menaruh smartphonenya di meja, wajahnya yang sebelumnya ceria menjadi tegang dan tubuhnya gemetar, Satoru yang melihatnya langsung menghampirinya dan merangkul Aya,
“Tenang saja, kamu aman di sini...” Ujar Satoru.
“I..iya...terima kasih Satoru...” Balas Aya.
Sebuah pesan suara masuk lagi, karena sedang di rangkul oleh Satoru, Aya memberanikan diri menekan pesan itu untuk mendengarkan pesannya,
“Kamu tahu kan kalau sampai dia marah, dia bisa mencari mu ke seluruh kota...cepat pulang, jangan macam macam.” Teriak mamanya.
“Siapa yang mama mu maksud ?” Tanya Satoru.
“Pria yang dia bawa kemarin....dia mencekik ku semalam dengan maksud mau meniduri ku....tapi aku menendangnya kemudian lari dan semalam aku tidur di taman...” Jawab Aya.
“Begitu ya.....” Balas Satoru.
Tiba tiba Aya berbalik menghadap Satoru dan merangkul lehernya, kemudian Aya mencium Satoru. Setelah itu, dengan air mata berlinang dan tatapan mantap,
“Satoru, boleh aku minta tolong ?” Tanya Aya.
“Minta tolong apa.” Jawab Satoru.
“Ambil pertama ku....aku tidak rela kalau pertamaku di ambil oleh pria lain....tolong aku, aku mau kamu yang mengambil pertamaku.” Ujar Aya sambil menitikkan air mata.
Satoru terdiam, dia kembali “melihat” Aya menggunakan matanya dengan memandang wajah Aya di depannya. Ternyata Aya serius ingin memberikan “pertamanya” pada Satoru, tapi Satoru malah menjadi ragu, sebab setelah itu Aya berniat pulang ke rumahnya dan memenuhi tuntutan mamanya karena rasa kewajiban sebagai anak terhadap mamanya.
“Baiklah, tapi tidak sekarang...” Jawab Satoru atas permintaan Aya.
“Kenapa ? aku tahu, tubuh penuh lebam dan luka ini tidak menarik....aku tahu tamu tamu mu di tempat kerja memiliki tubuh yang jauh lebih menarik dariku...tapi aku hanya bisa sama kamu.” Ujar Aya sedih.
“Bukan itu alasanku, setelah kamu melakukannya dengan ku, kamu berniat kembali ke rumah mama mu kan ? aku tidak mau kamu seperti itu Aya.” Ujar Satoru.
“Lagi lagi curang...kamu mengintip hatiku dan pikiranku...curang...hik...hik...hik...terima kasih, Satoru. Aku takut...aku benar benar takut.” Aya menangis sambil memeluk Satoru di depannya.
Satoru mendekap tubuh Aya di depannya dengan erat, walau biasanya dia tidak punya perasaan dan dingin, tapi kalau bersama Aya dia bisa merasakan jantungnya berdetak walau wajahnya tetap kaku.
Setelah Aya tenang kembali, keduanya keluar lagi ke halaman belakang dan membilas tubuh mereka, kemudian mereka masuk ke dalam tong untuk berendam supaya tidak kedinginan di dalam rumah nanti dan tubuh mereka tetap hangat.
Selesai mandi, mereka masuk kembali ke dalam rumah dan mulai memasak makanan menggunakan kompor kecil di dalam rumah. Setelah itu mereka makan bersama sambil berbincang bincang. Selesai makan, Satoru berdiri mengambil kotak p3k nya,
“Aya, buka pakaian mu...” Ujar Satoru.
“Eh...mau melakukan itu ?” Tanya Aya.
“Bukan, aku mau merawat luka lukamu....” Jawab Satoru.
“Oh...kirain..hehe...” Balas Aya.
Aya menanggalkan pakaiannya sekaligus pakaian dalam nya, Satoru mulai mengoleskan salep khusus lebam di bagian punggung, perut, dada dan tangan Aya. Sementara itu, Aya melihat wajah Satoru yang serius sedang merawat dirinya.
“Seandainya selamanya bisa seperti ini....tapi aku tidak bisa melibatkan dia dalam urusanku...” Ujar Aya dalam hati sambil tersenyum sedih.
“Kamu berpikir jangan melibatkan aku dalam urusan mu....apa maksudnya ?” Tanya Satoru.
“Hah...dasar....jangan suka ngintip “hati” orang lain....” Jawab Aya.
“Kamu tentu tahu, aku tidak mungkin meninggalkanmu sendirian...jadi katakan padaku...” Balas Satoru.
Aya terdiam, dia merangkul Satoru yang sedang mengoleskan salep khusus di bagian perut Aya. Tiba tiba, “Brum...brum.” Terdengar suara beberapa motor berhenti di depan gerbang kuil.
Satoru langsung menoleh dan meminta Aya memakai pakaiannya, dia mengambil pistol dari tasnya kemudian berdiri di pintu masuk ke dalam rumah, dia membuka sedikit pintunya dan mengintip keluar.
Satoru melihat tiga orang bertubuh besar yang berbusana seperti gangster sedang melangkah melewati gerbang yang rubuh. Aya yang menyusul Satoru, kemudian mengintip dari belakang mendadak gemetar melihat satu dari ketiga orang itu.
“Pria yang di bawa mama....dia...kesini....” Ujar Aya gemetar.
“Yang mana ?” Tanya Satoru.
“Yang paling depan....” Jawab Aya.
“Biar aku atasi mereka, kamu sembunyi di belakang...” Balas Satoru.
“Jangan....mereka bukan orang sembarangan, mereka anggota yakuza (mafia)....” Ujar Aya.
Tapi ketika tiga orang itu berjalan melewati kuil dan berniat masuk lebih ke dalam, sebuah mobil berhenti di depan motor motor yang parkir. Seorang wanita turun dari dalam mobil,
“Hei, apa yang kalian lakukan di sini ?” Tanya wanita itu.
Ketiga pria itu menoleh dan berbicara dengan wanita yang bertolak pinggang memperlihatkan lencana dan pistolnya, Satoru memicingkan matanya supaya bisa melihat dari kejauhan, dia melihat wanita itu adalah Rika yang mungkin mau ke tempatnya.
Hati keduanya mendadak lega karena ketiga pria itu langsung pergi bersama Rika. Tak lama kemudian, Rika kembali melompati pagar dan berjalan masuk ke dalam sambil menoleh ke belakang. Satoru membukakan pintu dan Rika cepat cepat masuk ke dalam rumah sambil tetap berwaspada.
“Ada ada saja...” Ujar Rika.
“Mereka mau apa neesan ?” Tanya Satoru.
“Awalnya mereka bilang mau mencari orang, begitu melihat lencanaku mereka bilang mau main main saja haha...” Jawab Rika.
“Me..mereka mencariku...” Ujar Aya di belakang Satoru.
“Eh...kamu bawa gadis ke tempat mu Satoru ?” Tanya Rika.
“Aku ceritakan semuanya neesan.” Jawab Satoru.
Satoru memperkenalkan Aya kepada Rika dan menceritakan kejadian yang menimpa Aya dari kemarin malam. Rika melihat tubuh Aya terutama bagian lehernya, Rika minta Aya menceritakan semuanya, Aya menoleh ke arah Satoru, kemudian Satoru meyakinkan Aya kalau Rika bisa di percaya karena dia sudah “melihatnya.”
Barulah Aya menceritakan apa yang terjadi padanya. Dari kecil dia hidup hanya bersama mamanya, mamanya selalu menyiksanya dan memukulinya walau kadang dia tidak bersalah. Dia aman kalau papanya pulang karena papanya selalu membelanya, tapi setalah papanya meninggal, mamanya kembali menyiksanya.
Selain itu, mamanya sering membawa laki laki ke rumah dan biasanya kalau ada laki laki datang, Aya di kunci di dalam kamar tanpa boleh keluar, kecuali semalam ketika Aya berada di kamar, laki laki yang mencarinya barusan menerobos masuk dan mencekiknya dengan tujuan memperkosanya.
Tapi Aya berhasil menendangnya dan melarikan diri keluar rumah kemudian pergi ke taman.
“Hmm...kalau Satoru menolongmu, berarti aku percaya ceritamu benar...” Ujar Rika.
“Eh...Rika-san juga tahu kemampuan Satoru ?” Tanya Aya.
“Tentu saja, kalau Satoru bisa cerita padamu, artinya dia percaya padamu.” Jawab Rika.
Wajah Aya langsung berubah menjadi merah dan dia memegang pipinya dengan kedua tangannya walau Satoru terlihat biasa saja dengan wajah tanpa ekspresinya, kemudian Satoru bertanya,
“Neesan kesini, berarti ada tugas ?” Tanya Satoru.
“Ya, ada sebenarnya." Jawab Rika.
“Mana ? biar aku kerjakan....” Balas Satoru.
“Tidak bisa, kamu tidak boleh meninggalkan Aya-chan sendirian, lagipula aku akan mencari tahu tentang keluarga Aya-chan, boleh ya...” Ujar Rika sambil menoleh kepada Aya.
“I..iya....Rika-san...” Balas Aya.
“Apa kasus kali ini ada hubungannya dengan Aya ?” Tanya Satoru.
“Mana mungkin ada kan, tapi aku belum tahu juga.....baiklah, karena kamu bersikeras...ini, di lihat saja.” Jawab Rika sambil mengeluarkan smartphone nya.
Satoru melihat alamat nya dan sebuah foto di smartphone Rika, tanpa sengaja Aya juga melihat foto di smartphone, wajah Aya langsung berubah,
“Foto itu....mama ?” Tanya Aya.
“Eh...dia mama mu ? benarkah ?” Tanya Rika.
“I..iya..itu foto mama, dia mau di bunuh...oleh Satoru ?” Tanya Aya.
Rika langsung mengamati wajah Aya dan membandingkannya dengan foto wanita di smartphone nya. Melihat sasaran nya kali ini adalah mama dari Aya, Satoru terdiam seribu bahasa dan tidak bisa berkata apa apa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments