Satu Selesai Bermunculan Yang Lainnya

Johan berjalan masuk  ke lobi perusahaan dengan Chriss di dalam gendongannya, seketika semua karyawan yang melihatnya menyapa dengan sopan. Setelah Johan berdiri di depan lift untuk kelantai 8, seseorang tiba-tiba berdiri disampingnya.

“Johan?” sapaan dengan suara lembut itu membuat Johan menoleh, dilihatnya Putri teman masa kuliahnya memberikan senyuman menawan.

“kenapa di sini?” tanya Johan acuh tak acuh menanggapi sikap sok akrab putri, entah kenapa tak pernah berubah.

“Masih sama,” tukas Putri lalu mengangguk angguk dengan senyum konyol, “Begini bapak Johan yang terhormat, saya disini karena saya bekerja dan saya akan melakukan meeting di lantai delapan.” Sambung Putri dengan bahasa yang sopan seperti sengaja menunjukkan senyum yang di paksakan, namun tak berapa lama gadis itu menyadari adanya pasang mata lain diantara mereka berdua. “Tunggu!” sergahnya tanpa sadar, namun denting lift membatnya lekas masuk mengikuti Johan yang lebih dulu masuk.

“Gue gak peduli apa yang lo lakuin di sini Put, tapi tolong jangan ganggu privasi gue! ngerti lo?” teriak Johan membuat Putri menghela nafas panjang.

“mohon maaf pak ya, ini wilayah kantor, bahasanya mohon di perhalus sedikit. Apalagi anda membawa anak di bawah umur, jangan sampai anak anda ikut brengseknya anda!” tegas Putri dengan senyum yang di paksakan juga. Johan tak membalas dan tetap diam. Hingga denting Lift tepat di lantai delapan membuat mereka harus keluar dari lift.

“Jo lo kemana aja? di telphone ga bisa?” suara Alvian menginterupsi, membuat Johan menatapnya kesal.

“ceritanya panjang! nanti aja gue ceritain!” tukas Johan, “ini kenapa Putri disini? lo yang ngasih kerjaan ke dia?” sahut Johan tampak gusar dan tak tenang, mengingat semasa kuliah dulu Putri sangat ambisius padanya. Mengingat masa-masa itu membuatnya semakin gelisah.

“I, itu…” belum sempat Alvian menjelaskan putri sudah lebih dulu mendaratkan bogeman ke pundak kanan Johan yang aman dari jangkauan Chriss.

“Kenapa si lo gak pernah berubah? masa lalu biar aja jadi masalalu! lagian gue kerja di sini bukan buat lo! meskipun itu tetep ada urusannya sama lo, bisa-bisa gue ngomong kasar ni kalau ga inget lo bawa anak!” bentak Putri dengan suara tertahan.

“sorry Jo, gue juga baru tau kalau perwakilan dari Rinjani Group ini Putri, tiga orang yang lain sudah menunggu di ruang meeting. Tadi putri ke bawah sengaja nunggu lo, dan lo nya juga ga bisa gue hubungi, jadi lo gak bisa nyalahin gue ya?” sahut Alvian membuat Johan hanya mampu diam lalu berjalan ke ruang kerjanya.

“panggilin Bu Ratna, sekarang!” tegas Johan membuat Alvian cepat menelphone General affair untuk memanggil bu Ratna ke ruangan mereka. “Putri lo balik ke ruang meeting!” sambungnya saat menyadari Putri mengikuti mereka, seketika itu Putri terbahak lalu berbalik arah Alvian yang menjadi saksi tidak bisu segala tingkah absurd mereka sejak jaman kuliah itu hanya mampu menahan tawa.

Johan menjelaskan pada bu Ratna bahwa dirinya akan meeting, mengingat orang-orang dari Rinjani Group sangat penting Johan khawatir jika Chriss akan rewel bertemu orang baru. Mengingat bu Ratna penyayang anak-anak dan tentunya sudah sangat akrab dengan Chriss sebab dahulu bu Ratna sering di mintai tolong Mommy nya untuk menemani Chriss, setidaknya Johan sedikit lega meninggalkan Chriss sesaat.

“gue sempet takut lo beneran bawa Chriss ke ruang meeting,” tukas Alvian saat mereka berjalan ke ruang meeting tiga yang ada di lantai delapan ini.

“anak gue persis emaknya, gak nyaman ketemu orang baru, jadi gue ga mau bikin dia rewel,” sahut Johan membuat Alvian menggaruk tengkuknya kikuk.

“gue kira lo bakalan jawab, karena meeting ini penting, taunya Chriss,” kekeh Alvian.

“Chriss penyelamat gue, dia segalanya buat gue, perasaannya lebih penting dari apapun.”

Aira menunggu sepedanya yang sedang di servis, pikirannya mencoba mengingat-ingat kejadian tadi. Aira merasa tidak asing dengan wajah lelaki yang menabraknya tadi, tapi siapa dan dimana mereka pernah ketemu? gadis itu merogoh saku kemejanya mencari kartu nama yang tadi di berikan padanya.

“gak ada?” desisnya dengan mata melotot, “perasaan tadi gue taruh sini?” pikirnya lalu merogoh saku satunya, tidak ada. Gadis itu menggaruk kepalanya yang tidak gatal, ia menatap uang limaratus ribu di tangannya dengan pikiran campur aduk.

Tanpa ia sadari tadi ketika kesulitan mendorong sepedanya ke bengkel kartu nama itu jatuh terbawa angin, padahal Aira berpikir jika ia gagal mendapat pekerjaannya kali ini ia akan menuntut pekerjaan ke lelaki itu. siapa pula tadi namanya? lalu ingatan tentang pekerjaan membuat Aira membuka ponselnya, ia mengirim pesan permohonan maaf pada HR perusahaan yang mengundaangnya interview karena ada kendala dengan sepedanya. setelah pesan terkirim Aira menatap sepedanya yang sedang di operasi itu.

“mengenaskan” katanya saat ban belakang sepedanya harus di ganti karena jerujinya bengkong.

Selesai meeting Johan kembali ke ruangannya melihat anaknya tidur didalam pelukan bu Ratna mengembangkan senyum seorang ayah itu, “Terimakasih bu sudah membantu, saya ambil alih Chriss,” ujar Johan lalu meminta Chriss dalam gendongannya.

“sama-sama pak, kalau begitu saya permisi,” ucap bu Ratna lalu kembali bekerja.

“lo mau gendong Chriss kaya gitu?” tanya Alvian.

“nggak, apa gunanya gue bangun ruangan ini ada kamarnya?” sahut Johan lalu membawa Chriss ke bilik di sudut ruang kerjanya, terekam sangat jelas dalam ingatannya semua yang ia lakukan dengan Natasha di kamar itu.

Johan menidurkan Chriss di ranjang, lalu duduk tenang di sisi nya, menatap bunda maria di mejanya dengan pandangan sendu, “engkau mengambil Nata terlalu cepat, tapi aku percaya apapun yang terjadi akan selalu ada dalam lindunganmu” desis hatinya.

“ngomong-ngomong ada beberapa berkas yang harus lo cek ulang Jo, beberapa kali pengiriman ke Bali selalu dapat komplain barang kurang, gue rasa emang ada yang nggak beres…” ucapan Alvian menyadarkan Johan lalu membuat dirinya bangkit tanpa menutup pintu duduk ke mejanya.

“udah di cek pengeluaran dari gudang?” tanya Johan lalu membuka berkas-berkas di mejanya, ia ingat pagi tadi saat memubuka file produksi dan transaksi barang seharusnya tidak ada masalah jika data stock sesuai.

“data pengeluaran dari gudang sesuai dengan data stock, kita udah cek cctv gudang dan cctv dashboard Ranger, gak ada masalah.” sahut Alvian membuat Johan menatapnya sinis.

“kalau dari kita tidak ada masalah, yang perlu di pertanyakan adalah penerimaan dari Bali.” tukas Johan. “berapa kali kejadian kaya gini?” sambung Johan lagi.

“empat kemarin” sahut Alvian masih berusaha tenang.

“empat kali?! lo niat kerja nggak?!” bentak Johan emosi.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!