Di kegelapan malam seorang perempuan tengah berjalan dengan tatapan kosong tanpa memperdulikan seorang gadis kecil yang kini berada di belakang nya. Perempuan itu terus berjalan tanpa menoleh sedikitpun ke belakang dimana seorang gadis kecil itu terus memanggilnya.
"Mama, Mama tunggu!"
Namun sepertinya perempuan itu menulikan pendengaran nya. Namun gadis kecil itu terus saja memanggil dan mengejarnya tanpa henti meskipun harus berlari hingga terjatuh, gadis kecil itu tidak merasa sakit sampai Mama nya itu berhenti.
"Ma, Mama. Jangan tinggalin Siren Ma, Siren takut disini gelap, huh Ma, MAMA!" teriak Siren seketika bangun dari tidurnya, Siren terdiam mengingat kembali mimpinya. Mimpi itu datang kembali, mimpi yang sangat Siren hindari. Mimpi itu sering kali mengingatkan nya pada masa lalu yang tak ingin Siren ulang kembali.
"Mimpi itu, kenapa datang lagi. Mama gimana kabarnya ya, huft gue kangen sama, Mama."
*
Suasana di kampus tempat Siren berkuliah terlihat sedang sibuk mempersiapkan event untuk ulang tahun universitas Bangsa. Setiap tahun pihak kampus memang selalu memberikan kelonggaran waktu untuk para mahasiswa/i mempersiapkan event tersebut. Tak terkecuali Siren dari awal pagi dia datang ke kampus sudah disibukkan dengan membagikan brosur lomba yang akan di adakan di event kampus.
"Heh Siren, lo udah sarapan?" tanya Oliv
"Hah, kayaknya belom sih hehe," jawab Siren dengan kekehan di akhir
"Dih pake kayaknya lagi, udah pasti sih ini belom," kesal Oliv
Siren hanya tersenyum seraya menggaruk kepalanya yang tak gatal, Oliv menarik pergelangan tangan Siren untuk pergi makan di kantin.
"Lo diem disini. Biar gue yang beli makanan nya."
Siren hanya diam menunggu Oliv, sebenarnya Siren juga lapar tapi dia malas untuk masak sarapan di rumah, karena biasanya dia selalu disiapkan oleh Mama nya, namun sekarang keadaannya berbeda, Siren harus lebih mandiri dari sebelumnya, dia juga harus membuktikan jika hidup sendiri pun Siren sanggup.
"Nah sekarang ayo makan, pokoknya Lo tuh harus makan yang banyak Siren biar gak kurus kerempeng gini," gurau Oliv
"Dih body bagus gini disebut kerempeng, nyebelin banget lo. Tapi thank ya makanannya."
Oliv tidak menjawab omongan Siren dia hanya tertawa puas, sampai-sampai dia mengeluarkan air mata hanya karena menertawakan Siren. Hingga suara seorang perempuan yang memanggil Siren menghentikan tawa Oliv.
"Siren."
Siren menatap perempuan itu datar, tanpa ada niat sedikit pun membalas panggilan itu.
"Siren, bisa bicara sebentar dengan, Mama?" tanya Anita, ya perempuan itu adalah Anita, dia datang ke kampus hanya untuk bertemu dengan Siren dan berbicara mengenai masalah mereka berdua.
"Eh Tante, halo gimana kabarnya? Maaf ya Tante Oliv gak datang ke acara pernikahan, Tante," Oliv mengalihkan perhatian Anita
"Ya ampun Oliv, udah lama ya kita gak ketemu. Kabar Tante baik, Gak papa Liv lagian juga pernikahan nya juga dadakan jadi apa adanya dulu. Untuk resepsi yang lebih besar mungkin lain waktu," jawab Anita antusias
"Uhuk. Air Liv air tolong ambilin maaf," Siren tersedak makanannya sendiri, saat mendengar ucapan Mama nya untuk mengadakan resepsi yang lebih besar.
Oliv segera memberikan minum kepada Siren, dan juga menepuk pelan punggung Siren, sampai Siren berhenti batuk.
"Lo gak papa?" tanya Oliv khawatir
"Enggak gue baik-baik aja."
"Mama, ada perlu apa?" tanya Siren kepada Anita
"Ada hal yang ingin Mama bicarakan dengan kamu," terang Anita
Siren mengerutkan keningnya saat mendengar ucapan Mama nya itu, hal apa lagi yang harus di bicarakan. Semuanya sudah jelas jika Anita sudah menikah dengan Saga. Sejujurnya Siren malas dan capek jika harus terus-menerus membahas mengenai hubungan antara Dia, Mama, dan Saga.
"Apalagi yang harus di omongin si Mam? Semuanya udah selesai, aku sibuk jadi lebih baik Mama pulang."
"Kalau ada orang yang bicara itu tatap matanya, terlebih ini ibu kamu. Dimana sopan santun kamu sebagai mahasiswi dan anak."
Siren merotasi kan matanya saat mendengar suara Papa gila nya itu "Haish, pawangnya muncul nih haha. Mam mending Mama pergi aja sama dosen gila wanita ini."
"Mama ada perlunya sama kamu Siren, bukan sama Papa kamu."
Brak.
"Ayam eh ayam ada induknya," kaget Oliv
"Woy elah Siren Lo bikin kaget gue tau gak."
Siren tak menggubris perkataan Oliv, dia
hanya menatap Anita dan pergi begitu saja, lalu setelah hampir keluar dari pintu kantin Siren berbalik dan memanggil Nama nya itu.
"Huft, Mam ayo kita bicara."
Anita tersentak saat mendengar ucapan Siren, dan pergi menyusul Siren tanpa memperdulikan keberadaan Saga yang memanggilnya.
"Anita, hey Anita kembali."
"Udah sih pak biarin aja, lagian mereka gak akan berantem juga, palingan main Jambak - jambakan," ujar Oliv seraya menyuapkan makanan kedalam mulutnya, Saga mendengus saat mendengar ucapan mahasiswinya itu, lalu pergi tanpa mengucapkan sepatah katapun. Oliv hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, huh drama sekali keluarga satu ini.
*
Di taman yang cukup sunyi, dua perempuan yang berbeda usia itu hanya diam tanpa bicara sedikit pun, tidak ada yang memulai pembicaraan. Rasanya canggung sekali padahal kenyataannya mereka ini adalah sepasang ibu dan anak. Sampai pada akhirnya salah satu dari mereka memutuskan untuk bicara terlebih dahulu, dia akan melonggarkan ego nya kali ini, ingatkan dia hanya untuk saat ini saja, lain waktu seperti nya tidak.
"Udah hampir 15 menit, terbuang sia-sia waktu aku. Jika tidak ada yang penting lebih baik aku pergi."
"Tunggu, jangan pergi Mama cuma mau bilang..." Ucapan Anita tergantung, ah rasanya sulit sekali untuk mengatakan ini. Tapi ini adalah keputusan dia, ini demi kebahagiaan dia dan anak dalam kandungan nya. Meski sulit dia harus tetap mengatakannya.
"Mama minta maaf sama kamu, Mama memang bukan mama yang baik buat kamu. Tapi Mama minta tolong kamu jauhin Saga ya. Mama tau kalau saat ini Mama egois sekali, bahkan tidak perduli dengan perasaan kamu. Mama ngelakuin ini karena gak mau kejadian 19 tahun yang lalu terulang kembali," lanjut Anita
"Maksud Mama kejadian dimana aku tidak di pedulikan, dimana aku hanya anak kecil yang meronta-ronta minta kasih sayang dari Mama dan Ayah. Tapi kenyataannya Mama pergi ninggalin aku dan begitupun dengan Ayah yang mendorong aku sampai kepala aku terluka dan sampai saat ini bekas luka ini masih ada..." Siren menghentikan ucapannya rasanya pedih sekali jika mengingat kejadian disaat dia benar-benar terluka oleh kedua orang tuanya.
"Bekas luka di kepala aku mungkin bisa hilang dengan seiringnya waktu. Namun luka yang Mama dan Ayah goresan kan di hatiku itu sulit untuk hilang, terlebih sekarang Mama menorehkan luka baru di atas luka lama yang belum kering sama sekali."
Anita yang mendengar ucapan Siren tertegun sejenak, ternyata kejadian 19 tahun yang lalu itu masih menjadi bayang-bayang bagi Siren. Namun bukan hanya Siren tapi dirinya pun sama, kejadian itu benar-benar sulit untuk dilupakan, mungkin kejadiannya telah ditelan waktu namun lukanya meninggalkan bekas yang begitu dalam.
"Mama tau ini sulit bagi kamu Siren. Tapi Mama mohon ini demi adik kamu yang berada di dalam kandungan Mama, Mama tidak ingin dia merasakan apa yang kamu rasakan saat kecil dulu, dia tidak memiliki salah sedikitpun. Mama harap kamu mengerti," mohon Anita
"Haha, lucu sekali Mama ini. Tidak ingin dia merasakan apa yang aku rasakan saat kecil, Mama begitu menghawatirkan anak haram itu, tapi tidak mempedulikan perasaan aku yang udah Mama buat hancur dari kecil bahkan SAMPAI SAAT INI!" sentak Siren
Plak...
Bunyi tamparan begitu nyaring di keheningan taman, Siren tertawa getir saat merasakan panas serta sakit yang menjalar di pipi nya itu. Apa dia salah berucap seperti itu? Tapi itu kenyataan nya bukan. Haih Siren lupa meski itu kenyataan tapi dia selalu salah mau bagaimanapun itu dia tetap dianggap kesalahan dimata mereka yang munafik itu.
"LO BRENGSEK."
BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments