Luna menuju ke arah rumah bibi Lin,dia datang dan memeluk bibi Lin,tangannya bergetar "aku takut bibi",Lirih Luna.
"ada apa denganmu",bibi Lin memegang dagu Luna menatap wajah Luna yang penuh dengan air Mata.
"Aku di lecehkan"Luna kembali memeluk bibi Lin erat.
"siapa yang melecehkan mu nak?" Tanya bibi Lin.
"pelanggan baru itu bi,aku tidak mau mengantarkan pesanan lagi kerumah itu,mereka bilang dia terkena gangguan mental".
bibi Lin terlihat sangat syok,dia merasa bersalah karena telah menyuruh Luna mengantarkan kue pada lelaki gila.
"Maafkan bibi Luna,andai bibi tak menyuruhmu ini tidak akan terjadi,bibi Lin berusaha menenangkan Luna,ia mengelus pundak Luna dengan lembut.
Luna menceritakan kejadian menimpanya "Bibi tolong jangan bilang ini pada Paman ku".
Luna tidak ingin menambah beban orang tua lagi,dia sudah cukup menumpang hidup pada Paman dan bibinya.
"baiklah bibi berjanji padamu,tidak akan bercerita pada siapapun,tapi kau tidak boleh bersedih lagi", bibi Nau mengelus pipi Luna.
Luna mengangguk,dia beristirahat di rumah bibi Lin, dia tak tega menceritakan hal ini pada bibi, Paman dan Maura..mereka sudah banyak berjuang untuk hidupnya,sekarang tujuan Luna adalah meringankan beban sang Paman dan bibinya.
Luna merasa tak berguna jika terus mengandalkan pamannya yang juga sedang kesulitan,biarkanlah ini terjadi padanya,asalkan dia tidak di tiduri,jika itu terjadi Luna juga tidak akan pulang dari penginapan itu sampai Aiden menikahinya.
sedangkan di penginapan biru..
Aiden sedang berteriak histeris,dia kembali meminta mainannya,Leon menelpon sang paman Aiden.
"tuan muda Aiden mengamuk lagi tuan",ucap Leon menelepon tuan Robert.
"baiklah aku akan kesana"tuan Robert mengakhiri panggilannya,dengan segera dia pergi menuju penginapan sang keponakan.
Setelah tiba,tuan Robert masuk ke dalam kamar menuju Aiden yang sedang mengamuk,menangis minta mainan,"mengapa nak?apa yang kau inginkan?"tanya tuan Robert pada keponakannya,
"paman bawakan aku boneka yang tadi,aku ingin membawanya pulang ke Mention",paman yang bingung melihat ke arah Leon dan para bodyguard Aiden
"apa maksudnya?" Tanya Paman bingung.
"tadi Aiden hampir menelanjangi seorang gadis Paman,gadis itu bilang dia mengantarkan pesanan kue dari nyonya Lin". pak Robert baru paham maksud dari perkataan Aiden,ia menganggap Luna adalah boneka Karena Luna mempunyai paras yang hampir sempurna.
"Aku akan menelpon keluarga disana",ucap tuan Robert sambil memegang ponselnya,ia akan menceritakan ulah Aiden pada gadis baik seperti Luna.
"Hallo Diana"sapa tuan Robert di sebrang telpon.
"ia kak,apa ada masalah dengan Aiden?"tanya sang mami khawatir.
"Aiden menangis dan mengamuk,dia kehilangan boneka miliknya"tuan Robert sesekali memegang kepalanya Aiden jika sudah menginginkan sesuatu harus Ia dapatkan,itulah sebab tuan Robert memanggil nyonya Diana untuk datang ke rumahnya.
"Boneka?apa dia sedang menangis Karena ingin boneka?",tanya Nyonya Diana pada tuan Robert Kakaknya.
"Benar, Diana ia menganggap seorang gadis adalah boneka",tuan Robert menceritakan semua yang telah terjadi tadi.
"Baiklah Kakak,aku akan segera kesana,tolong beritahu Leon untuk memberi obat penenangnya"nyonya Diana akan datang menuju kerumah tuan Robert
"Baiklah, hati-hati dijalan"ucap tuan Robert pada sang adik.
"Paman dimana bonekaku,kenapa kalian mengambilnya dariku?"Aiden kembali mengamuk,tangan dan kakinya di ikat.
Leon berusaha memberi obat pada Aiden agar Aiden bisa tenang kembali
Aiden sering mengamuk saat ada sesuatu yang membuat dia kepikiran,mungkin kali ini dia mengamuk karena terkejut saat Luna menabrak mobilnya,sebenarnya Aiden saat itu mencoba melarikan mobil sendiri,memang benar yang Luna katakan jika mobil itu memang tidak ada di hadapannya Aiden lah yang salah.
Setelah itu Aiden reflek terkejut,saat kembali ke penginapan,Aiden sudah berkeringat dingin,dia mengurung diri di dalam kamar. Saat pagi Leon memeriksanya mereka sudah mulai panik dengan keadaan tuan muda yang tiba-tiba menggigil ketakutan,Aiden juga melukai dirinya sendiri,membenturkan kepalanya di dinding,mengigit jarinya hingga berdarah.
Karena obatnya tertinggal para pengawal di kerahkan untuk mencari obat yang sama di tempat penjualan obat terdekat,namun pemilik apoteker mengaku tidak bisa memberi obat sembarangan pada pasien yang menderita kelainan mental,seluruh apoteker menyarankan konsultasi terlebih dahulu,oleh karena itu para pengawal diutuskan Leon untuk menjemput obatnya di mention,meski jauh mereka harus segera pergi dan mendapatkannya.
Sedangkan Leon menjaga Aiden di penginapan,"lapar,aku sangat sangat lapar ingin makan sushi dan makanan lain",ucap Aiden dia berbicara dengan tatapan mata yang kosong sesekali menggaruk kepala dan tertawa.
Leon kebingungan,dia juga memesan kue brownies kesukaan Aiden,namun juga belum tiba,padahal Aiden pasti akan senang jika di beri kue kesukaannya dia pasti akan sedikit tenang,Leon jadi serba salah jika dia meninggalkan Aiden sendiri akan sangat berbahaya,namun Aiden tetap ingin makan makanan yang dia sebut tadi.
Setelah berpikir beberapa saat, akhirnya Leon mengalah,"baiklah aku akan mencari makanan yang tuan inginkan,tapi tunggu di sini saja"Leon memegang pundak tuan mudanya.
"baiklah aku disini,aku akan tetap di sini,iya aku akan disini Leon,cepatlah!!"Aiden kembali melemparkan sesuatu di pintu kamarnya.
"baik tuan"Leon keluar dan mengunci pintu kamar Aiden setelah itu dia juga mengunci pintu penginapan dengan rapat.
entah bagaimana cara Aiden bisa lolos,mungkin saat mendengar suara gaduh yang berteriak mengantarkan sesuatu,Aiden mencari cara untuk keluar,dengan hanya mengenakan celana dalamnya,dia tergesa-gesa akhirnya menemukan sebuah peniti besar,Aiden sudah sering di kunci dan dia berusaha keluar,sehingga mudah baginya untuk lolos dan membuka paksa kunci pintu.
Saat pulang kerumah..
"Luna apa kau menangis?"tanya bibi Lisa yang segera menghampirinya.
"tidak bibi,aku hanya sedang kelilipan saat di jalan ada debu besar yang masuk ke mataku",ucap Luna berbohong.
"baiklah,kau beristirahat saja,bibi akan ke dapur memasak makan malam untuk kita",bibi Lisa memegang pipi Luna membelainya.
"baik bibi aku akan beristirahat sebentar setelah itu aku akan membantu bibi di dapur",bibi hanya mengangguk pelan dia pergi menuju dapur,sedangkan Luna pergi ke kamarnya untuk membersihkan diri,Luna tahu diri meski seisi rumah menyayanginya dia tetap membantu bibi berkemas jika sedang berada di rumah.
Luna menutup pintu kamarnya,dia duduk di atas ranjang single miliknya,Luna kembali teringat saat Aiden memainkan sesuatu benda penting yang sangat dia jaga selama ini,seluruh tubuh Luna meremang,dia baru kali ini di sentuh lelaki,Aiden memainkan sesuatu yang kenyal miliknya bergantian ke kanan kekiri, meremasnya dengan lembut sehingga menimbulkan warna pink, mainan yang berukuran besar menyembul keatas itu memang sangat empuk, Aiden juga memandang ke arah bawah pusar Luna,untung saja belum sempat membukanya para pengawal Aiden bisa membuka pintu yang Aiden kunci dengan barrel bolt/gerendel pintu jenis manual yang memang melekat di daun pintu kamarnya.
Luna menukar bajunya dengan handuk,dia keluar kamar untuk mandi ke ruang belakang,rumah Paman hanya punya satu kamar mandi dan satu kamar WC yang di gunakan bersama.
Namun saat itu Luna seketika menghentikan langkahnya,dia mendengar pembicaraan Paman dan bibinya.
Luna semakin menajamkan pendengarannya hingga terdengar jelas apa yang sedang mereka bicarakan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
Ngực lép
Suspens!
2023-12-16
1