Johan meminta semua rekaman cctv ketika pemindahan barang dari gudang ke mobil di empat kejadian adanya komplain dari cabang Bali pada kiriman mereka, juga meminta rekaman cctv dari dashboard mobil, rekaman dari pintu keluar perusahaan.
“kenapa cctv pintu keluar juga Jo?” tanya Alvian setelah ia menghubungi IT untuk mengirimkan rekaman cctv yang diminta Johan.
“karena ini fatal! data di kita sama data di Bali beda, lihat!” tukas Johan lalu menunjukkan aktifitas transaksi antara server pembelian dari Bali dan penjualan dari perusahaan mereka pada empat kejadian itu ada kesamaan, nomer plat mobil dan sopir yang berbeda.
“ini? manipulasi data? atau…?” sahut Alvian dengan terkejutnya, Johan yang melihat itu malah menampakkan wajah garang.
“selama gue nggak ada lo ngapain aja?!” bentak Johan membuat Alvian diam tak berkutik, ia tau dirinya salah tidak teliti dalam mengevaluasi setiap laporan dari masing-masing divisi. Tapi dirinya juga kalang kabut berbulan-bulan Johan jarang ke kantor kecuali ada hal mendesak yang berhubungan dengan tender, Johan bilang dirinya memantau dari rumah nyatanya tidak. Alvian tidak tahu harus protes pada siapa, Johan memang kawan yang baik untuknya tapi tidak jika sudah berurusan dengan perusahaannya, sangat beringas didukung dengan pembawaannya yang memang cuek dan dingin.
“I, itu rekaman cctv sudah di kirim…”ujar Alvian mencoba mengalihkan kemarahan Johan dengan menunjuk notifikasi di komputernya, dan hal itu membuat Johan serius memperhatikan aktifitas di dalam rekaman, sesekali mengajak Alvian berdiskusi setelah satu persatu video selesai.
Dua jam berlalu, sambil terus membahas masing-masing video di sela sela menontonnya Johan juga melongokkan wajahnya ke kamar barangkali Chriss bangun. Tangan Johan juga tak sekalipun melepaskan penanya, sesekali tangannya menulis poin-poin penting di selembar kertas.
“oke! ini hasil evaluasi dari semua rekaman itu, gak ada yang aneh kalau kita bandingkan dengan data DO kita, sama! Divisi marketing sama penjualan sudah tau kan masalah ini?”tanya Johan akhirnya.
“iya, itu kan juga laporan dari mereka bos,” jawab Alvian lalu menunjuk map yang pertama di buka Johan tadi, dia menambah embel-embel bos karena tau suasana hati Johan tidak bagus, jika dia semakin berulah malah makin berantakan nanti pekerjaannya.
“bagus, habis ini adakan meeting sama mereka, ditambah kepala gudang dan stock control, ini point-pointnya. notulensinya harus ada disini hari ini! file nya kirim ke email gue, besok sampai lusa kita stock opname gudang sekaligus audit internal, ada yang kurang jelas?” tukas Johan sambil menunjukkan hasil catatannya tadi, membuat Alvian hanya mampu meneguk ludahnya dengan kasar, secara ajaib kemampuan bicaranya hilang setiap Johan dalam mode ini. Alvian hanya mengangguk dan menipiskan bibirnya saat pandangan mata Johan menyorot penuh ancaman. “kalau mereka kerja bener, mereka gak akan panik tiba-tiba ada audit, ngerti maksud gue?”
“siap boss!” sahut Alvian mengangguk paksa, Johan dalam mode ini benar-benar selalu nyaris menarik nyawanya dari raga atletisnya. Johan melambaikan tangannya tanda meminta Alvian lekas pergi dan mengadakan meeting dadakan, seketika itu Alvian pergi.
Johan melihat kepergian Alvian lalu mengambil pegangan telpon di ujung mejanya, menekan angka tiga dan suara nada terhubung pun terdengar.
thuuuuuut…. thuuuuut…
“Selamat siang, dengan saya Mahendra, ada yang bisa di bantu?” suara berat di ujung telepon membuat Johan sedikit menatap matanya ke langit-langit ruangan.
“ini saya Johan, bisa minta tolong untuk ikut rapat dengan pak Alvian di ruang satu?” sahut Johan pada manajer umum perusahaanya.
“baik pak Johan, saya merapat.” jawab di ujung sana tanpa basa-basi membuat senyum tipis terbit di bibir Johan.
“Terimakasih” sahut Johan lalu menutup panggilan, ia puas dengan pembawaan tenang Mahendra. Mungkin masalahnya akan cepat terselesaikan setelah ini.
Setelah berjam-jam bergelut dengan masalah pengiriman tadi akhirnya Johan memutuskan masuk ke kamar demi melihat bayi gembulnya, dan seperti mengerti ayahnya masih luar biasa sibuk Chriss masih tenang dengan tidurnya yang lelap.
Hari ini Johan lega, kerjasama dengan Rinjani Group berjalan lancar, artinya Marthino Company semakin melebarkan sayapnya, apalagi Rinjani Group memiliki koneksi hingga ke ranah internasional, meskipun ibunya sendiri memiliki perusahaan di Kanada rasanya jauh lebih menyenangkan ketika dirinya menemukan jalan sendiri untuk berjaya.
Tanpa terasa Johan terlelap dengan memeluk hangat putranya.
Alvian masuk ke ruangan Johan terhenyak melihat di kursi kebesaran bossnya itu kosong, ia pikir Johan sudah pulang, namun dugaannya terhempas saat melihat kamar Johan masih terbuka memperlihatkan Johan yang tertidur dengan wajah damai memeluk Chriss. Alvian hanya tersenyum lalu menutup pintu kamar melihat jam dinding yang sudah melewati angka 12 lelaki itu memilih turun mencari makan siang untuknya dan Johan.
Setelah membeli dua paket ayam geprek Alvian mampir ke toserba seberang kantor untuk membeli biskuit atau makanan bayi usia enam bulan untuk Chriss. Saat baru akan menanyakan pada petugas toko tentang makanan bayi matanya menangkap sosok mungil berhijab navy sedang memilih snack di barisan rak tak jauh dari tempatnya berdiri. “Aira?” panggil Alvian memastikan, wajahnya terlihat terkejut dan tampak segala macam perasaan beradu di sana. Namun gadis yang di panggil itu malah menatapnya bingung, lalu menunjuk dirinya sendiri dengan wajah bertanya ke Alvian.
“kamu Aira kan?” tanya Alvian mencoba memastikan lagi.
“iya, aku Aira. Apa kita saling kenal?” sahut gadis itu sukses membuat tanda tanya Alvian semakin menggumpal didadanya. bahkan sebutan gadis itu ‘aku’ terasa sangat sesak di dada Alvian. Seingatnya terakhir kali mereka bertemu, bahkan Aira tak sudi menyebut namanya. lalu kenapa sekarang Aira sama sekali tak mengenal dirinya, wajah polos dengan pertanyaan ‘apa kita saling kenal?’ bukanlah Aira penuh kebencian seprti yang di ingatnya.
“hallo? kok bengong? kamu kenal aku? kita saling kenal?” tukas Aira melambaikan tangan di muka Alvian.
“bisa kita bicara setelah ini?” pertanyaan Alvian hanya di angguki Aira sebelum gadis itu memilih snack lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments