Jam 8.15, saatnya berangkat. Setelah ia menata keperluan Chriss dalam satu tas gendong atas bantuan bu Arum, ia pun melesat di jalan raya dengan bayi mungilnya yang duduk terjaga sabuk pengaman di belakang. Johan mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang sesekali ia tengok belakang memastika anak nya baik baik saja, sempat ia berhenti di pinggir jalan untuk memberikan biskuit pada jagoan kecilnya itu.
Saat ia melajukan mobilnya lagi, handphone nya berdering, namun ketika Johan akan mengambil ponsel itu justru jatuh dari dasboard.
"Sial!" Umpat Johan lalu tangan kirinya mencoba meraih ponsel yang jatuh itu, sedangkan tangan kanannya masih menyetir, mengingat ia harus lekas sampai kantor.
Dan ketika ia berhasil mengmbil handphonenya matanya terbelalak kaget dengan seorang gadis yang tiba-tiba ada di depan mobilnya. Seketika Johan menginjak pedal rem, begitu mobil berhenti yang ia lihat pertama adalah chris "kamu gak papa kan bro?" Tanya Johan pada jagoannya yang masih asik memakan biskuit padahal brusan ia sempat hampir terpental.
"Eh... gadis itu..." gumam Johan lalu turun dari mobil, bgitu keluar ia sadar, ini kesalahannya, bahkan keberadaan mobil sparta nya melewati jalur sepeda. Untung suasana sepi.
Ketika ia akan mendekati gadis itu Johan terhenyak, sepeda berwarna hitam itu bagian belakangnya sudah penyok menghantam kerasnya jalanan, dan ia mendapat tatapan tajam dari gadis berkerudung abu-abu dihadapannya.
"Bisa lo mundurin mobil lo sekarang?" Tanya gadis itu tajam.
"Maksutnya?" Tanya Johan tak mengerti.
"Jangan paksa gue ngomong kasar tuan muda!" Tegas gadis itu lagi.
"Ya gue nggak ngrti mksutnya gimana... bisa diperjelas?" Tanya Johan yang merasa heran juga kenapa gadis itu tidak cepat berdiri padahal ia bisa.
"Bisa mundurin mobil lo sekarang gak?!" Tegas gadis itu dengan nada lebih tinggi.
"Gue gak paham lo bilang apa... sini gue bantu berdiri..." ujar Johan dengan tenang mengulurkan tangannya. Tapi gadis itu bergeming.
"Gue gak butuh tangan lo... gue butuh lo mundurin mobil lo sekarang..." ujar gadis itu masih tajam menatap mata Johan.
"Alesannya?" beo Johan masih tak mengertu
"Lo bego apa bego si... gaya aja berdasi... pikiran nya telmi..!" Tegas gadis yang tersulut emosi, pikirannya kalut dengan semua permasalahan tanpa henti, tapi hal itu tentu tidak bisa membuat Johan mengertu. Johan semakin bingung dan mengerutkan keningnya. "Liat nih!!! Rok gue kelindes ban mobil lo!!! Gimana gue mau berdiri bego!!!" Sergah gadis itu dengan wajah memerah entah marah atau malu johan tak mengerti.
"Tuh kan gue jadi ngomong kasar..." gumam gadis itu menunduk dengan menggumpal kemarahan dalam dirinya, gadis itu sedikit bersyukur karena dia tak pernah lupa menggunakan celana panjang dibalik rok nya yang sopan, sebab jika hari ini dia tidak ada janji temu juga dia tidak akan mengenakan rok itu.
Seketika johan baru sadar akhirnya ia masuk mobil dan memundurkan mobilnya. Sekilas ia menatap putranya yang masih asik dengan biskuit ditangan.
"Lo gak papa kan?" Tanya johan setelah turun dari mobilnya dan melihat gadis itu berdiri, tidak ada yang cacat dari penampilannya hanya sepedanya yang bosopa dan... rok krem nya yang terlihat ada bercak hitam aspal.
"Lo udah buang buang waktu gue..." tegas gadis itu lalu melihat jam tangannya. "Astaghfirullahal 'adhim..." pekik gadis itu lalu lemas dan terpuruk kembali ke bawah.
"Lo nggak apa?" Tanya Johan khawatir melihat mata gadis itu memerah menahan airmata.
"Gue telat..." desis gadis itu dengan mata nanar.
"Telat apa?" Tanya Johan gak mengerti.
"Harusnya gue sekarang interview... udah lewat seperempat jam... dan itu artinya gue gagal kerja lagi... ini semua gara-gara elo!" Tuduh Gadis itu menunjuk muka Johan yang membelalakkan mata.
"Kok jadi gue yang salah si?" Elak Johan.
"Iya... lo nabrak gue... dan liat... mobil lo aja masuk zona untuk sepeda... itu artinya lo emang salah..." tegas Gadis itu memandang johan tajam. Dan dengan cengo nya johan menatap mobilnya, lalu ia menoleh kanan kiri, tidak terlalu ramai.
"Gue akan ganti kerugian lo berapapun..." tukas Johan lalu memberikan kartu namanya pada Gadis itu "tapi gue harus pergi sekarang... lo bisa hubungi gue... atau ke kantor gue yg ada di kartu itu..." sambung Johan lagi.
Dengan marah gadis itu merebut kartu nama Johan, “sialan!” pekik Airha lalu mengangkat sepedanya yang tergolek mengenaskan, bagian belakang sepeda itu penyok membuat Airha menghela nafas kasar. “bagi duit 100 buat servis ban!” ujar Airha menodongkan tangannya membuat Johan menghela nafas entah dengan persepsi yang bagaimana.
“Nih, kalau kurang hubungin gue ya! gue buru-buru…” jawab Johan menyerahkan 5 lembar seratus ribuan Airha yang semula cemberut tak bisa mengendalikan ekspresinya, senyumnya seketika terbit tanpa Johan sadari, karena akhirnya lelaki itu menuju mobil setelah melihat jam tangannya.
“iya! hati-hati!” pekik Airha tanpa lagi menoleh ke Johan, lebih fokus tersenyum melihat lima lembar uang seratus ribuan lalu beralih ke sepedanya lagi. Pekikan Airha sempat membuat Johan tertegun sesaat lalu tersenyum tipis sebelum masuk ke mobil.
Thiiiiinnnn…..
Suara klakson mobil menandakan Johan akan melaju, Airha hanya melambaikan tangan sebelum mobil itu melesat. “satu masalah terselesaikan, tinggal masalah lain Rha…” desis Aira ketika sadar ia melewatkan waktu interview nya, yahhh… setidaknya ada tambahan uang lima ratus ribu, lumayan kan? pikirnya dengan pandangan menerawang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments