Perjalanan Kita Berdua Menuju "Kebahagiaan"
Intro
Desember, tahun 2088, “Plip....plip....plip.” Bunyi alat pendeteksi detak jantung (ECG) memenuhi sebuah kamar rumah sakit yang sangat canggih. Seorang nenek berumur 82 tahun terkulai lemah di tempat tidur dengan banyak peralatan medis menempel pada tubuhnya. “Sreeg.” Pintu di buka, nenek itu dengan perlahan menoleh ke arah pintu,
“Halo nek, aku datang...” Ujar seorang anak muda berseragam sma.
“Ah...Yuuto, kamu sendiri ?” Tanya nenek.
“Iya, aku sendiri, aku baru pulang sekolah...” Jawab Yuuto sambil menaruh tasnya dan duduk di kursi yang berada di sebelah tempat tidur nenek.
Nenek itu melihat wajah Yuuto, terutama matanya yang berlainan warna, di sebelah kanan berwarna hijau dan di kiri berwarna biru. Nenek tersenyum sambil mengangkat tangannya, Yuuto langsung mengambil tangan nenek itu dan menggenggamnya.
“Kamu benar benar mirip kakek ya.....hehe.” Ujar nenek.
“Ih beda dong nek, kakek kan tidak tersenyum seperti aku...” Balas Yuuto sambil tersenyum.
“Benar juga, senyum kakek hanya eksklusif untuk nenek hehe...” Balas nenek itu.
Yuuto melihat buku harian dan selembar foto yang sudah menguning ketika kakek dan nenek masih muda. Yuuto meminjam fotonya dan membandingkan foto kakeknya dengan dirinya.
“Hmm nenek benar, tapi kalau wajahku serius aku baru mirip kakek hehe...” Balas Yuuto sambil mempraktekkan nya.
“Hehe bisa aja...lalu gimana sekolahmu ? ada yang mengejek matamu atau tidak ?” Tanya nenek.
“Tidak nek, malah mereka pada penasaran hehe...tapi aneh ya nek, kenapa keluarga kita semuanya bermata sama dengan ku ? tapi nenek dan kakek aku lihat hanya sebelah sebelah.....” Balas Yuuto.
“Karena awal mulanya kakek dan nenek....lalu papamu lahir, kemudian ossan (paman) dan obasan (tante) mu....ternyata mereka mewariskan mata kita berdua." Balas nenek.
“Oh begitu nek, pantas aniki, aku, Yuna adikku dan sepupu yang lain, semua bermata sama. Oh kecuali mama sih, dia normal hehe ” Ujar Yuuto.
"Kalau mama mu kan orang luar, jadi ya tidak seperti kita.” Ujar nenek.
"Iya bener nek, tidak di sangka, sudah tiga tahun kakek pergi...." Gumam Yuuto.
Nenek tersenyum dan mengangguk, kemudian dia menoleh melihat ke arah jendela, Yuuto yang mengerti langsung berdiri dan membuka tirai, ternyata salju sedang turun,
“Wah nek, turun salju...” Ujar Yuuto sambil menoleh.
“Ah....benar juga ya, aku lahir di musim dingin...dan aku juga akan pergi di musim dingin....sayang ku, aku sebentar lagi menyusul mu, tunggu aku ya...kita akan bersama lagi selamanya. Terima kasih sayang, aku benar benar bahagia sekarang.” Ujar nenek sambil memandang salju yang turun dengan mata sayu, air mata yang menetes dan senyum yang lebar.
“Eh nenek jangan bicara begitu dong....” Balas Yuuto yang langsung menghampiri nenek dan mengambil tangannya lagi dengan wajah cemas.
“Tidak apa apa Yuuto, kasihan kakek menunggu di sana sendirian hehe....” Ujar nenek.
Kemudian nenek menoleh melihat langit langit dan tersenyum, dia menutup kedua matanya yang sebelah kirinya berwarna biru dan air matanya menetes. Wajahnya terlihat tenang dan damai dengan senyum lebar menghiasi wajahnya. “Piiiiiiiiiip......” Mesin pendeteksi detak jantung langsung berbunyi kencang, Yuuto menoleh dan melihat garis lurus di layar mesin.
“Loh nek...nenek....nenek.....bangun nek...nenek.....” Teriak Yuuto panik sambil menekan alat untuk memanggil perawat dan dokter.
Para perawat berdatangan bersama dokter masuk ke dalam untuk memeriksa nenek, Yuuto mundur sambil memegang buku yang sebelumnya di pegang nenek. Tak lama kemudian, dokter melepas stetoskopnya dan melihat jam tangannya.
“Nyonya Eiyama Aya, umur 82 tahun, meninggal jam 13.57....perawat, tolong hubungi pihak keluarganya.....anda keluarganya, maaf beliau sudah berpulang......” Ujar dokter kepada perawat dan kemudian kepada Yuuto.
Yuuto langsung menyeruak masuk ke antara para perawat dan menangis tersedu sedu sambil memeluk neneknya. Setelah tenang, dia membuka buku harian nenek, dua lembar foto lain jatuh, salah satu foto memperlihatkan kakek dan neneknya sedang saling merangkul di sebuah kota masih menggunakan seragam sekolah, Yuuto tersenyum karena di foto itu, dia melihat hal yang baru pernah dia lihat yaitu wajah kakeknya yang sedang tersenyum, tapi ketika melihat foto yang satunya, wajahnya tiba tiba berubah menjadi pucat dan dia menelan salivanya.
"Foto apa ini ?" Tanya nya dalam hati.
Di foto satunya, Yuuto melihat foto kakek dan neneknya yang sedang saling merangkul dengan latar belakang kota yang sama tapi berwarna merah seperti tersiram oleh darah dan banyak bayangan hitam mengelilinginya. Setelah itu, karena penasaran, dia mulai membaca kisah perjalanan kakek dan neneknya yang tertulis di dalam buku catatan hariannya.
*****
Oktober, tahun 2023, di sebuah sekolah, “Buk...duaak...buaak.” Seorang pemuda murid sma yang memakai seragam di pukuli oleh teman teman nya di belakang sekolah, wajah pemuda itu tanpa ekspresi, matanya terlihat sayu seperti manusia yang sudah tidak punya gairah hidup.
“Huh...seperti biasa...tidak melawan.....wajahnya tidak berubah, benar benar menjijikkan....” Ujar seorang siswa berambut cepak dan bertubuh besar.
Dia melemparkan pemuda yang di pukuli itu ke dinding sampai punggung nya menhghantam dinding dengan kencang dan jatuh karena seluruh tubuhnya sakit. Para siswa yang memukulinya meninggalkannya begitu saja tanpa menoleh dan tertawa tawa. Pemuda itu berusaha bangkit dan duduk bersender di dinding, dia membuka kemejanya, seluruh tubuhnya penuh dengan memar berwarna biru dan wajahnya lebam.
“Ini masih belum seberapa......” Ujar pemuda itu dengan wajah tanpa eskpresi sambil melihat para siswa yang memukulinya pergi.
Dia memaksakan dirinya untuk berdiri dengan susah payah, seluruh tubuhnya terasa sangat sakit tapi tetap saja wajahnya datar tanpa ekspresi, hanya matanya yang sayu sedikit mengerut karena merasakan sakit. Pemuda itu berjalan tertatih meniti dinding untuk keluar dari gerbang sekolah. Setelah keluar gerbang, banyak orang yang melihat dirinya karena seragamnya yang kotor dan memar di wajahnya.
Pemuda itu terus berjalan tanpa memperdulikan pandangan orang di sekitarnya, dia terus melangkah dan melangkah sampai akhirnya dia sampai di sebuah kuil tua yang sudah tidak di pakai dan di tutup. Pemuda itu melompati gerbang yang sudah runtuh, berjalan mendekati sebuah bangunan bobrok yang berada di sisi samping kuil yang sudah hancur, dia membuka pintunya,
“Aku pulang....” Ujar nya.
Setelah masuk, dia menutup pintunya, melepas sepatu kemudian masuk ke dalam. Atap di ruang tengah sudah hancur separuh, sehingga sinar matahari terang masuk menyinari ruangan, pemuda itu duduk di salah satu dinding, dia mengambil sebuah kotak di dekatnya dan membukanya.
Kotak itu adalah kotak p3k, dia membuka pakaiannya, banyak lebam bekas pukulan di tubuhnya yang kekar walau agak kurus, dengan cekatan dia mengoleskan salep ke lebam lebam di tubuhnya dan di wajahnya. Selesai merawat lebam di tubuhnya, pemuda itu bersender di dinding sambil merenung melihat cahaya matahari yang masuk menyinari lantai.
“Sreeeg.” Pintu rumah di buka, seseorang masuk ke dalam. “Sraak.” Pintu ruang tengah di buka, seorang wanita cantik menggunakan blazer dan celana panjang berdiri di depan pintu, ada sebuah lencana polisi dan sebuah sarung pistol di pinggangnya.
Wanita itu berjalan mendekati sang pemuda yang sedang besender di dinding, dia mengambil kursi yang jatuh kemudian meletakkannya persis di depan pemuda itu, kemudian duduk di depan pemuda itu. Sang pemuda menatap wanita di depannya dengan matanya yang berlainan warna,
“Ada apa neesan (kakak) ?” Tanya pemuda itu.
“Aku mau melihat keadaanmu, Satoru.....sekaligus...ada tugas.” Jawab wanita itu.
Satoru berdiri, dia memakai kemejanya kembali dan berdiri di depan wanita yang sedang duduk sambil menyalakan rokok. “Fuuuh.” Wanita itu menyemburkan asapnya ke wajah Satoru sambil memberikan smartphonenya. Satoru mengambil smartphone yang di berikan padanya kemudian membaca pesannya. Dia mengirimkan pesan itu ke smartphone nya sendiri.
“Baiklah, Rika-neesan....aku pergi...” Ujar Satoru.
“Kamu tidak apa apa ? kalau tidak bisa jangan memaksakan diri...” Balas Rika.
“Tidak masalah....aku pergi.” Balas Satoru.
“Ya....yang rapi ya, aku tunggu di tempat biasa.” Balas Rika sambil menghisap rokoknya.
*****
Beberapa jam kemudian, “Ding dong.” Bel di sebuah rumah yang berada di sisi lain kota berbunyi. Seorang pria yang bertelanjang dada dengan tubuh kekar bertato dan membawa sebuah pistol, mendekat ke pintu, dia mengintip melalui lubang kecil di pintu. Pria itu melihat seorang pengantar makanan yang memakai topi dan masker berdiri di depan pintu. Langsung saja pria itu membukakan pintu,
“Permisi, ini pesanan makanan nya, totalnya jadi....”
“Aku tidak memesan apapun....pergi.” Belum selesai pengantar makanan itu bicara, pria itu sudah memotongnya.
“Tapi di pesan ini alamatnya di sini, mungkin ada saudara atau teman yang memesannya ?” Tanya pengantar makanan itu sambil memperlihatkan smartphone nya.
“Tidak mungkin, aku tinggal sendiri, tidak ada siapapun di rumah ini....pergi, jangan uji kesabaranku...” Teriak pria itu marah.
“Baiklah, aku berikan saja kue ini....aku pergi.” Ujar pengantar makanan itu sambil memberikan kantung kue nya.
Pria itu menerimanya dan membawa kantung itu masuk ke dalam rumah, begitu menutup pintu, dia membuka kantungnya, di dalam kantung ada sebuah kotak seperti kotak kue tart dan di atasnya ada selembar kartu.
Pria itu mengambil kartu itu dan membacanya, isi tulisannya yang berbunyi “Selamat tinggal.. sebentar lagi...BUM.” Setelah membacanya, pria itu langsung membuka pintu lagi dan berniat melempar bungkusan itu, tapi ketika pintu terbuka, pengantar makanan yang seharusnya pergi sudah berdiri di depan pintu sambil mengacungkan pistol.
“Blam.”
Pistol di tembakkan mengenai kening pria itu yang langsung tewas seketika dan tubuhnya jatuh ke belakang, pengantar makanan itu masuk ke dalam dan menangkap kotak makanan yang terjatuh, dia membukanya kemudian dia membuka maskernya dan ternyata dia adalah Satoru, dia membuka kotaknya mengambil sepotong kue dan memakannya dengan santai sambil melirik pria yang tumbang di depannya.
“Selamat tinggal....” Ujarnya dengan kaki menendang pintu supaya tertutup.
Satoru mengambil smartphonenya dan mengirimkan pesan berikut foto pria yang terkapar di depannya kepada Rika bertuliskan “Tugas selesai.” Dia masuk ke dalam rumah dan duduk dengan santai di dalam ruang tengah sambil menonton televisi dan meletakkan kue dan pistolnya di meja. Dia membuka topi, wajahnya yang lebam karena di pukuli terlihat.
Tiba tiba, “Cklek.” Pintu dapur terbuka, seorang gadis mengintip melihat ada pemuda tak di kenal yang sedang menonton televisi dengan santai, gadis itu melirik melihat di meja ada sekotak kue tart dan sebuah pistol tergeletak menghadap ke arah dapur, dia kembali masuk merapat ke dinding dengan kedua tangan menutup mulutnya mencegah dirinya supaya tidak berteriak karena kaget, tapi tiba tiba,
“Hey....mau kue ?” Tanya seseorang di samping gadis itu.
Gadis itu langsung menoleh dan pemuda yang makan kue itu sudah ada di sebelahnya,
“Waaaaa........” Teriak gadis itu.
Tapi Satoru itu langsung maju dan menutup mulut gadis itu. Kemudian dia mendekatkan wajahnya ke telinga nya,
“Ini pesanan mu....” Ujar nya sambil memasukkan kue di tangannya ke dalam mulut gadis itu.
“Ogh..glek...Si..siapa kamu ?” Tanya gadis itu setelah menelan kue yang di masukkan kemulutnya.
“Baca ini.....” Satoru memperlihatkan pesan di smartphone miliknya pada gadis itu.
Gadis yang hanya memakai pakaian dalam itu membaca tulisannya, dia langsung menangis dan memeluk pemuda di depannya.
“Ayo kita kembali ke rumahmu dan jangan lari lagi...” Ujar Satoru.
“Ba..baik.....terima kasih....” Balas gadis itu.
Setelah gadis itu berpakaian, mereka keluar dari rumah dan berboncengan naik sepeda motor milik pengantar makanan restoran cepat saji. Satoru membawa gadis itu pulang ke rumahnya dan menyerahkan gadis itu kepada orang tuanya yang sedang bersama polisi tanpa menunjukkan dirinya. Setelah itu, dia beranjak pergi dengan motor pengantar makanan.
*****
Hari sudah sore menjelang malam, selagi di jalan, Satoru berhenti sejenak di atas motor di tepi jalan seakan akan menunggu sesuatu, smartphone Satoru di sakunya bergetar, dia mengambil smartphonenya kemudian membuka pesannya, isinya ternyata ucapan terima kasih dari orang tua gadis yang di antarnya dan bukti transfer sejumlah uang atas jasanya, dia mengecek rekeningnya, uang yang di transfer sudah masuk.
Setelah selesai memeriksa, Satoru melanjutkan berjalan menuju distrik pertokoan, ketika sampai dia masuk ke sebuah restoran melalui pintu belakang,
“Aku datang....” Ujar nya.
“Satoru, cepat ganti pakaianmu, banyak tamu menunggu...” Balas seorang pria berpakaian rapi yang memakai tag manager.
“Baik...” Balas Satoru.
Dia langsung ke ruang loker untuk berganti pakaian, Satoru mengenakan kemeja putih yang kancing nya terbuka sehingga memperlihatkan tubuhnya yang kekar walau kurus, dia memakai jas berwarna hitam dan celana kain hitam, setelah memakai sepatunya, dia bercermin untuk merapihkan rambutnya dan berlatih tersenyum, wajahnya terlihat tampan walau masih ada lebam yang dia tutupi dengan make up.
Setelah selesai, dia keluar dan berada di sebuah pub dimana pengunjungnya kebanyakan wanita pekerja kantoran, wanita paruh baya yang kaya dan gadis gadis anak orang kaya.
“Satoru, cepat ke meja nomor 8, customer kamu sudah menunggu.” Ujar seorang pria paruh baya yang mengenakan kalung emas dan jari di penuhi cincin.
“Baik....” Balas Satoru.
Dia berjalan menuju ke meja yang di maksud, ternyata Rika yang sedang melipat tangan di dada sambil memegang gelas minumannya sudah menunggu kedatangan Satoru di sana. Rika melirik ke arah Satoru,
“Akhirnya datang juga...” Sapanya sambil tersenyum.
“Aku datang Rika-neesan....” Balas Satoru sambil duduk di sebelahnya.
Rika langsung merangkul Satoru dan memperlihatkan smartphone nya kepada Satoru, ternyata wanita itu memperlihatkan jasad pria bertelanjang dada dengan tubuh penuh tato yang terkapar terlentang di lantai dengan kening berlubang.
“Lain kali yang rapi ya....kalau begini aku nanti di tanya komandan.” Ujar Rika.
“Baik neesan....” Balas Satoru dengan wajah datar.
“Orang tua gadis itu sudah mentrasfer uangnya kan ?” Tanya Rika.
“Sudah, nanti bagian neesan ku transfer ke rekening biasa.” Jawab Satoru.
“Tidak usah, buat kamu saja...kasus kali ini bukan aku yang menanganinya..tapi kebetulan orang tua gadis itu kenal dengan ku.” Balas Rika.
“Baiklah, aku mengerti...” Balas Satoru.
“Gadis bodoh itu sekarang pasti di bawa ke kantor polisi sebab dia terlibat kasus pemerasan beberapa orang pria mesum yang di lakukan oleh orang ini, pacarnya yang katanya baik hati menggunakan dirinya untuk menjaring pria pria mesum kemudian ketika mereka sudah sedikit menyentuhnya, pacarnya masuk menyelamatkan dirinya, mengambil foto dan menghajar pria itu kemudian memeras mereka dengan cara akan membocorkan masalah ini kepada keluarga para pria mesum itu dan tentu saja para pria mesum itu menyetorkan sejumlah uang secara berkala kepada bajingan itu...yah semua ini akibat dia melarikan diri dari rumah karena bertengkar dengan papanya.” Ujar Rika sambil menunjuk foto jasad pria yang di tembak Satoru tadi siang.
“Begitu ya....” Balas Satoru.
“Dan seperti biasa, kamu tidak perduli ya hahaha....tidak masalah, kerjakan saja tugasmu seperti biasanya.” Ujar Rika.
“Baik neesan...” Balas Satoru.
“Aku masih ada waktu nih, karena kali ini aku tidak minta bagian, bagaimana kalau kita naik ke atas sebentar, aku minta bayaran yang lain hehe.” Tanya Rika.
“Baik neesan....memang itu pekerjaan ku kan...” Balas Satoru.
Akhirnya Rika menenggak habis minumannya dan menggandeng tangan Satoru berjalan menuju lift untuk naik ke kamar untuk melakukan “pekerjaannya.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Kyofuu Kanayuki
The story was very cool, man. Goodluck !
2023-12-28
0