SEMUSIM

SEMUSIM

Prolog

Jam menunjukkan angka 7 malam saat Johan masuk ke dalam rumahnya dengan menggendong bayi 6 bulan yang mengenakan jaket merah, Ketika ia menutup pintu dan menguncinya pikiran beserta kenangan Johan menyatu dalam melodi malam.

"Sehat terus bro... anak papa harus hebat kaya mama... maafin papa yang nggak bisa jaga mama mu dengan baik Chriss..." ujar Johan menciumi setiap inci wajah bayinya yang terlelap, rindunya jelas, tapi kenyataannya sangat kontras. Di peluknya erat bayi itu dan dibawa kekamar, dengan gerakan singkat ia rebahkan tubuh tanpa melepas keberadaan anaknya. Mengambil selimut dan menenggelamkan diri dibawahnya dengan Chriss. Dirinya berusaha untuk terlelap, tapi entah mengapa Nata membayangi pikiran, hingga Johan hanya bisa memejamkan mata dengan pikiran menerawang.

"Sayang, nanti kalau aku pergi kamu jangan sedih ya?" Kata Nata di usia kehamilannya yang hampir 7 bulan. Johan terpaku dengan ucapan istrinya.

"Kamu ngomong apa sih?" Elak Johan mengeratkan pelukannya, mereka berdua sama-sama menikmati sunset dari balkon kamar mereka. Dengan lembutnya Johan mengusap perut buncit istrinya.

"Kakak-kakak baby udah nungguin mamanya di sana... seenggaknya nanti ada kamu disini yang jagain baby... aku di sana jagain Vernon sama Joshua..." ujar Nata memejamkan matanya menikmati hangatnya senja di dalam dekapan suaminya. Vernon dan Joshua adalah dua bayi yang mendiami rahim Nata tidak lebih dari 4 bulan dalam kurun waktu satu setengah tahun sebelum baby tinggal lebih lama dari kakak-kakaknya, dan mereka di beri nama sebelum disemayamkan dalam hangatnya pelukan Tuhan Bapa.

"Kamu ngomong apa sih sayang... semua akan baik-baik saja... kamu... baby... Vernon... Joshua... kita... semua akan baik-baik saja... jadi jangan mikir aneh-aneh... baby juga butuh kamu..." tukas Johan melembutkan suaranya, untuk kesekian kalinya sejak anak ketiganya ini hidup di rahim Nata, wanita itu selalu mengatakan hal yang membuat Johan takut kehilangan. Ia tak pernah tau apa yang sebenarnya Nata sembunyikan bahkan sampai di bulan ke 7 kandungan istrinya itu, tidak ada hal yang mencurigakan sampai Nata selalu mengatakan waktunya tak lama lagi untuk menyusul Vernon dan Joshua.

Johan menegakkan tubuhnya, semua kenangan berkelebat dalam pikirannya. Semua memory yang Nata tinggalkan dalam benaknya saling bersahutan membuat kepala Johan pusing, di usapnya kepala mungil Chriss, ia mendaratkan ciuman penuh kasih di dahi Royal Baby nya. Mata elang lelaki itu jatuh pada jam dinding yang menunjukkan angka 9 malam.

"Nata... banyak teka-teki yang kamu tinggalkan... kenapa semuanya membuat kepalaku pusing?" Ujar Johan lalu mulai menikmati vodkanya dengan taburan es batu untuk melupakan sejenak bagaimana menyatukan puzzle yang berserakan.

Johan tersentak mendengar suara Christian menangis keras di sampingnya. Sejak dua hari ini Christian tidur di kamarnya, disampingnya, bayi enam bulan itu masih menangis keras.

"Kenapa sayang?" Tanya johan bingung sendiri, ia mencoba mengingat apa yang mamanya ajarkan sebelum berangkat ke kanada. Ia mengambil dot dan mengisinya dengan 3 sendok susu formula, menyeduhnya dengan air hangat dari dispenser yang ada di kamarnya.

"Jangan terlalu panas..." ujar johan pada dirinya sendiri seakan mengingat ucapan mamanya. Tanpa pikir panjang meminum susu dari dot itu.

"Aaggrrhh... panas..." desis johan lalu menumpahkan susu dalam dot itu ke gelas kosong. Ia buat lagi dengan air dingin yang lebih banyak dari air panas.

"Iya sayang... sebentar... papa bikinin susu ya... sabar sayang..." ujar johan lalu mendekati christian. Memberikan susu pada bayi nya. Namun bayi mungil itu tak mau masih tetap menangis dengan wajah yang semakin merah biru.

"Ha??? Trus apa kalau kamu nggak haus bro?" Tanya johan frustasi. Ia berusaha mengingat lagi. "Apa popoknya penuh?" Tanya johan lagi lalu mengecek diaper christian.

"Popok kamu penuh... risih ya..." ujar Johan lalu melepas diaper itu yang sudah penuh. Lalu menggantinya dengan diaper baru. Johan tersenyum memandang duplikat Natasha yang mulai diam dan tidak menangis lagi.

"Mau minum?" Tanya johan seakan akan christian paham apa yang dibicarakan papanya.

Johan menyodorkan mulut dot ke arah bibir mungil Christian, dan bayi itu tidak menolak.

Dengan begitu Johan bisa bernafas lega lalu merebahkan diri di samping bayinya.

Namun matanya tak bisa terlelap, ia asyik menatap bayi mungilnya yang fokus pada botol susunya. Sesekali terdengar bayi itu bergumam, bahasa khas bayi.

"Maafin papa ya Chris..  papa egois..." desis johan mengecup lembut pipi chuby bayinya yg langsung berhenti ngedot, dimana dotnya ia jatuhkan dan menatap lekat papanya, seakan tau apa yang papanya bicarakan.

"Kenapa udah minumnya?" Tanya johan membetul kan posisi botol itu tapi chris menolaknya dan tertawa kecil ke arah papanya.

"Kamu paham papa bilang apa?" Tanya johan merasa konyol dengan ucapannya sendiri. Namun saat itu baby chris menepuk pipi johan dengan tangan mungilnya.

"Udah dua hari sejak eyang kmu berangkat ke kanada... dan papa gak mau kamu dirawat orang yang salah... maafin papa ya... papa aja bingung gimana ngerawat kamu kaya eyang..." ujar johan memutuskan tak peduli anaknya itu paham atau tidak dengan ucapannya. Bayinya itu membulatkan mata, tampak lucu bagi johan, terlebih mata itu selalu mengingatkannya pada mediang istri.

"Kamu tau chris... mama adalah wanita terhebat yang papa kenal setelah eyang... mama pasti seneng banget kalau liat kamu tumbuh sehat kaya gini..." ujar johan seakan mengalihkan pembicaraannya sendri, dan lelaki itu tersenyum saat melihat ternyata putra kecilnya sudah terlelap dengan jempol berada di mulut mungilnya, perlahan johan melepaskan jari chris dari mulutnya.

Mengecup lembut dari mulai dahi, hidung kedua pipi chuby, hingga dagu bayi mungilnya itu.

"Mimpi indah jagoan papa..." bisik johan lembut.

"Apa besok chriss aku ajak ke kantor aja ya... aku masih belum percaya sama baby sitter..." gumam Johan berbicara sendiri.

Sebenarnya di rumah itu pun ada asisten rumah tangga kepercayaan mamanya, tapi bagi Johan tugas wanita paruh baya itu hanya masak dan bersih bersih. Chriss itu urusannya sendiri. Lagi pula bu Arum -asisten rumah tangganya- itu selalu pulang di sore hari setelah semua pekerjaannya selesai.

"Besok kita tengok mama ya bro..." ujar Johan lagi lalu ikut memejamkan mata sembari memeluk tubuh mungil jagoan kecilnya.

###

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!